Chapter 2 | SJ

25.8K 1.3K 35
                                    

Saat sinar matahari semakin terik, Soo Jin tidak mengurungkan niatnya untuk mengunjungi kantor putranya. Tekadnya untuk melihat Jungkook menikah begitu kuat, dan langkahnya mantap saat memasuki gedung megah itu. Setiap tatapan tertuju padanya, wanita paruh baya yang mengenakan dress setengah lutut, melempar senyum ramah kepada orang-orang di sekitarnya.

Usia seolah tidak berpengaruh pada kecantikan Soo Jin; aura keibuan dan keceriaannya membuatnya tampak awet muda, seperti remaja yang penuh semangat.

Ketika Soo Jin membuka pintu ruangan putranya, matanya langsung tertuju pada seorang gadis yang duduk di sofa, tampak serius mengetik.

"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lisa, terkejut dan langsung berdiri. Dia tidak pernah melihat Ibu Jungkook secara dekat, meskipun wajahnya terasa sedikit familiar.

Soo Jin menilai Lisa dengan teliti, senyumnya merekah tipis. *Dasar anak nakal. Pantas saja Jungkook betah melajang, ada gadis cantik seperti dia di sini,* pikirnya, merasakan bangga dan harapan.

"Ekhm," Soo Jin berdehem, mendekati Lisa dan mengulurkan tangan. "Namaku Soo Jin, Ibu Jungkook," ujarnya dengan percaya diri.

"M-maaf, Ny-" Lisa tersendat, bingung dengan pengenalan mendadak itu.

"Panggil aku eomma," kata Soo Jin sambil tersenyum hangat. "Dan selamat berkenalan, calon ibu mertuamu," tambahnya, membuat Lisa terkejut.

Mata Lisa membulat. "C-calon ibu mertua?" tanyanya, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Ya! Aku harap kita bisa akrab," jawab Soo Jin dengan tawa kecil, menariknya duduk.

Lisa menggaruk kepalanya, merasa terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dia bukan pacar Jungkook, dan Soo Jin sudah membuat asumsi yang berbeda.

"Saya hanya sekretaris Jungkook," ujarnya, berusaha menjelaskan posisinya.

"Baiklah. Apakah kamu masih jomblo?" tanya Soo Jin dengan antusias, dan Lisa mengangguk. Hati Soo Jin bersorak, senang mengetahui gadis di depannya masih lajang.

"Tidakkah kamu berpikir untuk menikah dengan putraku? Dia belum menemukan jodohnya. Sementara itu, eomma ini sudah tidak muda lagi," Soo Jin melanjutkan, nada sedih menggema di suaranya. Wajahnya memelas, seolah menarik simpati siapa pun yang mendengarnya.

"A-saya ... eum ... Pak Jungkook banyak yang menyukainya. Saya bisa membantu Anda, Nyonya," jawab Lisa, suaranya bergetar.

"Putraku sangat sulit terbuka dengan wanita. Sifatnya keras kepala. Mungkin banyak yang menyukainya, tetapi dia yang tidak mudah menyukai orang lain," tambah Soo Jin, kesal mengingat wajah putranya yang selalu menolak.

"Say-" Pintu tiba-tiba terbuka, dan Jungkook muncul dengan tatapan datar. Ia sudah bisa menebak bahwa ibunya pasti telah mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kepada Lisa.

"Eomma," panggil Jungkook, dan Soo Jin langsung berdiri, memeluk putranya erat.

"Aku mau siap-siap dulu," ujar Jungkook, mengetahui kedatangan ibunya adalah untuk mempertemukannya dengan teman-teman sosialitanya.

"Tidak perlu, Nak. Eomma merasa sedikit tidak enak badan. Cuaca sangat panas," jawab Soo Jin, memberikan alasan untuk mengalihkan perhatian Jungkook. Tentu saja, dia tidak ingin repot-repot membawa putranya ke tempat lain.

Rencana Soo Jin berubah saat matanya tertuju pada Lisa. Detik itu, hasrat untuk menjodohkan putranya dengan gadis di depannya menggelora dalam hati. Senyumnya merekah, penuh harapan.

"Saya permisi. Nyonya ingin minum jus atau teh?" tanya Lisa, suaranya yang lembut mencairkan suasana.

"Tidak perlu, Nak. Saya harus pergi sekarang," jawab Soo Jin, mengalihkan perhatian Jungkook yang memicingkan mata, memperhatikan tingkah ibunya. Bukankah cuaca sedang panas? Ke mana dia akan pergi?

"Bukannya panas, Eomma?" tanya Jungkook, mencoba memahami keputusan ibunya. Namun, Soo Jin sudah siap dengan seribu alasan.

"Eomma baru saja menerima pesan dari appamu. Dia akan pulang siang nanti ke rumah. Eomma harus menyambut kekasih Eomma," ujar Soo Jin, membuat bibir Lisa berkedut, tak bisa menyembunyikan senyumnya yang terkejut.

"Aku akan mengantar, Eomma," ujar Jungkook, nada suaranya mencerminkan kekhawatiran. Soo Jin mengerang kesal. Anaknya memang sulit diandalkan untuk mencari jodoh.

"Lebih baik kamu tinggal di sini bersama calon menantu eomma. Selamat tinggal, putraku dan calon menantuku." Soo Jin berkata sambil menarik pintu dan melangkah keluar, meninggalkan Jungkook dan Lisa dalam kebingungan.

Jungkook menghela napas panjang. Ia menoleh ke arah Lisa, menunggu penjelasan. "Apa yang dikatakan eommaku kepadamu?" tanyanya, lalu duduk di sofa, menatap Lisa dengan penuh harap.

Lisa ikut duduk, matanya menyatu dengan tatapan Jungkook. "Hanya mengatakan bahwa dia sudah tua dan anaknya belum menemukan jodoh," jawabnya, suaranya tenang meski ada rasa cemas.

Jungkook mengacak rambutnya, frustrasi terlihat jelas di wajahnya. Ia melonggarkan dasinya dan membuka jasnya, semua tidak luput dari tatapan Lisa. Dia bisa merasakan ketegangan di antara mereka.

"Lalu, apa lagi?" tanya Jungkook, mengetahui ibunya pasti tidak hanya mengucapkan satu atau dua patah kata.

Lisa gelagapan. Haruskah dia jujur? Wajahnya terasa panas saat dia mengumpulkan keberanian. "Nyonya mengatakan ... dia calon ibu mertua ... saya," ucapnya, suaranya semakin mengecil di akhir kalimat. Rasa malu menyelimuti dirinya saat mengucapkannya.

Jungkook sudah menduga. Dengan tatapan intens, ia mengamati Lisa. "Bagaimana jika kamu menjadi istri saya?" tanyanya, membuat Lisa terkejut. Jantungnya berdegup kencang.

"Kamu dan saya sudah bersama selama lima tahun. Hampir semua kebiasaan saya pasti kamu tahu. Menikah dengan orang lain akan membuat saya resah. Lebih baik menikah denganmu. Saya pun sudah tahu, meski tidak semua tentang kebiasaanmu," ujarnya panjang lebar, nada suaranya tegas namun penuh kasih.

"Sa-saya-" Lisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menata pikirannya. Lima tahun bersama membuatnya mengetahui banyak hal kecil tentang Jungkook. Namun, ini adalah masalah hati, dan semua terasa rumit.

"Apakah yang harus aku lakukan? Apakah ini saatnya aku melupakan janji yang diucapkan 'dia' kepadaku?" pikirnya, berperang dengan batinnya.

"Aku tidak akan mengekangmu. Kamu bebas keluar dan berkumpul bersama teman-temanmu. Kita bisa menikah sambil mengenal satu sama lain. Tidak perlu terburu-buru menjadi suami-istri," ujar Jungkook, mengerti apa yang terlintas di pikiran Lisa. Ia menawarkan masa depan tanpa paksaan, dan Lisa merasakan ketulusan dalam kata-katanya.

"Sa-saya butuh waktu," lirih Lisa, suaranya hampir tak terdengar.

Jungkook mendengus, rasa tidak sabarnya terlihat jelas. "Saya tidak suka menunggu," ujarnya, tatapannya membuat Lisa merasa tertekan.

"Lalu, Pak Jungkook meminta saya menjawabnya sekarang?" tanya Lisa, dan Jungkook mengangguk dengan serius.

Lisa sudah mengambil keputusan. Ia tahu Jungkook adalah laki-laki yang baik. Saatnya melangkah dan melupakan janji yang selama ini menggantung.

Pria di depannya menawarkan masa depan tanpa ragu. Lebih dari itu, ia tidak membatasinya. Lisa menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

"Baiklah. Saya mau. Akan tetapi, saya punya syarat," ujar Lisa, menatap Jungkook dengan tegas.

Jungkook mengangkat alisnya, penasaran. "Katakan."

"Izinkan saya tetap bekerja di sini, dan selama kita bekerja, saya minta tetap diperlakukan seperti karyawan Anda," ujarnya, menantang.

"Baiklah," jawab Jungkook, menerima syarat tersebut dengan senyuman.

***

TBC

Sekretaris Jeon (LISKOOK)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang