Did'ya see that?! The multimedia help me find my mood XD
Sorry--out of topic here
Well, enjoy!
"Tuan muda, Tuan Tsukishima datang berkunjung."
Tadashi membeku di tempatnya. Kepalanya memberat, matanya berkunang-kunang. Tubuhnya kembali limbung, membuatnya terpaksa menempelkan tangan pada dinding.
"Tadashi-sama?" Pelayan itu menunjukkan raut khawatir. "Apa anda sedang sakit? Perlukah saya meminta Tuan Tsukishima pulang?"
Tadashi menggeleng cepat dan segera menyesali itu. Kepalanya makin pusing sekarang. Dia menunjukkan senyum paksa, berusaha menenangkan pelayan itu. "Tidak, tidak perlu. Bawa saja dia masuk. Tolong, ya."
Bagaimanapun, Tadashi tetap seorang tuan muda dari keluarga konglomerat. Harga dirinya setinggi langit, walau diimbangi dengan sikap lemah lembut dan sopan santun yang luar biasa. Pemuda berambut hijau lumut itu terbiasa mengutamakan kepentingan orang lain, kecuali menyangkut hal tertentu.
"Baik, tuan muda." Pelayan itu kembali membungkuk hormat dan kembali ke ruang depan. Tadashi mengambil napas panjang, mencoba meredakan sakit di kepalanya. Napasnya kian memburu, sesak napas menderanya. Tadashi mencari-cari inhaler di sakunya, mengumpat kesal begitu nihil yang ditemuinya.
Tubuhnya melemas, matanya menggelap, panca inderanya kehilangan fungsi satu-persatu. Suara terakhir yang didengarnya hanya tapak kaki dan teriakan namanya, serta siluet tinggi yang mencoba menggendongnya.
"Ta-Yamaguchi!"
*
Ketika Tadashi perlahan sadar dan membuka matanya, silau menyakiti penglihatannya sebelum membias dan memperjelas visinya. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah khawatir pelayan setianya, Hasegawa Yuuto.
"Tuan muda?! Anda sudah bangun? Oh, syukurlah! Saya akan mengabari Nyonya besar dahulu, mohon tunggu di sini, saya kan kembali membawa obat anda!" Yuuto dengan cepat meninggalkan kamar Tadashi, sama sekali tidak menunjukkan kewaspadaan pada sosok asing berambut pirang yang sedang duduk di samping ranjang Tadashi.
Tadashi mencoba bangkit dari tidurnya dan beralih ke posisi duduk, secara perlahan. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain, arah mana saja selain ke arah manusia--sungguhkah orang seperti itu pantas disebut manusia?--yang kini sedang menggaruk belakang kepalanya.
"Ta-Yamaguchi, apa kau baik-baik saja?" Orang itu mengeluarkan lirihan paksa, kentara sekali tidak ingin berada di sini namun terpaksa demi formalitas. Tak masalah, Tadashi justru lebih senang kalau dia tak perlu ke sini lagi, selamanya. Jangan khawatir, uangmu akan tetap diberikan, jadi sekarang angkat kaki dari rumahku, sialan. Tadashi ingin sekali berteriak seperti itu, namun pita suaranya saat ini tidak mengijinkan.
Si brengsek itu menghela napas, "dengar, Yamaguchi." Dia membenarkan letak kacamatanya. "AKu benar-benar minta maaf soal itu. Ibuku yang menyuruhku dan aku tidak bisa menolak. Kau paham kan, rasanya?"
Tadashi memutar bola mata. Omong kosong, batinnya geram. Kau selalu menggunakan alasan itu. Kau bahkan tidak tampak menyesal sama sekali.
Pemuda cantik itu berdeham, membersihkan tenggorokannya sebelum berkata serak. "Apa maumu?" Dia menatap tajam pemain voli timnas Jepang junior itu. "Bukankah perjanjiannya kau tidak akan muncul di depanku lagi selama keluargaku mensponsorimu? Apa uangnya kurang? Baiklah, aku akan beri tahu orangtuaku." Tadashi menunjuk pintu keluar, "Sekarang, keluar kau, sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Friend || TsukiYama
FanficBeberapa janji memang dibuat untuk dilanggar, tetapi sebagian lagi harus diselesaikan. Bagaimana dengan janji yang sudah dilupakan, kalau begitu...? Seperti-contohnya, janji jari kelingking antara Yamaguchi dan Tsukishima, janji mereka untuk menjad...