Chapter 6 | SJ

22.1K 1K 47
                                    

Jungkook menempati kamar Lisa, terbenam dalam pikirannya yang gelisah. Setiap detik terasa berat saat ia merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Calon istrinya, yang seharusnya menjadi teman hidupnya, ternyata memiliki kekasih. Rasa bersalah menyelimuti hatinya-ia merasa telah merusak hubungan Lisa.

Sekretarisnya, yang selama ini begitu baik dan setia, tidak layak mendapatkan perlakuan seperti ini. Betapa ia tidak ingin membalas kebaikan Lisa dengan kejahatan. Namun, kenyataannya, ia telah membuat Lisa menangis. Sepanjang malam, Jungkook menyalahkan dirinya, melawan bayang-bayang rasa bersalah yang terus menghantuinya.

"Seharusnya aku bisa lebih baik," gumamnya, mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Ia bisa saja membatalkan pernikahan itu, tetapi restu dari kedua orang tua Lisa sudah didapat. Mereka pasti akan merasa dipermainkan jika semua ini berujung pada kegagalan. Orang tua Lisa juga terlihat senang saat perkenalan singkat mereka, harapan akan masa depan yang cerah terlukis di wajah mereka.

Semua menjadi rumit setelah kehadiran kekasih Lisa yang tak terduga, Ryu Han. Pria itu tidak akan mundur begitu saja, karena Lisa masih menyimpan rasa untuknya. Jungkook bisa merasakan tekad Ryu Han, seolah ia yakin bisa memperjuangkan kembali cintanya yang hilang.

Di sisi lain, Lisa terjebak dalam perasaan bimbang. Cinta yang pernah ada kini kembali mengganggu hatinya-antara memilih kembali pada Ryu Han atau meneruskan pernikahan dengan bosnya. Walaupun ia telah memutuskan di depan Ryu Han, tetapi hatinya pun terombang-ambing, terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama menyakitkan.

Lisa menghela napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang penuh gejolak. "Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya, suara hatinya berbisik dalam keraguan.

***

Sekitar jam 12:00 waktu Korea, mereka tiba di Bandara Incheon setelah penerbangan dari Thailand. Suara mesin pesawat yang menderu pelan saat mendarat menandakan akhir perjalanan. Begitu pintu pesawat dibuka, udara segar dan dingin Seoul menyambut mereka, berbeda dari suhu panas yang menyelimuti Thailand. Di bandara, aroma kopi yang baru diseduh dan makanan ringan menggoda selera tercium dari kafe-kafe yang berjejer.

Setelah melewati proses imigrasi yang cepat, Jungkook dan Lisa melangkah keluar menuju area penjemputan. Beberapa orang sudah menunggu, mengenakan pakaian rapi dengan papan nama bertuliskan "Jungkook." Lisa hanya tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan situasi seperti ini setelah lima tahun menjadi sekretaris Jungkook.

"Selamat datang di Korea, Nona Lisa, Tuan Jungkook. Mobil sudah siap menunggu," salah satu dari mereka menyapa dengan sopan.

Jungkook mengangguk dan mengarahkan Lisa ke arah mobil mewah yang terparkir. Begitu mereka masuk, Lisa merasakan getaran halus mesin mobil saat sopir menyalakan kendaraan. Perjalanan dimulai dengan lembut, dan Lisa memperhatikan pemandangan kota yang mulai hidup di luar jendela.

Mobil melaju melalui jalanan yang dipenuhi bangunan modern dan lampu-lampu neon yang berkilauan. Suara klakson dan desisan kendaraan lain menjadi latar belakang perjalanan mereka. Lisa menatap keluar jendela, merasakan semangat Seoul yang berdenyut. Setiap detik, ia merasakan kebisingan kota dan aroma makanan khas yang menggoda dari kedai-kedai pinggir jalan.

Setelah beberapa waktu berlalu, mobil berhenti di depan rumah Lisa. Sopir membuka pintu, dan Jungkook turun terlebih dahulu, diikuti oleh Lisa. "Kita sudah sampai," ucap Jungkook dengan senyum santai.

"Terima kasih, Jungkook," jawab Lisa, tersenyum padanya.

"Masuklah, istirahatlah," kata Jungkook, menunjukkan perhatian kepada Lisa yang pasti merasa lelah setelah perjalanan panjang.

Lisa mengangguk, merasa hangat mendengar perhatian Jungkook. "Baik, sampai jumpa besok!"

Jungkook memastikan Lisa masuk ke dalam rumah dengan aman sebelum ia melangkah mundur. Setelah melihatnya masuk, ia melambaikan tangan dan pergi, meninggalkan Lisa di dalam rumah.

Begitu ia membuka pintu rumah, aroma segar menyambutnya. Ia melangkah masuk, menatap pantulan dirinya di cermin pintu. Wajahnya tampak lelah, tetapi ada kilau harapan di matanya.

Setelah melepaskan sepatu, Lisa melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Suara air mengalir menenangkan pikirannya yang sedikit berantakan. Setelah merasa segar, ia keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian menjadi kaos longgar dan celana comfy yang nyaman untuk di rumah.

Setelah itu, Lisa beranjak menuju kasur dan merebahkan diri sejenak, meraih ponselnya yang terletak di samping tempat tidur. Ia mulai membuka aplikasi kamera, memeriksa foto-foto yang diambil selama perjalanan. Setelah puas, ia membuka email dan melihat banyak pesan yang masuk.

Ia mengeceknya satu per satu sampai matanya terbelalak melihat email dari perusahaan RH Company. Mata Lisa membulat melihat ada pengajuan kerja sama dari mereka.

"Apa Ryu Han benar akan ucapannya?" lirih Lisa, merasakan campuran ketidakpercayaan dan kecemasan.

Ingatan akan Ryu Han dan pernyataannya di Thailand kembali menghantui pikirannya. Jantungnya berdegup kencang saat menyadari bahwa niat tersembunyi Ryu Han mungkin adalah untuk mendekatinya lagi, bukan hanya sekadar kerja sama bisnis.

Saat pikirannya masih terjebak dalam keraguan, ponselnya tiba-tiba bergetar. Nama Jungkook muncul di layar. Dengan sedikit ragu, Lisa mengangkat teleponnya.

"Halo?" sapa Lisa, berusaha terdengar santai.

"Hey, Lis. Maaf, aku harus telepon lagi. Ternyata, ibuku sudah mengatur pertemuan di butik untuk kita hari ini," kata Jungkook, terdengar sedikit canggung.

"Oh, begitu. Tadi aku tidak tahu ada pertemuan yang diatur," jawab Lisa, merasa bingung.

"Iya, aku tahu ini mendadak. Ibuku tidak tahu kita ke Thailand kemarin, jadi dia ingin memastikan kita mendapatkan yang terbaik untuk pernikahan kita," jelas Jungkook.

"Baiklah, kalau begitu. Aku siap-siap," kata Lisa, merasa sedikit khawatir bahwa Jungkook mungkin merasa lelah.

"Lima belas menit, ya? Aku sudah di jalan," ujar Jungkook, suaranya penuh perhatian.

"Ya, sampai nanti!"

Setelah menutup telepon, Lisa kembali terpikir pada email dari Ryu Han. Dia bingung bagaimana harus menyampaikan pengajuan kerja sama itu kepada Jungkook. Di satu sisi, ia merasa perlu untuk jujur, tetapi di sisi lain, bayang-bayang masa lalunya bersama Ryu Han terus mengganggu pikirannya, membuatnya ragu untuk terbuka.

***

TBC

Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang