19.

13.4K 2K 96
                                    

Kasih tau kalo ada typo..

Oke, selamat membaca🐔

***
Orion
Linongnong
P
P
P
P
Besok berangkat bareng yuk
Gue jemput yahh

Orion
Gak boleh nolak kebaikan
Gue maksa!!!

Orion uring-uringan diatas kasur, dia menggigit bibir bawahnya gugup menunggu balasan pesan dari Lina.

Hingga beberapa menit kemudian, belum ada balasan apapun. Pikiran negatif mulai memenuhi otak cowok itu. Orion menghela nafas, apa dia tertolak? Sepertinya begitu.

Orion menatapa ponselnya sebentar, jarinya bergerak ingin menghapus pesan yang baru di kirim beberapa menit yang lalu. Tapi tiba-tiba balasan chat dari Lina masuk.

Si Unyill
Weh, Oriong tumben banget baik. Kiw, selama gratis gue mau. Mayan hemat duit🥰

Mata Orion membulat sempurna membaca jawaban Lina.

Ini benerankan?

Bibir Orion berkedut menahan senyum. Cowok itu berguling diatas kasur. Kalau ini mimpi, tolong bangunkan dia. Supaya tidak terlalu berharap.

Ahskskshzhsj...

Orion melirik ponselnya sebentar, lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal. Kembali melirik ponselnya, kemudian menenggelamkan wajahnya lagi. Begitu seterusnya.

Disisi lain.

Setelah membalas pesan dari Orion, Lina mematikan ponselnya dan memasukkannya ke saku baju. Gadis itu menatap Dipta yang masih tertidur sambil menggenggam ujung baju seragamnya.

Ya, dari pagi hingga sore saat ini Lina masih berada di kamar Dipta. Mengurusi cowok manja itu. Kata Dipta, dia tidak akan mau tidur dan makan jika tidak ada Lina. Karena terpaksa, sekaligus khawatir akhirnya Lina menyetujui permintaan Dipta. Tadi pagi dia sudah meminta Alga untuk mengizinkannya tidak masuk sekolah.

"Eughh."

"Udah bangun?" Lina menatap Dipta yang melenguh dalam tidurnya, tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan membuka mata. Lina mencebik, kalo kayak gini kapan dia bisa pulangnya.

Dipta itu susah sekali disuruh tidur, tapi pas bisa tidur malah kayak orang mati. Gak bangun-bangun!

"Kak Dipta bangun yok, kalo tidur lama-lama nanti lemes loh," ucap Lina, menepuk pipi Dipta. Cowok itu merasa terusik dalam tidur nya, dia perlahan membuka mata.

"Kenapa?" tanya Dipta dengan suara serak khas orang baru bangun dari kematian, maksudnya tidur.

"Gue mau pulang," ujar Lina.

Dipta merubah posisi tidurannya menjadi duduk. "Gue anter."

"Gak usah, lo masih sakit. Lagian gue bisa pulang sendiri," tolak Lina.

Namun Dipta tak mendengarkan, laki-laki itu membuka selimutnya kemudian turun dari kasur. Lina yang melihat itu melototkan matanya.

"Heh, tidur lagi," cetus Lina.

"Gue anter, atau gak pulang sama sekali," ucap Dipta, tanpa melihat Lina yang sudah mencebik kesal. Dia mengambil jaket lalu memakainya, setelah itu membalikkan badan menghadap Lina.

"Jadi, mau pulang gak?" tanya Dipta.

"Iya," jawab Lina malas.

"Oke, ayo."

Dipta kemudian melangkah duluan meninggalkan Lina. Gadis itu mendengus melihat langkah lebar Dipta, dia kan jadi susah ngimbanginnya. Lina berlari kecil, lalu menarik pelan belakang jaket Dipta. Membuat Dipta berhenti berjalan, dan melirik ke arahnya.

"Lepas."

"Ah."

Lina terdiam, merasa dejavu dengan adegan mereka saat ini. Dia ingin melepas tangannya dari jaket Dipta, namun tangannya malah di tarik oleh laki-laki itu.

Dipta membalikkan badannya, menatap Lina datar. Dia mengangkat tautan tangan mereka.

"Kalo ketinggalan, genggam tangan gue kaya gini."

***

Ayam🐔



GEMBEL KAYA RAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang