3| Kacamata

216 38 2
                                    


"Hei, Megane-chan. Waktunya pemanasan, jangan melamun." Oikawa Tooru, setter utama tim voli nasional Jepang junior, menepuk punggung Kei, menyadarkannya dari lamunan. 

Menolak memberi jawaban, pemuda berambut pirang itu berjalan santai ke lapangan. Tooru mendengus, sudah hafal betul tabiat middle blocker lidi itu. 

Anak remaja itu, Tsukishima Kei, memang sulit berinteraksi tanpa dengan sengaja atau tidak menyindir orang lain. Dia nyaris selalu sendirian ketika latihan, hanya dapat berteman tanpa konflik dengan Aone Takanobu dan Ushijima Wakatoshi. 

Wajahnya memang cukup bagus, tetapi sikapnya yang kurang sopan membuatnya dijauhi penggemar. Rambutnya lembut dan halus, pirang pucat seperti warna bulan di malam hari. Tubuhnya tinggi dan kurus, sangat cocok untuk panggilan 'tiang listrik berjalan'. Matanya selalu menatap malas, seperti kekurangan motivasi untuk hidup. Kei selalu menjalani hidupnya dengan santai, baginya tidak ada hal yang mampu menuntutnya untuk bersiaga.

"Tsukishima, awas!" Sebuah bola voli legendaris yang sering dielu-elukan penggemar itu melaju cepat menyeberangi lapangan dan mendarat mulus di wajah Kei. Nyaris semua pemain yang sedang berlatih berhenti sejenak untuk memberi penghormatan kepada wajah Kei.

Bokuto Koutaro, sang pelaku servis mematikan yang meleset itu hanya bisa berjengit di tempatnya, menunggu amukan sang junior dalam lindungan setter cantiknya, Akaashi Keiji.

Tsukishima hanya terdiam menatap kacamata pecah dan tetesan darah di lantai. Dia benci mengakuinya, tetapi amarahnya sulit ditahan ketika kacamata kesayangannya itu pecah berkeping-keping. Seiring dengan emosinya yang kian meluap, Kei keluar dari lapangan, memutuskan untuk bolos latihan sekali ini saja.

Rekan-rekannya tidak menghalangi, membuatnya mendengus puas.


*


Alih-alih beristirahat di kamarnya, Kei justru pergi berjalan-jalan di luar. Dia sempat mampir ke toko langganannya untuk memesan kacamata baru, kemudian berjalan tanpa arah di Tokyo. Kei membuka payungnya ketika hujan mulai  turun. 

Dia menatap ke bawah, sepatunya menembus lumpur dan bernoda cokelat. Omong-omong tentang cokelat, dia sepertinya ingin makan kue cokelat. Mood-nya membaik, dia bersenandung berjalan menuju toko kue terdekat. Yang dijumpainya justru cafe, tetapi itu tidak masalah. Selama mereka menjual kue cokelat dan stroberi, maka dia tidak akan mengamuk.

Setelah mendapat pesanannya, Kei sengaja mencari duduk di ujung restoran, tempat tersudut dan tersepi, memasang headset dan menyetel musik favoritnya.

Selama beberapa saat, rasanya dunia ini miliknya seorang. Kue cokelat dan stroberi, ditemani musik favorit dan angin sepoi-sepoi, sempurna. Keadaan damai yang sudah Kei dambakan sejak lama. Entah mengapa, rasanya hidupnya dipenuhi terlalu banyak drama, terutama tahun kemarin.

Ketika matanya menangkap siluet yang familiar, dia refleks berdiri dan bergumam lirih, "Yamaguchi?"

Yang dipanggil tidak merespon, jadi Kei simpulkan bahwa antena hijau sialan itu tidak dapat mendengarnya. "Yamaguchi!"

"Yama--"

"Halo? Kau sudah sampai di sini? Oke, akan kujemput."

Bertepatan dengan lirik lagunya, persis seperti yang Kei rasakan saat ini.

Not Your Friend || TsukiYamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang