159

4.6K 5 2
                                    

"Kemana anak itu," batin William Randolph yang gusar. Ia berlari sana sini untuk mencari keberadaan anak tersebut. Anak yang mirip dengan dirinya.

"Kau di mana nak," gumam William Randolph dengan suara sedih. Ia sungguh menyesal akan tindakan bodohnya di masa lalu.

Bayang-bayang wajah anak itu masih menghantui hati William Randolph sejak pertama kali ia melihat anak itu. William Randolph sangat yakin, anak tersebut adalah anaknya.

***

Erick Stephen yang pulang ke rumah dengan mengendong Lilica yang sudah tidur lelap dan Leo yang terkantuk-kantuk.

"Tahu pulang juga?" seru Bella dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pasalnya saat ia pulang ke rumah tidak ada satupun orang di rumah.

Erick Stephen memperlihatkan senyum tidak berdosa. 

"Aku ajak cucu menghadiri pesta teman lama," balas Erick Stephen yang menyerahkan Lilica ke arah Bella. Tapi keburu di sambut oleh Simon yang entah keluar dari mana.

"Simon!?'' pekik Erick Stephen dan Bella secara bersamaan.

"Daripada kalian berdua berisik terus, lebih baik bawa Leo ketempat tidur. Aku ini bukan pelayan kalian berdua," ucap Simon dengan kata sinisnya yang tidak berubah sama sekali.

Bella tidak akan kaget dengan kata sinis Simon yang tidak berubah sejak dulu sampai sekarang. Kecuali Erick Stephen yang syock sampai membeku di tempat.

"Ini benaran Simon yang pendiam itu?" tanya Erick Stephen yang memastikan ia tidak salah dengar atas perkataan Shimon yang asli menusuk uluh hati.

Bella tertawa pelan melihat tingkah Erick Stephen yang sungguh lucu. Kemudian mengendong Leo untuk naik ke lantai atas.

"Ayah, dari dulu Shimon memang seperti itu. Sikapnya itu sungguh menyebalkan tapi dia asli baik. Hanya mulut dan sikapnya aja yang berlawanan," balas Bella yang masih tertawa pelan.

Erick Stephen yang syock cukup lama, akhirnya ia duduk bodoh di sofa besar dengan pikiran ke masa lalu.

Adam Levine yang pulang dengan wajah lelah, ia terkejut melihat Erick Stephen yang duduk dengan baju formal seperti orang bodoh di ruang tamu.

"Ayah apa yang kamu lakukan di sini dan kenapa pakai baju seperti ini?" tanya Adam Levine yang terkejut. Ia mengira Erick Stephen sudah mulai tahap pikun karena usia tua. Hingga tidak bisa membedakan pakaian untuk di rumah dan untuk keluar.

Erick Stephen melihat ke arah Adam Levine, ia melihat dari bawah hingga atas. Lalu menghela nafas panjang.
"Padahal Adam Levine orangnya gini tapi kenapa lebih menakutkan Shimon?" batin Erick Stephen tidak habis pikir.

Adam Levine hanya bisa mengerutkan keningnya akan sikap Erick Stephen yang ia anggap mulai pikun.

"Aku mau mandi dulu," pamit Adam Levine yang tidak mau berlama-lama di ruang tamu.

Di dapur, Bella sudah membuatkan makan malam. Ia menunggu Adam Levine untuk makan bersama. 

"Lo belum tidur?" sahut Adam Levine dengan senyuman manisnya.

"Menunggu mu," balas Bella dengan memperlihatkan wajah bahagia.

Adam Levine hanya bisa tersipu malu, ia memakan masakan Bella dengan hati bahagia.

"Makan yang pelan," nasehat Bella yang tidak ingin Adam Levine tersendak makanan.

Adam Levine tidak mengeluarkan kata-kata, ia hanya menganggukkan kepala sebagai tanda iya.

"Ngomong-ngomong besok kamu ada waktu tidak?" tanya Bella tertiba. Ia ingin Adam Levine menemani dirinya pergi ke acara pameran perhiasan.

"Selalu ada waktu untuk mu," balas Adam Levine yang akan mengosongkan jadwal kerja demi memenuhi keinginan Bella.

"Aku mau pergi melihat pameran perhiasan, hasil karya aku di pamerkan di acara tersebut. Aku sungguh tegang," jelas Bella dengan apa yang ia rasakan saat ini dan juga takut untuk pergi sendirian tanpa ada yang di sampingnya.

"Selamat atas kesuksesan mu, Aku akan menemani kamu kesana. Atur saja waktunya," balas Adam Levine yang mengusap kepala Bella dengan kasih sayang.

Bella langsung memeluk tubuh Adam Levine, ia sungguh bahagia ada pria yang menyayangi dirinya sampai saat ini.

***
Di hotel mewah.

Robert Randolph duduk dengan wajah hitam, ia melirik tajam ke arah Ricky yang di anggap tahu semuanya.

"Aku tidak tahu apapun, hanya kebetulan mau memarahi bocak tersebut yang jalan tidak melihat ke arah depan. Seharusnya anda tanya sama William Randolph," ucap Ricky yang tidak mau terlibat masalah lagi karena ulah William Randolph. Walau ia sangat kepo akan keberadaan bocak lelaki yang mirip dengan William Randolph versi kecil.

"Benarkah?" tanya Robert Randolph dengan wajah curiga.

"Tentu saja benar, bisa di cek di cctv. Lagian tempat acara tersebut kan banyak cctv," balas Ricky dengan santainya. Kemudian pergi dari hadapan William Randolph.

Sebelum pergi, Ricky sempat menepuk bahu William Randolph. 

"Selamat berjuang bro," pamit Ricky yang memilih untuk melarikan diri dari masalah ini.

William Randolph yang mendapatkan tatapan tajam dari ayahnya. Ia hanya bisa memasang wajah datar.

"Hebat sekali kau," seru Robert Randolph mengetuk lantai dengan tongkat kayu.

William Randolph masih diam. Otaknya sudah berkelana di masa lalu. Masa di mana ia menyetubuhi Bella Saphira tanpa memakai pengamanan dan juga berulang kali mengeluarkan cairan kental di dalam.

"Sial," decak William Randolph tetiba. Ia tidak berpikir Bella Saphira akan hamil hingga melahirkan anaknya.

Robert Randolph yang mendengar kata umpat sial dari mulut William Randolph. Ia melayangkan tongkat ke arah lengan William Randolph sebagai teguran.

"Jangan ganggu aku bisa tidak?" seru William Randolph yang kesal bukan main. Ia berdiri dari tempat duduknya. Kemudian pergi dari hadapan  Robert Randolph dengan tergesah-gesah.

William Randolph kembali ke restoran tersebut setelah melunasi semua biaya kerusakan. Termasuk meminta rekaman cctv di semua wilayah. Awalnya pihak restoran tidak mau menyangkupi permintaan William Randolph. Tapi melihat sosok William Randolph yang sedang tidak enak di pandang. Pihak restoran menyerahkan rekaman tersebut, lagian biaya kerusakan juga sudah di lunasin.

Mendapatkan rekaman video cctv di restoran. William Randolph kembali ke hotel untuk melakukan pemeriksaan di video tersebut daripada pergi ke lantai atas untuk minta maaf pada keluarga Abe dan Lisa atas apa yang ia lakukan hari ini.

Di dalam kamar, William Randolph masih memantau setiap gerakan di layar laptop. Ia melihat dengan cermat dan teliti. Tetiba ia menemukan sosok yang ia kenal. Sosok itu adalah Erick Stephen yang merupakan bos dari cafe dan klub malam Norm.

"Aku harus mencari pria itu demi mendapatkan semua informasi tentang Bella Saphira," batin William Randolph yang membulatkan tekatnya. Kemudian melanjutkan untuk melihat lanjutan cctv selanjutnya.

Berapa menit kemudian, jantung William Randolph hampir loncat keluar. Ia melihat bocak lelaki yang ia cari ternyata mengandeng seorang anak perempuan dan rupa anak itu membuat tubuhnya merinding.

Tanpa melihat kelanjutan video tersebut, William Randolph keluar dari dalam kamar seperti orang melihat hantu. Ia berlari sekuat tenaga ke arah kamar Robert Randolph.

 Ia berlari sekuat tenaga ke arah kamar Robert Randolph

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BENCI BERBUAH CINTA (GOODNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang