Sudah dua jam lebih aku berlarian keliling kota mencari-cari keberadaan Merapi. Namun tidak nampak sepucuk pun batang hidungnya. Kini tinggal rasa letih dalam badan. Aku menyerah, tidak sanggup lagi. Aku sudah tidak kuat lagi menjalani hari ini, aku kesal, aku marah, aku ingin segera keluar dari belenggu.
Rasa kesal yang sudah sejak pagi terpenjara akhirnya ku lepas juga dengan berteriak dan meraung sekencang mungkin. Tanpa sadar bahwa raga ini sedang berada di tengah kota. Tepatnya aku berdiri mematung di tengah Zebra Cross persimpangan Distrik 6. Sebuah wilayah yang cukup jauh dari Distrik 5, tempat tinggalku. Klakson-klakson kendaraan saling mengusirku tepat ketika lampu lalu lintas baru saja menyala kuning sehabis menyala merah cukup lama.
"Woy, Orang gila! Minggir!" usir salah seorang supir truk. Aku masih mematung seakan-akan tidak sadar sedang berada di mana. Untung saja seorang petugas polisi lalu lintas yang berada di pos persimpangan bergegas menghampiri. Aku dituntun untuk menepi.
Sesampainya di tepi, aku berterimakasih pelan. Polisi itu tidak berucap sepatah kata pun. Dia langsung kembali ke Pos-nya. Aku dibiarkan lesehan di trotoar. Orang-orang menatapku tajam. Beberapa di antara mereka mempercepat jalannya ketika melewatiku. Aku seperti dianggap tidak sewaras mereka. Apalagi aku baru saja menyadari bahwa sedari tadi telapak kakiku telanjang.
Setelah kesadaran perlahan terkumpul, aku bangkit berdiri. Tenggorokanku kering. Aku harus membasahinya dengan setetes dua tetes air. Aku masih butuh air untuk melanjutkan hidup. Supaya aku tahu bagaimana kisah ini akan berakhir nantinya.
Ada sekios warung kaki lima di pinggir trotoar. Ku dekati penjualnya. Dalam keadaan tubuh lunglai nan letih, pedagang itu langsung memberikanku sebotol air mineral tanpa sempat aku memesan. Ketika uang masih ku rogoh di saku celana, pedagang tersebut malah berkata, "Nggak usah bayar, udah, sana pergi!"
Aku pun pergi dan memutuskan untuk pulang. Langkah kakiku melemah, napasku tidak beraturan. Tubuhku bergetar hebat. Rasa haus hilang, tinggal rasa lapar yang masih ku tahan. Cara berjalanku sempoyongan, sudah seperti orang mabuk. Andai penampilanku bersih dan wangi, mungkin pria hidung belang akan sangat memanfaatkan kesempatan ini.
Namun, bukankah pria hidung belang terkadang tidak begitu peduli dengan penampilan? Asal dia wanita akan ditubruk juga ketika memang naluri bejatnya aktif. Aku tidak pernah seyakin itu sebelumnya. Sampai ketika tiba-tiba sebuah mobil Pajero menepi dan berhenti tepat di sisi kananku yang sedang melangkah di trotoar.
Sesosok pria keluar dari mobil itu. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena pandanganku semakin samar setelah meraung terlalu keras. Mungkin suaraku yang berlebihan telah berpengaruh kepada alat penglihatanku. Pria itu langsung menarik tanganku dan mendorongku untuk masuk ke kursi belakang.
Aku duduk di sebelah seorang wanita yang sepertinya pingsan. Sial, mau di bawa kemana aku? Ingin berontak pun tubuhku sudah lemah tidak berdaya. Bahkan pandangan ini semakin redup. Ketika sudah beberapa ratus meter mobil berjalan, mataku semakin tidak kuat lagi untuk terbuka. Perlahan, kelopak mata ini rasanya berat. Aku sudah tidak tahan ingin segera memejamkan mata. Aku pun terlelap seketika.
***
Mataku perlahan terbuka, retina mata ini seolah tepat berhadapan dengan matahari melalui celah-celah kaca ventilasi. Rupanya hari sudah siang. Tubuhku masih merebah di kasur yang empuk dan ruangan ber-AC yang tentu membuat tidurku cukup lelap semalam. Tunggu! Kasur empuk? Ruangan ber-AC? Bangun siang? Gawaaaaaat...!
Di mana ini? Tempat apa ini? Jangan-jangan aku diculik. Aku tidak sanggup membayangkan hal-hal yang buruk. Aku tidak mau diperkosa. Aku tidak mau dibunuh. Aku masih ingin hidup tenang. Dengan sekuat tenaga aku pun berteriak minta tolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Si Gadis Kucing
Mistero / ThrillerDi sinilah semua kisah itu dimulai. Seorang Wanita yang menyebut dirinya Si Gadis Kucing. Setiap malam dia berkeliling ke setiap sudut gang pemukiman kota. Membagi-bagikan makanan kepada setiap kucing liar yang dia temui. Pada suatu pagi, ditemukan...