Dua puluh dua

1.9K 220 28
                                    



Ada yang harus di perjelas dulu nih sebelum kita ke chapter selanjutnya, mungkin sebagian dari kalian ada yang gak engeh sm chapter 19 di mana disitu di jelasin klo pada chapter 18, kejadian ehem-ehem antara lisa sm jaewon, itu tuh gak bener-bener kejadian,, itu di jelasin sm gw di chapter 19-nya (klo itu tuh cm pikiran/khayalan Lisa karena dia yang lagi terpengaruh sama Champagne yang dia minum malam itu), Jadi... intinya tuh gak ada yang terjadi/kejadian apa-apa antara Mas wawan dan lisa ya guys!!! Lisa-ku gak akan senakal itu kok!🌚👉🏻👈🏻

So its clear ya sayang... jadi di sini yg real kejadian ehem-ehemnya cm di chapter 21 kmrin, yang sama Jiyong...🙈🙈🙈

Ok gtu aja, 😂



Hati Lisa hancur, sudah pasti. Tubuhnya bahkan tidak sanggup untuk ia gerakan. Semua perbuatan Jiyong padanya sungguh tidak bisa Lisa maafkan. Lisa membencinya, pun dengan dirinya sendiri yang begitu lemah.


"Bangunlah, Kau harus makan." Jiyong membangunkan Lisa yang bahkan tidak tertidur sedetikpun. Setelah kejadian di ruang tengahnya itu, Jiyong membawa Lisa untuk beristirahat di dalam kamarnya, menyelimuti tubuhnya, dan bergumam kata-kata sayangnya untuk Lisa seakan apa yang baru saja dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan.


Lisa bergeming. Tatapannya kosong dengan sisa-sisa air mata yang masih menetes dari sudut matanya. Lisa tidak tahu harus berbuat apa setelah ini.


"Apa kau akan tetap seperti ini? Apapun yang sedang kau rencanakan, lupakan saja! Karena apa yang sudah terjadi itu adalah hukuman yang setimpal karena pengkhinatanmu padaku. Kau harus ingat untuk tidak melakukan hal seperti itu lagi kalau tidak ingin aku mengulanginya." Ucap Jiyong ringan tanpa terdengar sedikitpun rasa bersalah darinya.


"Aku tidak pernah mengkhianatimu, Oppa." Desis Lisa dengan mengucapkan kata-kata itu dengan amat perlahan penuh penekanan.


"Benarkah? Anggaplah aku percaya. Tapi kau tetap saja selalu membantahku, tidak menurut dan selalu bertindak semaumu sendiri. —Jadi tadi itu adalah hukuman yang pantas untuk kau terima."


"Kau tidak berhak melakukan ini padaku! Kau menjadikan aku Objek! Kau merendahkan aku dengan perlakuanmu ini! Apa itu yang kau namakan cinta?" Lisa menatap Jiyong dalam, mencari kebenaran dari tatapan dingin Jiyong yang tidak terbaca olehnya.


"Kalau dengan seperti itu kau bisa lebih menghargaiku, akan kulakukan. Aku tidak peduli kau mau melabeli apa untuk perasaanku ini. Toh kau pun masih menyukai aku yang seperti ini, bukan?"


"Aku. Tidak. Menyukainya. Aku membencimu!" Jawab Lisa lantang dengan suara kencang penuh emosi.


"Benarkah? Kau menyukainya, Cutie. Meski belum kau sadari, kau suka di dominasi."


"Tidak! Kau pria gila haus kekuasaan. Kau menganggap semua hal bisa kau miliki dan kendalikan, hah? Tidak! Itu tidak akan berlaku padaku!"


"Makanlah dulu. Untuk bertengkar denganku kau butuh lebih banyak asupan tenaga." Jiyong lalu meletakan piring berisi beberapa potong ayam goreng dan segelas kopi panas, menu favorit sarapan Lisa belakangan ini.


"Kau gila, Oppa!"


"Tidak apa. Kau pun masih menyukaiku yang gila ini." Ucap Jiyong acuh.


"Bangunlah dari mimpimu! Aku pernah tidak menyukaimu!" Lisa kembali ingin mengkonfrontasi Jiyong.


"Benarkah? Kalau begitu apa arti dari desahan kerasmu, respon tubuhmu yang menikmati setiap gerakanku, dan Orgasme dahsyatmu—"


EASY ON METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang