◍◍
"Jie... Hei, bangun. Kau harus bangun kalau tidak ingin mendapat hukuman dari Jung-Seongsaenim." Jeongin mengguncang sedikit keras bahu Jisung yang sedang menelungkup di atas meja.
Dengan terpaksa Jisung mengangkat wajahnya, menatap sayu kearah Jeongin yang langsung membelalakkan matanya begitu melihat kondisi Jisung saat ini.
"Lee Jisung!" Pekiknya tanpa sadar.
Semua penghuni dalam kelas menoleh, termasuk guru yang sedang mengajar.
"Ada apa, tuan Kim?" Tanyanya dingin.
Jeongin tersentak. Begitu juga dengan Jisung yang sedang mengerjap-ngerjapkan matanya.
Jeongin tergugu. "Ti-tidak, maksud saya, Seongsaenim..."
"Ya?"
"Bi-bisakah saya mengantar Jisung ke ruang kesehatan. Dia --"
"Tidak perlu." Jisung mencengkram lengan Jeongin. "Aku baik-baik saja."
"Baik-baik saja apanya?! Lihat wajahmu, sudah pucat seperti mayat begitu! Hidungmu juga..." Jeongin tidak melanjutkan ucapannya dan berdiri seraya menunduk pada Jaehyun--wali kelasnya. "Izinkan saya mengantar Jisung, Seongsaenim," katanya kemudian.
Jaehyun menatap ke arah Jisung.
Tidak butuh waktu sekian detik untuk kemudian membuat kepalanya mengangguk mengiyakan permintaan siswanya tersebut. "Pergilah."
"Andwae." Jisung masih terus menolak membuat Jeongin memukul pelan kepala sahabatnya itu.
"Jangan keras kepala. Kalau kau masih keras kepala aku tidak akan segan-segan --"
"Baiklah, baiklah. Aku kalah."
Setelah itu mereka beranjak untuk ke ruang kesehatan. Tidak lupa juga Jeongin mengabari Seungmin tentang keadaan Jisung.
Menerima pesan singkat dari Jeongin membuat Seungmin seketika gelisah. Dia menatap Jaemin dan Jeno di depannya. Lalu beralih pada Haechan yang duduk di sebelahnya.
Apa aku harus memberitahu mereka?
Seungmin menggeleng. Tidak-tidak, aku sudah berjanji. Dia mengacak rambut frustasi hingga mengundang perhatian Haechan.
"Kau kenapa?" Tanya Haechan heran. Dia menatap aneh pada Seungmin yang tampak kusut.
"Aku tidak apa."
Haechan mengedik sementara Seungmin tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.
Ponselnya kembali bergetar. Tanpa membuang waktu Seungmin langsung membuka pesan.
Jeongin..
Aku akan membawanya ke rumah sakit. Ku rasa kondisinya memburuk.
Read.
"Sial." Seungmin mengumpat dan langsung membereskan buku tulisnya.
Haechan semakin mengernyit heran melihat kepanikan Seungmin. "Hei, ada apa denganmu?" Tanyanya. Tapi di abaikan oleh Seungmin.
"Seongsaenim?"
"Ya?" Guru di depannya menoleh. Yang juga menyebabkan seluruh penghuni kelas menatap kearahnya.
"Apa aku bisa meminta izin? Saudaraku sedang kritis. Aku harus segera menemuinya." Tangan Seungmin bergetar. Haechan bisa melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lossing You..| End✓
FanfictionTentang si bungsu yang terabaikan. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• "Angin perubahan selalu ada. Dengan atau tanpa di minta, ia akan tetap hadir. Karena begitulah tugasnya."