Lisa tidak suka menyerah apalagi kalah. Buatnya kerja keras sudah menjadi makanan sehari-harinya. Mendapatkan apa yang ia inginkan bukanlah hal mudah di dunia Kpop untuknya.
Lisa selalu keras pada dirinya. Lisa selalu menuntut lebih akan semua pencapaiannya. Lisa selalu fokus dan selalu berusaha untuk berhasil mendapatkan apapun yang ia mau, meskipun hasilnya terkadang sering membuatnya kembali terluka...
"Aku tahu aku mungkin terlalu naif, tapi kurasa aku berhak mendapatkan yang aku mau."
"Tapi pasar Kpop berbeda dengan Thailand. Mau tidak mau, suka ataupun tidak... Kau harus melonggarkan sedikit ego-mu! Korea tidak akan senang jika artis non Korea lebih besar di bandingkan artis berdarah korea asli... Kau harus mengerti itu."
"Jadi sebesar apapun pengaruhku, sekeras apapun aku berusaha... Solo-ku akan minim promosi, begitu maksudmu?"
"Akan ada Collab dengan musisi luar kalau kau lupa, Lisa-ya... itu sangat bagus untuk pasarmu. Lupakan korea, cangkupanmu bukan hanya di negara ini!"
"Tapi cita-citaku ingin menjadi artis Kpop..." lirih Lisa.
"Kau tetap artis Kpop! Kau selamanya adalah member Blackpink! Aku hanya memintamu sedikit mengerti dan mengalah... ini demi kebaikanmu juga, Lisa."
"Aku selalu mengerti. Aku pun sudah sangat banyak mengalah, Sajangnim. Aku pamit."
Lisa kembali merasakan sakit ini. Sakit karena berbeda, kalah karena berbeda. Selalu terjebak dengan culture dan segala aturan tidak tertulis yang kembali menghalangi langkahnya meraih mimpi. Lisa memang sudah terbiasa terbuang, Lisa sudah terbiasa kehilangan apa yang ia perjuangkan, tapi ini sudah keterlaluan...
"Hanya ada 3 musik show? Hanya satu kali interview dan tidak akan hadir di program TV nasional satupun?!" Teriak Jisoo kesal mendengar informasi yang di sampaikan manager Blackpink saat menemani Lisa di ruang makeup.
"Eonni, kecilkan suaramu!" Tegur Lisa untuk menenangkan kakaknya itu.
"Kenapa kau tidak cerita padaku? Kenapa Sajangnim memperlakukanmu seperti ini? Kau aset besar perusahaan, Lisa-ya! Kau tidak pantas diperlakukan seperti ini!" Jisoo sudah menangis tersedu-sedu, wajahnya seketika merah padam dengan tetesan air mata yang mengalir deras di pipi cantiknya.
"Aku baik-baik saja, Eonni. Kau tenang saja. Apa kau lupa siapa aku? Lalisa tidak akan kalah. Kau yang selalu katakan itu padaku, bukan?"
"Tapi ini sudah sangat keterlaluan! Aku tidak bisa terima ini. Apakah Jennie sudah tahu tentang hal ini?" Jisoo menatap Lisa yang masih tersenyum menatapnya. Sosok Lisa selalu tampak tenang jika sedang menghadapi ketidakadilan seperti ini.
"Jangan menambah beban hidupnya, Eonni! Apa kau tega membuat dia semakin pusing dengan masalahku? Hubungannya dengan kekasihnya saja sudah sangat menyita hidupnya." Kelakar Lisa mengalihkan pembicaraan.
"Aku akan coba bicara dengan Teddy Oppa. Dia pasti bisa membantumu—"
"Ani! Kumohon jangan memperkeruh keadaan ini, Eonni." Potong Lisa. "Aku benar baik-baik saja. Kurasa Blink pun hanya akan sedikit kecewa."
"Maksudmu? Blink juga menyayangimu, Lisa-ya! Abaikan fans toxic yang selalu membencimu! Mereka bukan Blink!"
"Eonni, aku harus kembali ke set. Kau pulanglah, besok pagi kau harus lanjut syuting bukan?"
"Aku akan menunggumu hingga selesai." Tolak Jisoo keras kepala.
"Entah sampai jam berapa syuting ini akan selesai, Eonni. Kau akan kelelahan dan berakhir dengan hasil akting yang buruk." Ucap Lisa sembari tersenyum melihat wajah panik kakaknya itu. "Pergilah." Lanjut Lisa sebelum akhirnya menghilang di balik pintu ruang makeup-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EASY ON ME
FanfictionLisa tidak suka menyerah apalagi kalah. Buatnya kerja keras sudah menjadi makanan sehari-harinya. Mendapatkan apa yang ia inginkan bukanlah hal mudah di dunia Kpop untuknya. Lisa selalu keras pada dirinya. Lisa selalu menuntut lebih akan semua penca...