Desa

104 6 0
                                    

Hai lagi dan lagi lagi cuman mau bilang makasih buat yang udah baca sampe part ini, semoga suka dan selamat membaca :)
.
.
.
.
.
.
.

Seperti yang sudah di bicarakan tadi malam dan penuh dengan drama mereka akhirnya pergi ke rumah ara di kampung .

Sebenarnya ini bukan kemauan ara ataupun kemauan haekal tapi kemauan gio adik ara. Adiknya menelpon dan memintanya pulang.

Setelah memakan waktu yang cukup lama mereka sampai di depan rumah ara.

Haekal membulatkan matanya melihat keadaan desa bukan tatapan benci tapi tatapan kagum, jujur saja haekal tidak pernah ke desa ia sangat ingin tapi mau ke siapa dia ke desa sedangkan keluarganya saja tinggal di kota semua.

Ara yang melihat haekal heran karna suaminya ini dari tadi menatap sekeliling tanpa memperdulikan ara.

Ara yang melihat haekal heran karna suaminya ini dari tadi menatap sekeliling tanpa memperdulikan ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kal kenapa?" tanya ara.

"euh engga " jawab haekal menatap ara.

"ini rumah lo?" tanya haekal.

Sebenarnya ia bingung kenapa rumah ara biasa saja padahal ara tinggal di apartemen yang terbilang mewah, apa ara menjual diri atau ah ia tidak boleh berfikir yang tidak tidak.

Ingin sekali ia bertanya tapi ah sudahlah mungkin nanti ara akan menjelaskannya.

"iya " jawab ara .

Sebenarnya ara paham apa yang di pikirkan suaminya itu. Entah sejak kapan ara mulai peka terhadap gerak gerik orang di sekelilingnya.

" ayo masuk nanti di jakarta gue jelasin." ajak ara.

"assalamualaikum " ucap ara lembut.

"teteh " teriak seseorang yang langsung berlari ke arah ara.

"hai " jawab ara yang langsung di peluk oleh adiknya itu.

Seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

" eh anak bunda pulang sama menantu bunda ternyata ." ucap liana dengan suara yang amat lembut.

Ara hanya tersenyum manis saja ia sudah tau bundanya akan bersikap so manis.

"bun ayah di kebun atau di sawah?" tanya ara pada bundanya.

"sawah " jawabnya tanpa memalingkam wajahnya sedikitpun dari menantunya.

Haekal yang di tatap seperti itu membuatnya bedekik ngeri.

Haera (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang