Halo
Vote + Comment
Enjoy!
.
.
.
Kelopak mata yang sedari tadi terpejam perlahan terbuka, menampilkan iris coklat indah yang bersembunyi dibaliknya.
Minhyung menarik tangannya tergesa kala mengetahui adik bungsunya itu mulai tersadar, padahal sebelumnya pemuda itu sedang membelai rambutnya lembut.
Tatapan sang raja itu dalam sekejap kembali dingin dan datar seperti biasa.
"Panggilkan tabib Seungwan," perintah Jaemin kepada salah seorang pelayan.
Renjun mengernyitkan dahinya, merasakan kepalanya yang berputar-putar.
"Kenapa?" tanya Minhyung dingin.
"Pu-sing.."
"Tunggu sebentar, pelayan sedang memanggil tabib Seungwan."
Renjun diam, hanya merespon anggukkan kecil yang bahkan pergerakkannya hampir tak terlihat.
"Minum dulu," Jaemin membantu Renjun untuk minum, setidaknya agar tenggorokan anak itu tidak kering.
"Awh.." Renjun meringis kecil, lukanya kembali nyeri saat ia bergerak.
"Permisi Yang Mulia, pelayan bilang pangeran Renjun sudah sadar, saya izin melihat kondisinya."
Minhyung mengangguk.
Minhyung dan Jaemin sedikit menyingkir dari sisi ranjang, memberikan ruang untuk sang tabib lebih leluasa bergerak.
"Tunggu, gimana keadaan kak Minhyung dan kak Jaemin? Mereka sudah diobati? Kalau belum tabib obati mereka dulu saja."
Jaemin mengernyit, "Bodoh, kau yang terluka paling parah disini. Lagi pula kami sudah diobati, jadi lebih baik kau diam dan biarkan tabib Seungwan melihat keadaanmu," sahut Jaemin kesal.
Jaemin benar-benar heran, Renjun itu sudah terluka cukup parah masih saja memikirkan keadaan orang lain.
"Aku khawatir."
"Kondisimu sendiri bahkan lebih mengenaskan Renjun! Harusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri!" bentak Jaemin.
Renjun mengangguk patah-patah, wajahnya terlihat takut dan segan setelah mendengar intonasi suara Jaemin, ditambah lagi wajah dingin pemuda itu membuat Renjun mati kutu.
Tabib Seungwan memberikan senyum kecil dan mengusap rambutnya lembut guna menenangkan.
"Pangeran Jaemin hanya khawatir dengan keadaanmu," ucap sang tabib, membuat senyum kecil kembali merekah di bibir Renjun, merasa senang dikhawatirkan oleh sang kakak.
Renjun menatap Jaemin yang kini mengalihkan pandangannya.
"Kak Jaemin-"
"Ck jangan banyak omong, beri tau tabib Seungwan apa yang sakit."
Tabib Seungwan terkekeh kecil, ia jelas tau bagaimana dinginnya Jaemin ke Renjun. Tapi ia yakin saat ini pangeran ketiga itu sedang mengkhawatirkan adiknya, namun gengsi yang terlalu tinggi membuatnya bertingkah dingin dan kasar.
"Jadi..apa yang kau rasakan sekarang pangeran? Kepalamu pusing?" tanya tabib Seungwan.
"Iya, kepalaku lumayan pusing, Lukaku juga terasa nyeri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Altera || NCT Dream ✔️
Fanfiction"Kau tak lain hanyalah orang asing disini, jaga bicaramu atau aku tak akan segan memotong lidahmu." "Kalau bukan karena janjiku kepada mendiang ayahanda dan ibunda, sudah kubunuh kau dari lama." "Sebenci itu kalian denganku? Aku juga saudara kalian...