◍◍
Pukul sepuluh malam. Jisung belum juga terpejam. Dia tidur dengan perasaan gelisah. Perih pada lambungnya semakin menjadi. Jisung membuka mata.
Aku baru ingat kalau aku belum makan malam.
Menghela napas, remaja itu memaksakan tubuhnya yang lemas untuk duduk tegak.
"Aku sudah mengajarimu cara membuat Ramyeon. Sekarang kau harus menjawab pertanyaanku." Seungmin menatap Jisung. "Kenapa kau ingin belajar membuat ramyeon?"
Jisung memiringkan kepala. "Memang kenapa?"
"Jawab saja. Apa susahnya?"
"Menurut Hyung kenapa?"
"Kalau aku tahu aku tidak akan bertanya, Lee Jisung. Duh!" Seungmin kesal, membuat Jisung tertawa pelan. Pun dengan Jeongin yang sedari tadi hanya memperhatikan sambil asyik mengunyah kentang goreng yang tadi sempat mereka beli sebelum pulang.
"Lagian, pertanyaan Hyung ada-ada saja. Jelas aku belajar karena aku ingin. Aku juga ingin bisa menguasai dapur."
"Kau yakin itu alasannya?"
"..."
"Bukan karena hyung-mu yang lain tidak mau memasak untukmu lagi, 'kan? Mereka terlalu sibuk sampai tidak mempunyai waktu untuk memperhatikanmu lagi. Karena itu kau ingin belajar mandiri. Aku benar, 'kan?"
"Seungmin Hyung..."
"Iya atau tidak?"
"..."
"Jie..."
"Ya..." Jawaban lirih itu akhirnya keluar. Dia menatap Seungmin sendu. "Aku ingin belajar mandiri supaya tidak menyusahkan para hyungku lagi. Mereka sudah terlalu lelah. Aku juga sudah harus belajar jadi dewasa. Jadi..."
Seungmin mendekap Jisung. Jeongin ikut menghampiri dan memeluk sahabatnya itu. "Kau memiliki kami. Datanglah pada kami jika kau perlu sesuatu. Aku akan dengan senang hati memberikannya padamu."
Jisung menghela napas. Air matanya menetes tanpa di minta. Menghapusnya dengan kasar, remaja itu beranjak menuju dapur. Setidaknya sekarang dia sudah bisa hanya sekedar membuat ramen. Jadi dia tidak perlu pergi malam-malam ke toko Taeyong lagi dan mendapat ceramah dari pemuda itu. Dia sedikit bersyukur.
Begitu sampai di dapur, Jisung segera membuka lemari dan mengeluarkan satu bungkus ramen. Dia mulai menghangatkan air. Di tengah-tengah kegiatannya, Renjun datang mengambil minum.
"Oh, Jisung? Kau sedang apa?"
Jisung menoleh dan tersentak kaget mendapati Renjun sudah berdiri di sampingnya. "Hyung! Kau membuatku terkejut."
Renjun terkekeh. Lalu melirik air yang hampir mendidih di atas kompor. "Sedang apa?"
"Membuat ramen?"
"Memang bisa?"
"Jangan meremehkanku, Hyung. Aku sudah pintar masak tahu." Jisung mendengus dan mulai memasukan ramennya ke dalam panci.
Renjun diam memperhatikan. Entah hanya perasaan Renjun saja atau adik bungsunya ini memang agak kurusan. Yang jelas, perasaan Renjun mulai tidak enak. "Kau belum makan?"
Belum.
"Sudah. Tapi aku lapar lagi. Jadi aku membuat ramen." Jisung menyengir lebar. Membuat Renjun menggelengkan kepala dan menegakkan lagi tubuhnya yang sedari tadi menyender pada pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lossing You..| End✓
FanfictionTentang si bungsu yang terabaikan. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• "Angin perubahan selalu ada. Dengan atau tanpa di minta, ia akan tetap hadir. Karena begitulah tugasnya."