06. Pembawa sial

3K 469 18
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.


"Hah!"

Renjun terbangun dari tidurnya.

Napasnya terdengar tak beraturan, keringat bercucuran dari dahinya. Ia baru saja mimpi buruk, sangat buruk hingga ia tidak mau mimpi itu sampai benar-benar terjadi.

Renjun lantas bangkit dari tempat tidurnya, keluar dari kamar dan langsung berlari seperti orang ketakutan. Para pelayan kerajaan cukup terkejut melihat Renjun yang berlari-larian bahkan sampai menabrak beberapa orang yang melewatinya.

Salah seorang pelayan berusaha menghentikannya.

"Pangeran Renjun ada apa? Apa ada yang menakutimu atau kau mencari sesuatu? Biar kubantu pangeran."

Dengan napas yang masih terengah-engah Renjun bertanya kepada pelayan itu.

"Kak Minhyung..dimana kak Minhyung?!" tanyanya panik.

"Mereka ada di halaman depan istana pangeran."

Renjun membelalakkan matanya, ia menggeleng kencang dan langsung berlari menuju halaman istana.

"Kak Minhyung!"

Teriakan Renjun menarik atensi semua orang yang berada di halaman istana yang sedang menyiapkan berbagai perlengkapan.

"Ck, kenapa kau kesini sialan?!" Itu Jeno yang bersuara.

"Kak Jeno kalian ingin kemana?!"

"Sudah kubilang jangan memanggilku kakak, aku tidak sudi dipanggil kakak oleh pembawa sial!"

"M-maaf..maafkan aku pangeran Jeno. Kalian ingin pergi kemana dengan prajurit?"

"Bukan urusanmu."

"Kumohon beritahu aku, firasatku sangat tidak enak."

"Berisik! Kami ingin berburu. Lebih baik kau pergi, jangan mengganggu kami disini," sahut Jaemin yang jengah mendengar Renjun.

Renjun menggeleng kuat.

"Pangeran, aku mohon jangan pergi berburu untuk hari ini. Perasaanku benar-benar tidak enak, aku baru saja mimpi buruk."

"Kau berani mengatur kami?" tanya Jeno dengan nada intimidasinya.

"T-tidak pangeran, tapi aku mohon dengarkan aku kali ini. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan kalian."

"Ada apa ini?" tanya Minhyung yang baru saja sampai karena tadi ia mengambil perlengkapannya untuk berburu.

"Anak sialan ini lagi-lagi membuat keributan, aku pusing mendengar ocehannya. Bisakah kau mengusirnya saja kak?" sahut Jeno kesal.

"Yang Mulia, aku mohon kali ini dengarkan aku. Jangan pergi berburu karena firasatku tidak enak. Aku tidak ingin ada sesuatu yang buruk menimpa kalian," mohon Renjun.

"Tau apa kau soal masa depan. Cepat pergi dari sini sebelum aku yang menyeretmu pergi Renjun."

"Yang Mulia aku mohon.."

Minhyung merotasikan matanya jengah. Ia lantas menarik tangan Renjun dengan kasar, mencengkramnya kuat dan menyeretnya ke kamar anak itu.

Renjun sedikit meringis, cengkraman Minhyung benar-benar kuat membuat tangannya memerah.

Altera || NCT Dream ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang