Bab 4

28.7K 154 0
                                    

"Ini alasan aku tidak mau menerima tantangan wanita gila itu," ucap Ricky dengan tawanya yang renyah dan masih mengejek pria tua yang di angkat pergi oleh dua pekerja dengan badan kekar.

William Randolph membelalakkan kedua matanya. Ia tidak percaya melihat pria tua itu sudah tumbang dalam hitungan detik. Kemudian di depak keluar darri dalam klub malam Norm dalam waktu cepat dalam hitungan waktu tidak sampai lima menit.

"Cara main kafe Norm tergolong sadis," ucap Ricky yang melihat minuman yang sisa sedikit di dalam gelas. Kemudian segera menenguknya sampai habis dengan tujuan ingin segera meninggalkan klub malam.

William Randolph masih diam. Ia masih mencerna kata-kata dari Ricky barusan.

"Aku mau pulang," lanjut Ricky yang tidak ingin berlama-lama di dalam klub malam. karena jam sudah menunjukkan jam 1 malam. ia harus kembali ke rumah, sebelum dapat bom dari sang ayah yang seperti moster itu. Tepatnya, tidak ingin ketahuan oleh ayahnya yang merupakan seorang miliader kaya raya. bahwa ia di luar adalah pria bejad dan tidak tahu diri yang selalu bermain jalang satu demi satu untuk menuntaskan gairah di dalam tubuhnya

William Randolph yang tidak punya pilihan, akhirnya memilih pulang bersama dengan Ricky. Karena ia pergi dan pulang selalu menumpang mobil Ricky. Alias selalu menjadikan Ricky sebagai supir pribadi untuk kemana-mana tanpa perlu bersusah payah untuk mencari alasan untuk menjawab pertanyaan dari Robert Randolph setiap malam.

"Apa rencanamu kedepannya?" tanya Ricky penasaran. karena ia tahu William Randoplh adalah tipe pria pembalas dendam sampai ke akar-akarnya. Dengan memberikan penderitaan yang lebih dari penderitaan di dalam neraka kepada para pembully.

William Randolph yang menyadarkan kepalanya di kaca mobil. Ia menghela nafas panjang dari kedua lubang di hidung.

"Belum tahu, masih memantau situasi. baru bisa mengambil keputusan, aku tidak mau salah melangkah yang akhirnya bisa membahayakan nyawa. sial-sial aku impoten selamanya," jelas William Randolph yang selalu hati-hati melangkah untuk tidak tergesah-gesah seperti berapa tahun lalu yang membuat terong perkasanya mati suri sampai sekarang ini.

Ricky menaikkan kedua alisnya, ketika mendengar penjelasan William Randolph yang sungguh masuk akal 

"Semoga rencanamu berhasil dan jangan lupa untuk bagi-bagi, kita akan menikmati tubuh Bella Saphira bersama-sama. biar wanita sialan itu tahu, betapa hebatnya kita di atas ranjang. apalagi main bertiga," ucap Ricky dengan niat jahatnya yang selalu bermain bertiga dengan berapa rekannya di luar negeri.

"Aku akan menciptakan neraka untuk wanita jalang itu, aku bersumpah itu. Tidak akan aku biarkan dia berbahagia sedikitpun," seru William Randolph dengan emosinya yang sudah hampir meletus keluar.

Ricky tertawa renyah dengan rencana jahat William Randolph yang benar-benar gila.

"Apakah wanita itu adalah wanita di masa lalu mu itu? oopsss, wanita yang membuat terongmu yang perkasa itu mati suri sampai sekarang ini?" tanya Ricky yang masih saja kepo, ketika melihat wajah William Randolph yang dendam kesumat berapa hari ini kepada Bella Saphira.

"Ya, wanita sialan itu adalah wanita itu. wanita yang membuat aku hampir tidak bisa bertelur lagi," balas William dengan suara kerasnya.

Ricky menaikkan sebelah alisnya, ia merasa dirinya masih beruntung. Setidaknya semua aksi bejatnya tidak mendatangkan karma untuknya di masa lalu dan masa kini.

"Sekarang mau kemana lagi?" tanya Ricky yang akan membelokkan mobilnya ke arah jalan satunya lagi yang merupakan jalan ke arah rumah William Randolph.

"Pulang," balas William Randolph yang sudah tidak berniat kemana-mana lagi, selain pulang kerumah dan tidur di atas ranjang yang empuk. Sembari memikirkan rencana kedepannya tanpa ketahuan sang ayah.

Ricky mengerutkan dahinya sesaat.

"Baiklah," ucap Ricky yang mengantar Willliam Randolph duluan, baru ia pulang ke rumahnya dengan santai tanpa gangguan dari William Randolph yang selalu mengoceh tanpa henti di dalam mobil.

Mobil yang di kemudikan oleh Ricky sampai di depan pagar mewah dengan nuasa aristokrat.

William Randolph segera turun dari dalam mobil Ricky yang terpakir tidak jauh dari kediaman Randolph.

Berapa penjaga yang melihat William Randolph memilih menutup mata dan membiarkan William Randolph berjalan seperti maling yang mengedap-ngedap untuk masuk ke dalam rumah mewah. Karena mereka sudah tahu kebiasan buruk William Rondolph setiap malam.

Melihat kanan dan kiri sudah aman, William berjalan ke depan pintu utama untuk berusaha masuk ke dalam rumah sang ayah yang merupakan seorang mafia kelas kakap.

Dengan hati-hati, William Randolph membuka pintu utama dengan pelan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun yang bisa memancing kecurigaan sang ayah kapan saja. Di saat posisi sedang duduk diam di atas sofa mewah.

Apa yang sudah di lakukan oleh William Randolph dengan cara berjalan mengedap-ngedap seperti maling kelas rendahan. Robert Randolph mulai berdiri dari tempat duduknya.

"Dari mana saja kau?" seru Robert Randolph yang melihat William Randolph pulang dengan tubuh bau alkohol tajam yang menusuk hidung.

Tubuh William langsung menegang mendadak mendapatin suara ayahnya yang penuh pertanyaan. Alias kemarahan yang tidak bisa di lukiskan dengan kata-kata lagi.

"Apa kau tuli?" lanjut Robert Randolph yang berjalan ke arah William Randolph dengan sebelah tongkat bertata hiasan emas di pegangan.

William Randolph menelan saliva dengan susah payah dan juga berusaha untuk bersikap tenang untuk menghadapi kemurkahan sang ayah yang di pastikan akan meletus kapan saja.

"Dari klub malam," balas William Randolph jujur daripada berbohong yang bisa menyebabkan masalah besar seperti tsunami yang mempunyai tinggi puluhan meter yang bisa menengelamkan satu pulau dalam hitungan detik.

Mendengar jawaban dari William Randolph. Robert Randolph sungguh tidak senang dan juga tidak suka dengan kebiasaan William Randolph yang seperti pria penjahat kelamin yang berburu para jalang di malam hari untuk di setubuhi setiap hari dengan alibi untuk kepuasan batin.

"Klub malam dan klub malam, berapa uang yang kau habiskan untuk wanita jalang?" seru Robert Randolph kesal dengan sikap William Randolph yang selalu bermain jalang setiap harinya dan juga selalu pulang dengan badan bau alkohol tajam.

William Randolph hanya bisa mendengus kesal akan sikap ayahnya yang terkesan sangat kolot dan tidak modern sama sekali.

"Tidak main, hanya menemani Ricky untuk minum alkohol seperti biasanya."

Raut wajah Robert Randolph langsung berubah.

"Kau kira aku percaya, mana Mungkin Ricky Leonard mau melakukan hal sekotor itu?" seru Robert Randolph yang mengenal Ricky Leonard sebagai anak yang alim dan berbakti kepada orang tua. Bahkan selalu di perusahan tanpa pergi kemanapun atau mengantikan Adam Leonard untuk pergi keluar untuk mengurus bisnis kerjasama dengan perusahan lain.

 

BENCI BERBUAH CINTA (GOODNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang