Chapter 03

160 28 18
                                    

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam saat Lee Ahn kembali ke rumah. Ia menaiki sebuah tangga di gedung yang menjadi tempat tinggalnya. Jika kalian berpikir ia tinggal di sebuah kamar flat, tentu kalian salah. Lee Ahn menyewa sebuah kamar atap di atas gedung ini.

Sebuah bangunan lama berlantai dua, dengan kamar atap di atas gedung. Terdapat toserba di lantai dasar, sedangkan untuk lantai dua digunakan oleh pemilik gedung sebagai tempat tinggal.

Taehyung yang memperkenalkan Lee Ahn kepada pemilik gedung itu, karena pemilik gedung itu adalah temannya semasa sekolah dulu.

Awalnya Lee Ahn menyewa sebuah kamar flat yang tidak jauh dari restoran. Tapi karena harga sewa naik Lee Ahn pun mencari tempat tinggal lain yang harga sewanya relatif lebih murah.

Akhirnya Taehyung menawarkan,  apakah dia mau jika tinggal di sebuah kamar atap? Tentu saja Lee Ahn mau, meskipun jaraknya sedikit lebih jauh dari restoran. Itu tidak menjadi masalah asal dia bisa memangkas biaya sewa hingga setengah harga dari sewa sebelumnya.

Lee Ahn menghempaskan diri pada ranjangnya yang tidak terlalu besar. Menatap langit-langit kamarnya, lalu menghela napas berat. Memikirkan hidupnya yang kelewat monoton dengan hanya pulang pergi dari rumah ke restoran, lalu dari restoran kembali ke rumah. Tidak ada yang istimewa di setiap harinya.

Tak berapa lama, getar ponsel membuyarkan lamunannya. Lee Ahn merogoh saku mantel yang bahkan belum ia lepaskan sejak tadi sampai di rumah.

"Ya?" jawabnya, seraya menempelkan ponsel pada telinganya. Satu lengannya ia gunakan untuk menutup wajahnya. Lee Ahn masih berbaring di tempat tidur. Sangat enggan untuk beranjak.

"Noona, kau sudah pulang?" tanya suara diseberang sana.

"Hm. Ada apa, Geon?"

Lee Ahn masih pada posisinya, menunggu jawaban dari Lee Geon, adik laki-lakinya.

Lee Geon dua tahun lebih muda dari Lee Ahn. Ia tinggal di kampung halaman mereka yang terletak di Busan bersama ibunya. Hubungan kakak beradik mereka cukup dekat. Mereka sering bertukar cerita tentang keseharian satu sama lain. Tapi Lee Ahn tidak akan pernah menceritakan kesulitan hidupnya di sini. Semua orang pasti seperti itu, tidak akan membuat keluarganya khawatir.

Lee Ahn sangat menyayangi adiknya, meski tidak jarang pula mereka akan bertengkar hanya karena masalah sepele. Seperti sekarang ini. Sebenarnya Lee Ahn tahu tujuan Lee Geon menghubunginya malam-malam begini.

"Sudah berapa kali ku bilang? Jangan membayar biaya kuliahku lagi," ujar Lee Geon kemudian.

Seperti yang sudah Lee Ahn duga. Perihal biaya kuliah di mana ia sudah bertekad untuk membayarnya, Lee Geon selalu keberatan. Alasannya tidak lain karena Lee Ahn sudah sangat terbebani dengan urusan hutang ibunya.

Lee Ahn menghela napas, bangkit dari ranjangnya lalu berjalan menuju dapur yang terletak di pojok ruangan. Kamar itu memang tidak begitu luas, tapi terbilang cukup lengkap karena ada satu kamar mandi dalam di seberang dapur.

Dibukanya kulkas satu pintu yang ia dapatkan karena menjadi karyawan teladan tiga bulan yang lalu. Ia pun mengambil satu botol air mineral lalu meneguknya langsung dari botolnya.

"Sudah kubilang juga, aku yang akan bertanggung jawab dengan biaya kuliahmu. Kupikir kita sudah membahasnya berulang kali," ucap Lee Ahn tak mau kalah.

Terdengar helaan napas berat dari seberang sana. Lee Ahn sangat tahu bagaimana adiknya yang keras kepala persis seperti dirinya.

"Aku sudah mendapatkan pekerjaan paruh waktu," ujar Lee Geon. Suaranya terdengar sedikit melunak. Daripada ia berdebat dengan kakaknya yang hanya akan menimbulkan pertengkaran, ia lebih memilih untuk menceritakan hal lain.

TASTE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang