◍◍
Keajaiban.
Sebagian orang mengharapkan kehadirannya. Sebagiannya lagi tidak mempercayai keberadaannya.
Padahal, keajaiban itu terjadi setiap hari. Dari hal terkecil yang tidak kamu sadari, sampai hal besar yang kemudian kamu syukuri karena hal itu terjadi.
Mark tidak bisa menopang tubuhnya dengan benar ketika suara serak nan berat itu menyapa genderang telinganya. Dia jatuh berlutut, menangis pilu untuk yang kesekian kalinya. Dia menyesal. Perasaan bersalah melilit hatinya semakin dalam. Tidak peduli bagaimana saudaranya yang lain memintanya untuk berhenti menyalahkan diri, dia tetap melakukannya.
Karena dia, memang pantas mendapatkannya.
"Hyung,"
"Maaf."
"Mark hyung,"
"Maafkan aku. Aku mohon," Mark mendongak, menatap nanar seseorang yang kini berdiri di hadapannya. "Aku mohon, Jisung-ah, maafkan aku. Aku bersalah. Maafkan aku."
Lee Jisung, seseorang yang dua tahun lalu nyaris pulang ke rumah Tuhan. Seseorang yang dua tahun lalu membuat ke enam Hyung-nya histeris layaknya orang gila.
Kini, dia berdiri tegak dengan keadaan yang jauh terlihat lebih baik daripada sebelumnya.
Iya. Dia kembali. Dia tidak jadi pergi. Keajaiban itu benar-benar ada. Dan mereka yang nyaris ditinggalkan merasa sangat bersyukur karena Tuhan mau memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki keadaan.
Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin dan Chenle yang sedari tadi terpaku melihat Hyung tertua mereka menangis histeris ikut menundukkan kepala. Mereka sama-sama menyesali apapun yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
"Mark Hyung," Jisung mendekat, berjongkok di hadapan sang Hyung yang masih bersimpuh di lantai. Matanya menatap hangat Mark yang masih betah menundukkan kepala. Jisung tersenyum tipis. "Mark Hyung lihat aku."
Masa itu sudah berlalu cukup lama, tapi rasa sakit dan penyesalannya masih terasa sampai sekarang. Bahkan meskipun mereka sudah memperlakukan Jisung dengan sebegitu baiknya, penyesalan itu tidak juga meninggalkan mereka.
Mark menggelengkan kepala menanggapi kalimat Jisung. Dia tidak berani. Menatap wajah teduh sang adik hanya akan membuat rasa bersalahnya tumbuh semakin besar. Mark tidak mempunyai keberanian untuk menatap Jisung setelah apa yang dilakukannya selama ini. Mark tidak pantas.
"Tidak, aku bahkan tidak pantas mendapat maaf darimu. Aku tidak pantas ---"
"Dengar, Hyung." Jisung berkata tegas. Dia mulai jengah dengan sikap Hyung-nya yang seperti ini. Karena sumpah demi apapun, Jisung tidak pernah sekalipun marah atau pun menyalahkan Hyung-nya atas apa pun yang terjadi dengan dirinya. Entah itu dulu atau pun sekarang, atau mungkin di masa depan nanti, Jisung tidak akan pernah menyalahkan Hyung -nya.
Remaja itu mengalihkan sejenak tatapannya ke arah para hyung-nya yang lain sebelum kembali menatap Mark di depannya.
"Kau akan lebih tidak pantas lagi mendapat maaf dariku kalau kau terus bersikap seperti ini."
Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin dan Chenle yang mendengar perkataan Jisung termenung di tempatnya. Pun dengan Mark yang masih terus menundukkan kepala.
"Aku tidak pernah menyalahkan kalian atas apapun yang terjadi padaku sebelumnya. Aku tidak marah, karena aku tahu kalian melakukan itu untuk kebaikanku sendiri. Jika apa yang kalian lakukan justru nyaris membuatku kehilangan nyawa, maka itu adalah salahku karena tidak mau jujur dengan kalian tentang apa yang sebenarnya terjadi pada diriku saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lossing You..| End✓
FanfictionTentang si bungsu yang terabaikan. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• "Angin perubahan selalu ada. Dengan atau tanpa di minta, ia akan tetap hadir. Karena begitulah tugasnya."