Lossing You.. (11)- End

6.9K 591 81
                                    

◍◍

Dua puluh menit, Yuta akhirnya keluar dari kamar rawat Jisung dengan helaan nafas letih menyertai.

Jeongin segera beranjak ketika mata Yuta menatap penuh arti ke arahnya.

"Hyung, bagaimana ---"

"Masuklah. Jisung ingin bicara denganmu."

Tanpa membuang waktu, Jeongin segera menerobos masuk untuk menemui Jisung.

"Jisung- ah," panggil Jeongin pelan, namun cukup berhasil membuat mata Jisung yang semula tertutup rapat perlahan terbuka. Jisung melempar senyuman tipis ketika Jeongin sudah tepat berada di sebelahnya.

"In- ah,"

"Iya, ini aku," kata Jeongin menarik tangan Jisung untuk dia genggam. "Masih sakit? Maafkan aku karena tadi membentakmu."

Sungguh, dia tidak bermaksud. Dia hanya merasa kesal karena tidak bisa melakukan apa-apa sementara Jisung tengah kesakitan di hadapannya. Jeongin tidak bermaksud membuat Jisung menjadi seperti ini.

"Tidak apa. Itu bukan salahmu." Jisung menarik napas dalam. Berusaha memenuhi paru-parunya dengan oksigen. Napasnya terasa berat. Tenggorokannya pun terasa kering. Jisung nyaris tidak bisa bersuara, namun dia memaksakan diri. Dia harus menyampaikan pesannya yang sempat tertunda pada Jeongin. "Seharusnya aku yang minta maaf. Maaf.. karena sudah membuatmu sedih, dan khawatir."

Jeongin tidak menjawab. Hanya tangannya yang semakin kuat meremas tangan Jisung. Dadanya sesak. Dia seolah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Matanya lantas melirik Yuta dan beberapa perawat yang masih setia menunggu di sana. Mereka menundukkan kepala seolah memberitahu penyesalan mereka lewat tindakan. Jeongin menggigit bibir kuat menahan isakan yang hendak menerobos keluar dari mulutnya.

"In- ah,"

"Tidak, tidak. Jangan katakan apapun. Aku tidak mau mendengarnya."

Namun, seolah tuli, Jisung tetap bicara membuat air mata Jeongin luruh tanpa bisa di cegah lagi.

Jisung melempar senyuman paling tulus yang pernah dia miliki untuk sahabat yang sudah menemaninya sejak kecil ini.

"Terimakasih karena sudah menjagaku. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."

Perpisahan akan selalu menjadi hal yang paling menyakitkan. Namun perpisahan adalah skenario abadi dari Tuhan yang tidak dapat manusia hindari. Semua orang akan merasakannya. Entah itu sekarang, besok, lusa, nanti atau beberapa tahun lagi. Perpisahan akan selalu menjadi akhir dari setiap pertemuan yang terjadi.

Jeongin hanya bisa menundukkan kepala mendengar perkataan Jisung.

"Hiduplah dengan baik. Aku akan selalu mengawasimu dari atas sana."

"Jisung- ah,"

Jisung mengulas senyuman manis di tengah mata sayunya yang kian tertutup rapat. Bayang-bayang masa lalu yang dia lewati penuh kebahagiaan bersama para Hyung -nya melintas, membuat senyuman Jisung semakin lebar. Air mata penyesalan menetes tanpa di minta.

Dia menyesal karena harus meninggalkan para hyung-nya seperti ini.

Sementara Jeongin, remaja itu tidak lagi bisa menahan air matanya ketika sang sahabat benar-benar menutup rapat matanya.

Dia segera menggelengkan kepala begitu Jisung tidak lagi merespon ucapannya.

"Tidak, tidak, Jie! Kau tidak boleh melakukan ini! Kau tidak boleh menutup matamu!" Jeongin berdiri dari duduknya. Menepuk pipi Jisung keras dengan air mata yang membasahi pipi. "Kau tidak boleh pergi seperti ini! Kau bahkan belum memberitahu para hyung-mu tentang keadaanmu yang sebenarnya. Setidaknya beritahu dulu mereka. Jangan pergi tanpa pamit seperti ini! Ya! Lee Jisung! Bangun!!"

Lossing You..| End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang