Malam setelah mereka menikmati makan malam bersama, Lisa mengajak Jungkook duduk di teras. Suasana malam yang tenang dipenuhi aroma segar dari bunga-bunga di taman dan suara gemerisik dedaunan. Namun, tatapan Lisa terasa kosong, seolah pikirannya terbang jauh.
“Apa Daddy dan Mommy melarang kita bersama?” tanyanya, suaranya lembut namun bergetar, seolah ada keraguan yang menyelimuti hatinya. Dalam benaknya, rasa kecewa menyelubungi saat membayangkan larangan orang tuanya, membuatnya merasa seolah terkurung.
“Tidak,” jawab Jungkook, membuat Lisa menoleh. Mata cantiknya berbinar, penuh harapan akan jawaban yang lebih dalam.
Namun, di dalam benak Jungkook, berputar pertanyaan yang menyakitkan. "Haruskah aku mengatakannya? Apakah aku harus bilang bahwa Daddy dan Mommy-mu mengatakan aku akan terluka karena hatimu mengharapkan pria lain?" Ia menatap Lisa dengan dalam, berusaha menemukan kata-kata yang tepat untuk menenangkan hati gadis di depannya.
“Aku memang belum sepenuhnya memahami perasaanku padamu,” batinnya gelisah, "Tapi aku berjanji pada diriku sendiri untuk mencintai hanya satu wanita dalam hidupku, yaitu pendamping hidupku sendiri." Meskipun berjanji pada dirinya, suara hatinya berbisik lain, meragukan keputusan yang ada di depannya.
Bibirnya mengungkapkan sesuatu yang berbeda. “Awalnya, orang tuamu menolak, tetapi aku sudah bilang padamu, aku akan berjuang untukmu,” ujarnya sambil tersenyum tipis, senyumnya sehangat cahaya bulan yang menyinari malam. Senyum itu menyembunyikan isi hatinya dan fakta yang ia ketahui tentang Lisa dari Denchai dan Panya.
Sejenak, semua pertanyaan Lisa terlupakan dalam tatapan manis Jungkook. Ia mengerjapkan mata, terpesona oleh senyumnya yang tulus. Udara malam yang sejuk menjalari kulitnya, memberikan kenyamanan yang tak terhingga, sementara hati Lisa berdebar kencang, merasakan kehangatan yang menyusup ke dalam jiwanya.
“Syukurlah,” ucapnya lega, senyumnya merekah seperti bunga yang mekar di tengah malam. Ia meraih gelas teh di sampingnya, aroma harum teh melati menyeruak, menyentuh hidungnya dengan lembut saat ia menyesapnya. Rasa manis dan hangat menyebar di dalam mulutnya, menghangatkan hatinya yang bergetar.
Namun, di dalam hati Lisa, ada keraguan yang menggelayuti. "Aku tidak tahu apakah pernikahan kita akan berhasil atau tidak," pikirnya, saat matanya menangkap sosok seorang pria berdiri tidak jauh darinya.
Pria itu, yang telah menaruh banyak harapan padanya, kini muncul kembali. Kenapa, di saat ia baru saja mendapatkan restu, pria itu datang dengan sebuket mawar segar dan boneka beruang yang tampak menggemaskan? Hatinya berdesir, campuran antara kebahagiaan dan kebingungan melanda pikirannya, membuatnya merasa terombang-ambing antara dua pilihan yang saling bertentangan.
***
Setelah momen canggung di teras, di mana Lisa menatap jauh ke arah taman dan merasakan kehadiran sosok yang ia rindukan, mereka akhirnya masuk ke dalam rumah. Lisa berusaha mencairkan suasana yang tegang, meski hatinya dipenuhi kekhawatiran.
“Ryu,” panggilnya lembut, mengajak pria itu duduk di sofa empuk di ruang tamu. Ryu, yang seakan terhipnotis oleh keberadaan Lisa, mengikuti langkahnya. Pria dengan campuran darah Thailand dan Korea itu memiliki pesona yang sulit ditolak, dengan mata tajam dan senyum yang mampu membuat hati berdebar.
“Ke—kenalkan, ini adalah—“ Lisa mulai memperkenalkan mereka, tetapi kalimatnya terputus saat Jungkook memotongnya dengan cepat. Ia mengulurkan tangan ke arah Ryu.
“Jeon Jungkook,” katanya, tatapannya tajam, beradu dengan Ryu yang tidak kalah tegas.
“Ryu Han,” jawab pria itu, suaranya penuh wibawa. Dua sosok pengusaha dari RH Company dan JK Company itu saling memandang, seolah mengukur satu sama lain dalam diam yang penuh ketegangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞
FanficDi balik kesuksesan dan kekayaan Jeon Jungkook, seorang miliuner muda yang tampan dan berkarisma, terdapat satu masalah yang terus menghantuinya-tekanan dari ibunya yang tak henti-hentinya bertanya, "Kapan kamu menikah?" Dalam usaha untuk menghindar...