Chapter 9 | SJ

16.2K 947 37
                                    

Mendengar Lisa setuju memanggilnya dengan sebutan sayang tanpa keberatan membuat hati Jungkook lega. Ia memberanikan diri memegang kedua sisi lengan istrinya, menatap dalam-dalam ke mata Lisa. Dengan anggukan Lisa, Jungkook memiringkan wajahnya, dan bibirnya yang lembut mendarat di bibir merah delima Lisa.

Ciuman itu lembut namun penuh makna, diiringi gigitan kecil yang membuat bibir Lisa terbuka perlahan. Lidah Jungkook menyelusup masuk, menjelajahi setiap sudut yang bisa dicapai, saling bertukar kehangatan dan perasaan.

Desahan lembut mulai terdengar ketika tangan Jungkook mulai meraba lembut bagian tubuh Lisa, meremas dan menekan dengan lembut. “Enghhhh ....” lenguhan Lisa menggema bersamaan dengan bajunya yang disingkap oleh suaminya.

Tubuh Lisa perlahan berbaring, ditindih oleh tubuh kekar Jungkook. Bibirnya mulai menjelajahi rahang, beralih ke leher, meninggalkan jejak-jejak cinta. Tangan Lisa mencengkeram erat seprai, berusaha menahan desahan yang semakin sulit ditahan.

“Ahhhh ... Jungkookhhh,” desahnya, sudah tidak mampu menahan lagi.

Jungkook tersenyum, wajahnya mulai tenggelam di perut istrinya. Tangan kirinya tidak tinggal diam, menyelusuri bagian sensitif Lisa. Erangan Lisa memenuhi kamar saat jemari Jungkook membelai lembut area kewanitaannya. Ketika klitorisnya disentuh, punggung Lisa melengkung, suara tertahan keluar dari bibirnya.

“Aauhhhh ... eumhhh!” Lisa menyentuh tangan suaminya yang bermain lembut di sana. Dengan rangsangan bertubi-tubi, lendir putih keluar dari kewanitaannya.

Tanpa menunggu lama, bibir Jungkook turun ke bawah dan menelannya, membuat Lisa lemas dalam kenikmatan. “Kamu sudah mencapai klimaksmu, Sayang,” bisiknya, kemudian menanggalkan bajunya, menampakkan tubuh polosnya di depan Lisa.

Lisa menatap Jungkook dengan pipi bersemu merah, terutama melihat pusaka suaminya yang sudah mengacung ke depan. Ia meringis melihat ukurannya.

Saat Jungkook bersiap, ia membuka lebar paha istrinya dan memajukan pinggulnya. “Akhhhhh! Sakitttt,” rintih Lisa, memegang tangan suaminya erat.

“Tahan, Sayang. Nanti juga nikmat,” ucap Jungkook lembut, menyambar bibir Lisa yang semanis madu.

“Eummm.” Erangan Jungkook ketika melumat penuh bibir istrinya, tidak memberi celah untuk berhenti. Kuluman bibirnya membuat Lisa terengah-engah, sementara suaminya tidak absen mencicipi segala inci tubuhnya.

Awalnya Lisa canggung dan ragu untuk menyentuh badan Jungkook. Namun, jemari lentiknya perlahan membelai surai suaminya, mengeluarkan lenguhan kecil. Tempo hentakan Jungkook semakin kencang, gesekan demi gesekan menimbulkan bunyi khas pecintaan. Hentakan itu semakin dalam hingga menyentuh rahim istrinya.

"Ahhh," desah Jungkook. "Umhhh, ahhhh," runtuh Lisa dengan wajah penuh kenikmatan.

Cairan lendir semakin keluar dari belahan Lisa, membuat pusaka Jungkook semakin licin masuk dan keluar. Bersamaan itu, mereka mencapai puncak kenikmatan. Tubuh kekar Jungkook perlahan jatuh di tubuh molek Lisa, erangan dan desahan lega memenuhi ruangan.

"Gomawo," ucap Jungkook, bukan hanya berterima kasih, tetapi juga mendaratkan kecupan manis di dahi istrinya yang banjir peluh.

"Enghh," Lisa menahan desahan ketika Jungkook menarik diri, lalu berbaring di sampingnya dan memeluknya erat.

"Aku merasa beruntung dan kasihan padamu. Kamu begitu baik padaku. Aku tidak tahu betapa sakit hatimu saat ini karena dia bukan yang pertama untukmu," ucap Lisa dengan lembut.

Lisa memejamkan mata dan tersenyum tipis, melewati malam pertama dengan Jungkook tanpa penyesalan, karena pria itu entah bagaimana telah mendebarkan jantungnya.

***

Pagi itu, Lisa membuka mata dan mendapati suaminya, Jungkook, sedang menatapnya dengan lembut. Perasaan gugup langsung menyergapnya. Selama ini, kontak mata mereka lebih sering terjadi dalam suasana formal, seperti ketika Jungkook memberinya tugas atau memintanya menyiapkan jas untuk pertemuan dengan klien.

Jungkook menyambut pagi itu dengan senyuman manis, menundukkan kepala untuk mendaratkan kecupan lembut di kening Lisa. "Morning," sapanya, suara penuh kehangatan yang berbeda dari biasanya. Lisa, yang terbiasa menyapa lebih dulu di kantor, kini merasakan situasi yang berbalik.

“Mo—morning,” balas Lisa dengan suara sedikit tergagap, masih terkejut oleh kedekatan yang baru ini.

“Aku akan menyiapkan air untukmu,” ujar Jungkook, bersiap untuk bangun. Namun, Lisa segera menggeleng, merasa bahwa seharusnya dia yang melakukan itu untuk suaminya.

“Tidak, aku yang akan menyiapkannya untukmu,” tolak Lisa dengan tegas. Dalam usahanya untuk bangkit, dia menyingkap selimut dan seketika lupa akan keadaannya.

“Kyaaaaaa!” teriaknya kaget saat menyadari dirinya berdiri tanpa busana. Dengan cepat, dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, namun tanpa sengaja menarik habis selimut yang menutupi tubuh Jungkook. Wajahnya memerah seperti tomat dalam sekejap.

Jungkook hanya bisa tertawa kecil melihat kepanikan Lisa, sementara Lisa terus berusaha menutupi dirinya dengan selimut yang terlalu kecil untuk menutupi keduanya. Momen itu, meskipun memalukan, membawa tawa dan kehangatan tersendiri di pagi hari mereka, mengingatkan mereka pada kedekatan baru yang mulai terjalin.

***

Lisa duduk diam di meja makan, berusaha menikmati sarapan bersama keluarga Jungkook. Dia menundukkan wajahnya, menghindari tatapan suaminya. Insiden pagi tadi masih terbayang jelas, membuat pipinya memerah seakan diwarnai matahari terbenam. Rasa malu menyelimuti, membuatnya ingin melarikan diri sejauh mungkin.

Soo Jin, ibu Jungkook, memandang pasangan muda itu dengan ekspresi penuh harap. "Kenapa kalian terburu-buru bekerja dan tidak mengambil cuti?" tanyanya, nada suaranya sedikit kesal. Setelah susah payah mendorong Jungkook menikah, dia kecewa melihat anaknya tidak membawa Lisa berbulan madu. Kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatirannya, takut menantunya merasa tidak betah dan pergi.

"Eomma, kami tidak membutuhkan cuti," jawab Jungkook dengan tenang, mengangkat wajahnya agar terlihat meyakinkan. "Kami sudah sering libur bareng dan menghabiskan waktu bersama."

Soo Jin mengernyitkan alis, wajahnya menunjukkan ketidaksetujuan. "Tapi, tetap saja berbeda. Kamu jangan hanya mementingkan keinginanmu." Namun, ketika pandangannya beralih ke Lisa, suaranya melunak seperti embun pagi. "Sayang, kalau kamu mau cuti, cuti saja. Biarkan suamimu bekerja sendiri. Lelaki workaholic sepertinya memang susah untuk cuti sehari saja."

Jungkook menggigit rotinya, rahangnya tegang menahan rasa kesal. Eommanya telah mendorongnya untuk menikah, dan sekarang setelah menikah, dia dipaksa untuk cuti. Dalam benaknya, bekerja adalah cara terbaik untuk tetap bersama Lisa, meski di kantor.

"Eomma, Jungkook benar. Kami sering menghabiskan waktu bersama," Lisa berkata, suaranya lembut namun tegas, berharap bisa meredakan kekesalan mertuanya. Senyum Jungkook merekah di wajahnya, terhibur oleh dukungan istrinya.

"Anak nakal ini," omel Soo Jin, meski ada kilatan kasih sayang di matanya. "Lihat, dia senang karena dibela." Jungkook semakin lebar tersenyum, sementara Lisa mulai melihat sisi lain dari suaminya yang tidak sedingin yang dia kira.

"Jangan marahi aku di depan istriku dan juga Appa," protes Jungkook sambil meraih serbet untuk menyeka bibirnya. Dia bangkit berdiri, melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 07:23 KST, waktu terasa berlalu lebih cepat dari biasanya.

"Kami akan berangkat," ujarnya, membuat Soo Jin hampir melempar sendok. Untung saja, Sangwoo, ayah Jungkook, menahan tangan istrinya dengan lembut, tangannya menekan lembut di atas meja kayu yang mengkilap.

"Sayang, tenang saja," tegur Sangwoo lembut, sementara Soo Jin mencibir ke arah putranya. "Lihat anak kita itu, istrinya masih makan dia sudah mau berangkat."

Lisa meletakkan sendoknya dengan tenang, meraih gelas di depannya sebelum berdiri. "Tidak apa-apa, Eomma, Appa. Lisa sudah kenyang," katanya, memastikan orang tuanya merasa nyaman. Dia mengambil tasnya, membuat Jungkook sedikit cemas karena merasa bersalah. Biasanya, dia tidak akan terlambat ke kantor.

"Ayo," ajak Lisa dengan lembut setelah berpamitan, berjalan lebih dulu. Jungkook menatap punggung istrinya yang menjauh, merasakan rasa bersalah menyelip di hatinya seperti bayangan gelap di terik siang.

***
TBC

Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang