10. Dibalik topeng

3.9K 486 48
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.


Jeno memacu kudanya dengan cepat, membelah jalanan tanah yang tidak terlalu mulus dan rata.

Guncangan akibat dari kaki kuda yang beradu dengan tanah membuat luka di perutnya terasa sakit dan nyeri. Renjun berusaha menahan sakitnya, mengingat perkataan Jeno sebelumnya yang menyuruhnya untuk tidak pingsan.

Jeno mendengar ringisan kecil dari Renjun.

"Tahan..sebentar lagi sampai istana."

"K-kak Jeno maaf-"

"-sakit banget, aku gak tahan," lirihnya semakin kecil diakhir, bersamaan dengan tubuhnya yang semakin lemas dan berakhir bertumpu pada badan seseorang di belakangnya.

Jeno yang merasakan badannya menumpu beban lebih berat segera memacu kudanya lebih cepat, sebelah tangannya digunakan untuk memegang tali kekang kuda, sedangkan yang sebelahnya menahan dan menjaga agar badan Renjun tidak terjatuh.

Jeno sampai pertama kali di halaman istana, disusul Jaemin, Minhyung, Jisung dan para pengawal.

Segera ia turun dari kudanya, langsung membawa tubuh Renjun yang sudah lemas dan berlumuran darah itu ke kamarnya.

"Jisung, panggilkan tabib Seungwan untuk mengobati Renjun, katakan kalau aku memerintahkan dia untuk datang secepatnya ke kamar Renjun. Panggilkan juga Chenle dan tabib lainnya untuk mengobati kita dan pengawal disini."

"Baik Yang Mulia," Angguk Jisung lalu langsung berlari masuk ke istana untuk melaksanakan perintah dari Minhyung.


~~~


Tabib Seungwan segera berjalan cepat menuju kamar Renjun, wajahnya terlihat khawatir kala mendengar berita pangeran keempat itu terkena tusukan pedang.

Jeno yang masih berada di kamar Renjun cukup terkejut dengan kehadiran tabib Seungwan yang tiba-tiba.

"Pangeran, saya izin mengobati pangeran Renjun," ucap tabib Seungwan sopan.

Jeno mengangguk, segera menyingkir dari sisi ranjang Renjun agar tabib lebih mudah untuk mengobatinya.

"Lukanya dalam pangeran, dan darah yang keluar juga cukup banyak. Saya akan membuatkan ramuan oles agar lukanya lebih cepat kering."

"Lakukan yang terbaik tabib Seungwan."

Seungwan mengangguk, mulai fokus meracik ramuan oles untuk luka Renjun. Jeno sedari tadi hanya diam dan memperhatikan segala hal yang dilakukan sang tabib, mulai dari saat tabib Seungwan mengecek keadaan Renjun, menggantikannya pakaian bersih, membersihkan darahnya, hingga mengoleskan obat dan menutup lukanya dengan perban.

"Sudah selesai pangeran, mungkin pangeran Renjun akan sadar beberapa saat lagi. Saya juga akan mengecek keadaannya secara berkala setelah ini."

"Terima kasih tabib Seungwan."

Seungwan mengangguk, "Sudah kewajiban saya pangeran, apa pangeran Jeno juga terluka? Biar saya obati."

Jeno mengangguk, membiarkan sang tabib membersihkan dan mengobati luka di beberapa bagian tubuhnya yang untungnya tidak terlalu parah.


Altera || NCT Dream ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang