Setelah Ryu Han pergi, Lisa tetap berdiri di dekat pintu, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isak tangisnya pecah, memenuhi ruangan dengan kepedihan dan rasa bersalah yang menyesakkan dadanya.
Jungkook, yang berdiri tidak jauh darinya, segera melangkah mendekat. Melihat Lisa terisak, hatinya tergerak untuk menenangkannya. Namun, di sudut hatinya, muncul pertanyaan yang mengusik: "Apakah dia menangis karena sebenarnya ucapannya hanya kebohongan? Apakah dia masih mencintai Ryu Han?"
Meski diliputi keraguan, Jungkook memilih untuk percaya pada kejujuran istrinya. Dengan lembut, Jungkook merangkul Lisa dalam pelukannya, memberikan ruang bagi istrinya untuk meluapkan perasaannya. Setiap isakan Lisa mengiris hatinya, namun dia berusaha menenangkan diri dan Lisa dengan kehadiran yang hangat.
“Aku minta maaf karena kekacauan hari ini,” lirih Lisa di antara isaknya, suaranya bergetar.
Jungkook mengusap punggungnya dengan lembut. “Lupakan kekacauan itu. Jangan menangis lagi,” katanya dengan suara lembut, berusaha menenangkan riak emosi dalam diri Lisa.
Lisa menarik diri sedikit, mengusap air mata dari wajahnya. Dia mendongak, menatap Jungkook dengan mata yang masih basah. “Apa aku bisa meminjam bahumu untuk tidur?” tanyanya dengan nada ragu, menggigit bibir bawahnya.
Jungkook tersenyum tipis, menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Tentu, sayang,” jawabnya lembut.
Mengambil langkah ke kamar kecil di dalam ruangannya, Jungkook melepaskan jasnya dan berbaring di atas kasur, merentangkan satu tangan untuk Lisa. “Tidurlah,” ujarnya sambil menatap Lisa dengan pandangan yang menenangkan.
Lisa meletakkan kepalanya di bahu Jungkook, merasakan kehangatan dan perlindungan yang selalu diberikannya. Dalam pelukan suaminya, rasa lelah dan gelisah perlahan memudar, membawanya ke dalam tidur yang tenang.
Keduanya tertidur, membiarkan diri mereka sejenak terlupa dari kekacauan yang baru saja terjadi. Saat sore menjelang, Lisa terbangun lebih dulu, menatap wajah Jungkook yang damai dalam tidur.
“Bahkan saat tidur pun kamu sangat tampan,” bisiknya lembut, tangannya terulur membelai wajah suaminya, dari alis hingga bibirnya.
Sentuhan lembut itu membangunkan Jungkook. “Sayang, kamu tidak sadar kalau menyentuh itu bisa membangunkan yang lain,” gumamnya, mata terbuka dengan senyum di bibirnya.
Lisa tersipu, menarik tangannya. Namun, Jungkook menahannya, menatapnya dengan lembut. “Ah, aku jadi kepingin,” katanya, nadanya menggoda.
Wajah Lisa memerah, mengingat semua momen hangat di antara mereka. “Kita buat dedek, yuk, Sayang,” ajak Jungkook, suaranya lembut namun menggelitik.
“Ak—aku ....” Lisa menutup wajahnya, malu mendengar ajakan suaminya yang begitu terang-terangan.
“Sekali saja,” pinta Jungkook, tangannya mulai menjelajah.
“I—iya,” jawab Lisa akhirnya, suaranya nyaris berbisik.
Mendapat persetujuan, Jungkook bangkit dengan semangat. Dia melepas kemejanya dengan asal, lalu menindih tubuh Lisa, menyegel bibirnya dengan ciuman yang dalam dan penuh kerinduan. Dalam keheningan sore itu, hanya terdengar desahan lembut yang memenuhi ruangan, membingkai momen intim yang menghapus sejenak semua keraguan dan emosi yang sempat membayangi. Mereka tenggelam dalam kebersamaan, saling memberi dan menerima cinta yang tulus.
***
Usai menghabiskan momen intim bersama suaminya, Lisa mulai membenahi diri. Meski tubuhnya masih diliputi kelelahan, tidur sepertinya bukan pilihan yang mudah. Pikiran dan hatinya masih terbebani oleh kejadian sebelumnya, namun setidaknya kebersamaan dengan Jungkook berhasil mengalihkan sejenak masalah yang menghampiri.
Jungkook, dengan semangat yang masih membara, telah membawanya dalam pelukan berkali-kali. Lisa tak keberatan; penyatuan mereka adalah pelarian yang manis dari kerumitan yang sempat membayangi.
“Kenapa cemberut?” tanya Jungkook sambil berdiri di depan Lisa, menatapnya dengan perhatian.
Lisa menatap suaminya dengan pandangan lemah. “Bau badanku,” gumamnya pelan, merasa malu dan sedikit resah.
Jungkook mendekat, menunduk sedikit untuk mengendus aroma tubuh istrinya. Tawa kecil keluar dari bibirnya. “Bau habis bercinta,” godanya dengan nada menggoda, menyadari keunikan aroma yang hanya bisa hadir setelah keintiman mereka.
Wajah Lisa memerah, merasakan kehangatan menjalar di pipinya. “Berhenti menggodaku. Bagaimana ini?” keluhnya, merasa tidak nyaman harus beraktivitas dengan aroma tubuh yang khas ini.
Dia harus menghadiri rapat penting dengan tim manajemen, tetapi dalam keadaan seperti ini, dengan bau tubuh yang masih beraroma keintiman, rasanya tak mungkin.
“Mandilah, Sayang. Ada kamar mandi di sini, kan?” ujar Jungkook, menawarkan solusi dengan senyum yang menenangkan.
Lisa mengangguk pelan. “Iya, ada. Tapi, bajuku semua ada di rumah,” desahnya, kebingungan.
Jungkook tersenyum, lalu menggiring tubuh istrinya ke arah kamar mandi. Dengan lembut, dia mendorongnya masuk. “Urusan bajumu, nanti aku yang urus. Mandilah dulu.”
Akhirnya, Lisa memutuskan untuk mandi, air dingin menyegarkan tubuh dan pikirannya. Sementara itu, Jungkook beranjak pergi, berniat menuju pusat perbelanjaan terdekat dari kantornya untuk mencari pakaian segar.
Jungkook melangkah keluar dengan tujuan jelas, merasa senang bisa membantu Lisa sedikit lebih nyaman. Dia membayangkan Lisa yang akan tersenyum lega saat mengenakan pakaian baru, dan itu membuat setiap langkahnya terasa ringan.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞
FanfictionDi balik kesuksesan dan kekayaan Jeon Jungkook, seorang miliuner muda yang tampan dan berkarisma, terdapat satu masalah yang terus menghantuinya-tekanan dari ibunya yang tak henti-hentinya bertanya, "Kapan kamu menikah?" Dalam usaha untuk menghindar...