Chapter 8| SJ

16.2K 933 23
                                    

Melamar sekretarisnya sendiri yang telah bekerja selama lima tahun bukanlah keputusan yang semudah yang dibayangkan Jungkook. Keputusan sederhana itu justru menjebaknya dalam perasaan bersalah yang terus menggerogoti hatinya.

Di tengah kesibukan persiapan pernikahan, Jungkook berusaha memperlakukan Lisa dengan penuh perhatian. Sadar atau tidak, perhatian itu membuat Lisa, sekuat apa pun dia, merasa lemah. Ia tak bisa memungkiri bahwa setiap senyuman dan kebaikan Jungkook menyentuh jiwanya, mengusik ketenangannya.

“Besok, tidak terasa aku akan menikah dengannya,” gumam Lisa sambil memandang jauh ke luar jendela, matanya menelusuri langit yang berwarna cerah. “Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan aku lakukan saat bersamanya, bagaimana menjalani pernikahan tanpa cinta ini?”

***

Pukul 07:00, Lisa sudah siap mengenakan gaun putih yang menjuntai anggun ke lantai, bak seorang putri dalam dongeng. Gaun itu adalah hasil pilihannya di butik Eunji, dengan potongan A-line yang memancarkan keanggunan. Terbuat dari satin lembut yang berkilau saat terkena cahaya, gaun ini memiliki detail lace yang halus di pinggang dan ujungnya, memberikan sentuhan elegan yang sempurna. Dandanan Lisa sangat memesona, dengan rambut yang disanggul tinggi dan dihias dengan bunga segar yang menambah nuansa romantis. Riasan wajahnya lembut dan menawan, dengan sentuhan blush on yang membuat pipinya terlihat merona alami, serta lipstik berwarna nude yang menonjolkan senyumnya yang manis. Melihat bayangannya di cermin, Lisa merasa pangling—seolah tidak mengenali diri sendiri.

Ibunya, Panya, yang terbang dari Thailand bersama suaminya, Danchie, memberikan arahan dengan lembut. Kakaknya, Jisoo, berada di sampingnya, berusaha memberikan semangat dan dukungan. Saat mereka melangkah keluar dari ruangan, Lisa merasakan kerinduan bercampur dengan kebahagiaan. Jantungnya berdegup kencang saat mereka mendekati altar.

Dengan tangan ibunya yang lembut menggenggamnya, Lisa melangkah di atas karpet merah yang dihiasi bunga-bunga segar. Setiap langkah terasa berat, seolah dunia mengawasi dan menunggu. Suara gemuruh tamu yang hadir melengkapi nuansa tegang di sekelilingnya. Dalam kepalanya berputar berbagai pikiran, mulai dari harapan hingga ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.

Tatapan Jungkook sulit diartikan—antara ketegangan dan harapan. Saat matanya bertemu dengan mata Jungkook, seolah ada jembatan yang menghubungkan dua hati yang terpisah oleh keraguan.

Degup jantung Lisa berdetak seirama dengan derap heelsnya. Setiap langkahnya seolah membawa beban yang lebih berat. Saat mereka mendekati altar, Lisa merasakan tangan ibunya bergetar, seolah merasakan ketegangan yang juga menggetarkan jiwanya.

“Ini adalah momen yang tidak akan pernah aku lupakan,” pikirnya. “Bagaimana jika semua ini salah? Bagaimana jika cinta sejati tidak pernah menjadi milikku?”

Semua mata tertuju padanya, terpukau oleh kecantikan yang tak dapat dipungkiri. Lisa merasakan hangatnya perhatian itu, dan ia tak mampu berpaling sejenak untuk melihat keindahan dunia di sekelilingnya.

“Jeon Jungkook, bersediakah kau menjadikan Lalisa Manoban sebagai istrimu, dan hanya maut yang memisahkan?” tanya pendeta dengan suara yang menggema di antara kerumunan.

“Ya, saya bersedia.” Ketegasan suara Jungkook membuat para tamu terdiam, menahan napas, seolah dunia menunggu jawaban selanjutnya.

“Lalisa Manoban, bersediakah engkau menjadikan Jeon Jungkook sebagai suamimu, untuk mencintainya, menghormatinya, dan mendukungnya dalam keadaan baik maupun buruk, sampai maut memisahkan kalian?” pendeta melanjutkan.

“Ya, saya bersedia.” Suara Lisa terdengar lebih lembut, tetapi mantap.

Saat kata-kata itu terucap, pipi Lisa merona malu, terjebak dalam tatapan ribuan pasang mata yang mengawasinya. Dalam momen itu, bibir Jungkook menempel lembut pada bibirnya, memberikan ciuman yang penuh makna.

Di sudut ruangan, Ryu Han menyaksikan semua itu dengan tatapan tajam. Cemburu dan marah mengisi dadanya, terbaca jelas di wajahnya yang tegang. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang yang dicintainya kini menjadi milik orang lain. Ryu Han mengepal tangan, menahan emosi yang meluap, seolah dunia di sekelilingnya menghilang dan hanya tinggal rasa sakit yang menyelimuti hatinya.

Clap clap!

Gemuruh tepuk tangan menggema, menandai akhir dari acara sakral mereka di atas altar. Namun, rasa sakit yang terpendam di hati Ryu Han tidak akan pernah sirna.

***

Tidak ada senyum terpaksa atau dibuat-buat; kedua pengantin di atas pelaminan itu tersenyum penuh bahagia, seolah semua yang mendasari pernikahan mereka terlupakan dalam momen manis ini. Pipi Lisa bersemu merah saat matanya bertemu dengan tatapan Jungkook. Pria itu menangkap pandangannya, senyum menggoda menghiasi wajahnya, dan alisnya terangkat, membuat Lisa semakin kikuk.

“Berhenti menggodaku,” bisiknya, suaranya hampir nyaris tak terdengar.

“Apakah salah menggoda istriku sendiri?” tanya Jungkook, nadanya penuh kehangatan yang membuat wajah Lisa semakin merona.

Tepat pukul 12:00 malam, setelah semua tamu berpamitan, Jungkook menggenggam tangan Lisa dan membawanya ke dalam kamar. Lisa berdiri kikuk, tatapannya melirik ke sudut ruangan yang terasa asing baginya. Namun, satu hal yang paling ia khawatirkan saat ini: malam pertamanya.

Jungkook menuju kamar mandi, mengambil handuk, dan masuk ke dalam shower. Suara air yang mengalir menambah ketegangan di dalam hati Lisa. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, tetapi rasa gugupnya semakin menjadi. Detak jantungnya semakin cepat saat melihat Jungkook melangkah keluar dengan handuk melingkar di pinggangnya. Lisa menelan ludah, tidak bisa mengalihkan pandangannya.

“Mandilah,” ujar Jungkook, senyum santai menghiasi wajahnya, membuat Lisa bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam, Lisa memutuskan untuk berendam, air hangat mengelilingi tubuhnya, tetapi pikirannya tak kunjung tenang. Cemas, ia menduga apakah Jungkook akan menuntut haknya sebagai suami. Ia menekan pelipisnya, berusaha meyakinkan diri.

“Aku tidak mungkin menolaknya jika dia meminta haknya. Aku sudah janji dan memilih jalan ini,” ujarnya dalam hati, berusaha meneguhkan keputusan yang telah diambil. “Lagipula, aku sudah mengenalnya selama lima tahun. Dia pria yang baik.”

Dengan tekad yang mulai tumbuh, Lisa membilas tubuhnya dan melingkarkan handuk hingga sebatas dada. Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil membungkus rambutnya, langkahnya tetap kikuk. Melihat Lisa yang canggung, Jungkook tidak bisa menahan senyum tipisnya.

Ia mengambil ponselnya dan mulai memainkan sebuah lagu, memberi Lisa ruang untuk berganti pakaian. Lisa menarik selimut sedikit untuk menutupi tubuhnya, berdeham lembut untuk menarik perhatian Jungkook.

Jungkook menoleh dan menyimpan ponselnya. “Kamu sudah mau tidur? Dengar, aku sudah berjanji memberikanmu kebebasan setelah kita menikah, bukan mengekangmu. Malam pertama kita tidak perlu dilakukan jika itu mengekangmu,” ujarnya lembut, menunjukkan niat baiknya.

Ia bersiap untuk berbaring, tetapi Lisa menahan tangannya. Dengan gugup, ia bertanya, “Aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?”

Jungkook mengurungkan niatnya untuk tidur, memperbaiki posisinya. “Senyaman kamu saja. Kamu tidak akan memanggilku sebutan sayang walau aku memintanya, bukan?” tanyanya, nada suaranya penuh harap.

Lisa terdiam sejenak, ekspresi bingung menghiasi wajahnya. Akhirnya, ia menggelengkan kepala. “Aku akan memanggilmu dengan sebutan itu,” ujarnya, membuat Jungkook terkejut. Ia tidak menyangka Lisa mau memanggilnya dengan sebutan mesra itu.

“Di rumah kita sepasang suami-istri, dan di kantor kita bawahan dan atasan. Aku akan konsisten dan menghargaimu,” jelas Lisa, menegaskan komitmennya.

Jungkook merasakan ketakutan merayap ke dalam hatinya. Ia takut untuk mencintai sekretarisnya dan mengabaikan rasa bersalah yang terus menghantui. Bagaimanapun, ia memikirkan perasaan Lisa. Gadis itu tidak pernah berbuat kesalahan besar kepadanya—selalu patuh dan cekatan. Dan sekarang, ia bahkan telah meminta Lisa menyelamatkannya dari perjodohan gila ibunya.

Namun, pertanyaannya kini: apakah ia mampu mengabaikan rasa cinta yang tumbuh dalam hatinya? Rasa yang sudah lama ada selama lima tahun mereka saling memerhatikan satu sama lain, tanpa Lisa sadari.

***

TBC

Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang