21. Bunga pukul tiga

4.6K 476 50
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.

"Kondisinya semakin melemah pangeran, saya takut pangeran Renjun tidak bisa bertahan lebih lama lagi."

Bagai petir di siang bolong perkataan tabib Seungwan berhasil membuat napas Jaemin tercekat. Matanya menatap sendu kearah seseorang yang masih setia terbaring diatas ranjang.

Jaemin menghela napas gusar.

"Dimana kak Minhyung dan Jeno? Ini bahkan sudah tiga hari tapi mereka belum juga sampai," gumam Jaemin resah.

"Maaf saya permisi dulu pangeran."

Mendapat anggukan dari Jaemin, tabib Seungwan lantas beranjak pergi dari kamar Renjun.

Jaemin berjalan mendekati ranjang Renjun, tangannya bergerak menggenggam tangan yang lebih kecil, sesekali memberikan usapan lembut pada punggung tangannya.

"Renjun gak mau bangun untuk kakak hm?"

"Kakak nungguin Renjun buka mata, kenapa yang kakak dapat malah kondisi kamu yang memburuk?"

"Maaf Renjun..maaf kakak egois, dan kakak mau apa yang kakak inginkan harus terjadi."

"Kakak mau kamu bangun adikku.."



~~~



"Kak Minhyung, ini sudah hari ketiga tapi kita belum juga berhasil mengambil bunga itu."

"Kakak pastikan hari ini kita akan membawa bunga itu Jeno. Tinggal sedikit lagi, sebentar lagi jam tiga dan jangan sampai kita lengah seperti sebelum-sebelumnya."

Bunga cantik berwarna pink cerah itu sudah di depan mata bahkan dari hari sebelumnya. Namun Minhyung dan Jeno belum juga berhasil mendapatkan bunga itu.

Bak sebuah sihir, tiap kali jam mendekati pukul tiga, rasa mengantuk yang amat sangat tiba-tiba menyerang mereka. Membuat keduanya tanpa sadar tertidur dan bangun disaat jam sudah lewat pukul tiga.

Kini jam menunjukkan pukul dua lewat lima puluh menit. Jeno sedari tadi sudah menguap, matanya bahkan terlihat merah karena menahan kantuk.

"Tahan Jeno, jangan sampai tertidur," pesan Minhyung.

Jeno mengangguk. Berusaha menahan matanya agar tetap terbuka.

Keduanya kini sudah berdiri di depan bunga yang mereka incar, waktu terasa berjalan sangat lambat hingga membuat mereka gemas karena bunga itu tak juga kunjung mekar.

Tanpa sadar Jeno hampir terjatuh karena terlalu mengantuk, namun untung saja Minhyung yang berdiri disamping menahannya sehingga pemuda itu tidak benar-benar jatuh.

"Mataku terasa sangat berat kak. Aku benar-benar mengantuk," keluh Jeno.

"Tunggu sebentar lagi Jen, ingat yang kau lakukan ini semua untuk Renjun."

"Ingat Renjun membutuhkan bunga ini."

Jeno lantas berusaha membuka matanya lebar-lebar. Mendengar nama Renjun seketika membuat semangatnya kembali.

Hingga akhirnya bunga itu perlahan memekarkan kelopaknya. Dan tepat pada pukul tiga, bunga pink itu mekar sempurna.

Minhyung dengan segera memetiknya secara perlahan hingga akhirnya bunga itu berada di genggamannya.

Altera || NCT Dream ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang