Chapter 12 | SJ

11.9K 863 64
                                    

Setelah percakapan di kamar, Lisa mengajak Jungkook berjalan-jalan di sekitar kantor. Dengan jadwal pertemuan dengan Mr. Rig yang sudah ditunda, mereka memiliki waktu untuk bersantai sejenak. Keduanya melangkah keluar dari lift khusus CEO. Ini bukan pertama kalinya Jungkook terlihat di jam kerja, tetapi kali ini berbeda. Lisa berjalan di sampingnya, bukan hanya sebagai sekretaris, tetapi sebagai istri.

Di kantor, ada yang senang melihat Lisa menjadi istri dari CEO mereka yang terkenal workaholic. Lisa tetap tampil sederhana meski menjadi nyonya besar Jeon Corp. Sifatnya pun tidak berubah, tetap ramah dan hangat seperti ketika pertama kali bergabung.

"Sangat jarang melihat Bos kita keluar di jam kerja seperti ini," bisik seorang karyawan kepada rekannya.

"Benar, Lisa sepertinya bisa menghipnotisnya untuk bersantai di jam kerja," tambah yang lain, sambil tersenyum.

"Setidaknya jam lembur kita akan berkurang karena Bos pasti memilih lembur bersama istrinya di rumah," sahut yang lain, menutup percakapan mereka dengan tawa kecil sebelum kembali bekerja. Namun, percakapan itu tidak luput dari pendengaran Lisa dan Jungkook.

Jungkook tetap dengan ekspresi datarnya yang khas, seolah tidak terpengaruh oleh obrolan di sekitarnya. Namun, Lisa merasakan wajahnya memanas, pipinya memerah karena malu. Dia menundukkan kepala sedikit, berusaha menyembunyikan senyum malu-malu, dan mempercepat langkahnya melewati rekan-rekan kerja yang memperhatikannya.

Mereka melanjutkan langkah keluar dari gedung, menikmati udara segar yang menyapa. Lisa merasa lega, bisa sejenak keluar dari rutinitas dan berada di sisi suaminya, tanpa harus memikirkan pekerjaan. Di tengah kesibukan sehari-hari, momen sederhana seperti ini terasa begitu berharga.

Jungkook melirik ke arah Lisa, melihat senyum kecil yang mulai menghiasi wajahnya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya lembut, ingin mengetahui apa yang ada di benak istrinya.

Lisa menoleh, menatap mata suaminya yang dalam. "Aku hanya merasa ini semua seperti mimpi," jawabnya dengan senyum manis. "Bisa berjalan bersamamu di tengah hari kerja, tanpa harus memikirkan yang lain. Rasanya luar biasa."

Jungkook tersenyum, merasakan kehangatan dari kata-kata Lisa. "Aku juga merasa beruntung. Terkadang, kita perlu meluangkan waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting," katanya sambil meraih tangan Lisa, menggenggamnya dengan lembut. "Dan kamu adalah bagian terpenting dari hidupku."

Mereka melanjutkan langkah, menikmati kebersamaan yang jarang mereka rasakan di tengah jadwal yang padat. Di antara hiruk-pikuk kehidupan kantor, mereka menemukan kedamaian dalam kebersamaan, saling menguatkan dan mengingatkan betapa berharganya setiap detik yang mereka habiskan bersama.

***
“Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di sekitar kantor,” komentar Jungkook sembari memandang sekeliling kafe klasik yang tampak lebih cocok untuk dikunjungi remaja. Tempat ini terasa asing baginya, namun Lisa membawanya ke sini dengan penuh percaya diri.

“Kamu terlalu sibuk,” jawab Lisa sambil melepas high heels-nya dan memijat tumitnya yang pegal setelah seharian berdiri. Dia sebenarnya lebih suka memakai sepatu flat, tetapi aturan kantor memaksanya mengenakan high heels.

“Kamu sering ke sini?” tanya Jungkook, membuat Lisa menghentikan sejenak aktivitasnya memijat tumit dan membuka buku menu. Dia melirik suaminya dan mengangguk. “Dengan siapa?” Jungkook melanjutkan, rasa ingin tahunya terpancar jelas.

Lisa berpikir sejenak, kemudian menopang dagu, menatap suaminya. “Aku sering ke sini saat mood kamu tidak bagus. Kamu memberiku banyak tugas dan memarahi banyak karyawan di kantor. Semua mengeluh padaku hingga mengantar file saja harus berada di atas mejaku. Aku mengantarnya padamu agar kamu tidak memarahi mereka,” jelas Lisa panjang lebar. Jungkook menyadari bahwa selama ini Lisa yang mengambil alih tugas mengantar file saat suasana hatinya buruk, bukan karena Lisa tahu situasi, tetapi karena karyawannya ketakutan.

Melihat Jungkook terdiam, Lisa melanjutkan, “Aku ke sini bukan untuk minum dan melepas penat, tetapi di sinilah aku membelikanmu kopi.” Jungkook teringat saat-saat ketika dia marah, Lisa akan datang membawakannya kopi. Wanita itu memang selalu sigap melayaninya. Bahkan ketika semua orang takut mendekat karena amarahnya, Lisa justru berbeda. Ia mengabaikan rasa takutnya karena khawatir.

Jungkook tersenyum tipis, menyadari bahwa lima tahun bersama Lisa membuat gadis itu mengenalnya lebih dari dirinya sendiri. Jatuh cinta adalah pilihan sulit bagi Jeon Jungkook, dan jika Soo Jin tidak mendesaknya untuk membawa menantu, mungkin ia sudah kehilangan Lisa karena Ryu Han yang kembali. Namun, kini dia merasa bukan hanya lima tahun yang akan dimilikinya, tetapi juga hati wanita di depannya.

“Diam-diam selama lima tahun kamu menghafal semua kebiasaanku?” goda Jungkook dengan nada menggoda. Lisa tersipu mendengar ucapan suaminya. “Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya khawatir,” jawabnya pelan, membuat senyum Jungkook semakin lebar.

Tanpa disadari, sejak mereka masuk ke kafe, Jungkook dan Lisa telah menjadi pusat perhatian. Interaksi mereka yang hangat dan jarang terlihat membuat pengunjung lain terpesona. Apalagi senyum yang menghiasi wajah Jungkook, sesuatu yang jarang terlihat di luar lingkungan kantor, membuat momen ini terasa istimewa.

Beberapa karyawan yang kebetulan ada di kafe merasa senang bisa menyaksikan momen langka ini. Tidak banyak dari mereka yang melihat bos mereka berinteraksi santai dengan seseorang, apalagi dengan senyum selebar itu.

***

TBC

Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang