~'Thirteen'~

804 43 2
                                    

"Pak anterin saya ke perumahan Yellow Blue aja ya"

"Tapi saya di suruh Sean antarkan kamu sampai rumah"

"Please Pak, anterin saya ke sana aja"

Gatra menuruti perkataan Rain. Mengantarnya ke perumahan Yellow Blue. Entah itu rumah siap Gatra pun tidak tau

Sesampainya di depan rumah, Rain langsung keluar dari mobil dan berterima kasih kepada Gatra karena telah mengantarnya ke perumahan ini

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, rumah ini terlihat sangat sepi. Apa orang di dalam sudah pada tidur semua??

Rain menekan bel samping pintu rumah itu

'Ting nong.... Ting nong...'

'ceklek'

Seseorang laki-laki membukakan pintu rumahnya

Tak menunggu lama Rain menubruk, memeluk laki-laki tersebut "Abang... Hiks..."

"Ada siapa mas yang datang malam-malam seperti ini? Lohh Rain... Dia kenapa mas?" Intan datang dari arah belakang, namun ia terkejut saat melihat siapa yang datang malam-malam seperti ini

"Ajak masuk mas. Bawa dia ke kamar tamu. Aku buatin teh anget dulu buat Rain"

Sedari tadi Rain tak berhenti menangis. Sudah beberapa kali Radit membujuk Rain untuk bercerita kepadanya.

"Suutt udah Ra. Abang gak bisa liat kamu nangis-nangis kaya gini. Kamu cerita sama Abang. Kamu lagi ada masalah apa"

"Hiks.. Abang, Pak Sean udah ngebentak Rain hiks..."

"Cerita yang jelas sama Abang, kenapa Sean bisa ngebentak kamu?"

"Ta-tadi sore pak Sean gak sengaja ngeliat Rain jalan sama Bian"

Radit menghela nafasnya, pantas saja Sean marah kepada adiknya.

Tapi Radit tidak mau menyalahkan adiknya itu, bukannya Sean mau membela adiknya. Tapi ia paham dengan perasaan Rain. Perasaan dimana Rain sedang menjalani hubungan bersama orang yang ia cintai, namun di halang dengan kenyataan bahwa ia dijodohkan dengan orang yang baru ia kenal

"Abang mau tanya. Kenapa kamu bisa jalan dengan Bian?"

"Rain yang minta Bian buat anterin Rain ke Gramedia"

"Kenapa kamu gak ajak Sean atau Inez gitu?"

"Udah. Rain udah ajak pak Sean tapi dia gak bisa nganterin. Dia tadi siang ada jadwal sama pasien nya. Inez juga gak bisa. Dia lagi nganterin mamahnya"

"Rain juga mau bang kaya temen-temen Rain yang hari libur jalan-jalan. Hiks... Rain jenuh bang di rumah sendirian setiap hari, pak Sean juga selalu sibuk. Rain mau kaya dulu lagi bang. Hiks... " Lanjutnya yang menangis kembali

"Abang tau Ra perasaan kamu kaya gimana. Abang juga ngerasain apa yang kamu rasain. Abang gak bisa bantu kamu apa-apa Ra, tapi apa kamu bisa Ra tinggalkan Bian? Kamu buka hati kamu buat Sean. Kamu gak mau kan seperti ini terus? Abang tau ini gak mudah buat kamu, tapi Abang yakin kamu pasti bisa hadapinya" mendekap erat tubuh Rain yang masih menangis "Abang pengen liat kamu bahagia Ra, Abang gak mau ngeliat kamu sedih kaya gini."

"Ini Ra di minum dulu" ucap intan yang baru saja datang membawa teh hangat

Rain menerima teh hangat dari Intan lalu meminum nya "Makasih kak"

"Kamu temenin Rain dulu ya. Aku ada telfon dari kantor" ucap Radit kepada istrinya

Tadi Intan tak sengaja mendengar percakapan Kakak beradik itu. "Ra kamu kalau ada masalah boleh cerita sama kakak. Jangan sungkan. Anggap aja kakak ini teman kamu"

Pak Dokter My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang