Empat bulan kemudian....
Dengan langkah terburu Lee Ahn menuruni tangga yang menghubungkan lantai atas dengan lantai dasar gedung tempatnya tinggal ini. Sesekali ia menguap seraya mengeratkan mantel yang dikenakannya. Saat ini, ia mengenakan celana jeans yang sedikit kebesaran dengan sepasang sepatu kets yang menjadi alas kakinya, serta sebuah mantel tebal yang membalut tubuh kurusnya. Mengingat bulan ini sudah memasuki musim dingin, ia tidak mungkin keluar rumah tanpa mantel tebalnya itu. Jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya telah menunjukukan pukul setengah dua dini hari saat ia keluar dari tempat tinggalnya yang berada di atap gedung ini. Tujuannya kali ini tak lain adalah minimarket yang terletak di lantai paling dasar.
Saat menyentuh gagang pintu minimarket dengan tangan kosongnya, ia merasa seolah sedang menggenggam sebongkah es, lalu buru-buru didorongnya pintu tersebut hingga membunyikan sebuah lonceng kecil yang menggantung di atasnya.
"Eoseo oseyo," sapa seseorang dari balik meja kasir.
Lee Ahn menjawabnya pelan seraya membungkuk ringan. Ia pun buru-buru pergi ke ruang belakang, namun kembali ke depan saat hendak melewati salah satu pelanggan yang tengah mengambil beberapa kaleng bir dari salah satu rak.
"Sepertinya anda membutuhkan ini, Tuan Kim," ucap Lee Ahn setelah kembali pada pelanggan yang terlihat kesusahan membawa beberapa kaleng bir di tangannya. Ia kemudian memberikan sebuah keranjang belanjaan pada pelanggan tersebut.
Pelanggan itu meraihnya dengan wajah sumringah karena merasa sangat terbantu. "Terima kasih, Lee Ahn-ssi. Kau baru datang?"
Lee Ahn meringis seraya menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ketiduran," jawabnya menyudahi percakapan.
Lee Ahn pun kemudian pergi ke ruang belakang setelah pelanggan itu juga pergi ke meja kasir. Ia kemudian membuka salah satu loker, meletakkan tas di dalamnya lalu mengambil dan memakai baju rompi yang bertuliskan nama minimarket tersebut.
Ya, Lee Ahn datang bukan untuk membeli camilan malam atau keperluan lainnya. Ia datang ke sini untuk bekerja. Minimarket inilah salah satu pekerjaan paruh waktunya yang lain. Selain bekerja di cafe pada siang hari, juga pada pukul enam hingga pukul sembilan malam ia bekerja di restoran ayam goreng sebagai tukang antar pesanan, ia juga mengambil shift malam untuk berjaga di minimarket ini, dari pukul satu malam hingga pukul enam pagi.
Lee Ahn yang telah siap pun berjalan menuju meja kasir. "Junyoung-ssi, kau bisa pulang sekarang. Maaf aku sangat terlambat hari ini."
Lee Junyoung—salah satu rekannya yang juga seorang pekerja part time, berdiri dari kursi plastik yang sejak tadi ia duduki, kemudian melepaskan rompi yang senada dengan yang Lee Ahn pakai. "Tidak apa-apa. Ketiduran, lagi?"
Seperti yang ia lakukan tadi saat bertemu salah satu pelanggan, Lee Ahn kembali menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, seraya tersenyum kikuk saat mendengar pertanyaan dari lelaki jangkung yang memiliki tahi lalat di bawah matanya ini.
"Untukmu," ucap Lee Ahn kemudian seraya menyerahkan sekotak ayam goreng yang sepertinya sudah dingin.
Junyoung menyipitkan kedua matanya yang sudah sipit. "Mau menyogokku?"
"Tidak mau?"
"Tentu saja mau." Junyoung langsung menyambarnya. "Ya... meskipun sudah dingin," ucapnya seraya membuka kotak tersebut.
Sudut bibir Lee Ahn terangkat saat melihat pemuda di depannya ini langsung menggigit satu paha goreng dengan lahapnya.
"Sudah, sana bawa pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE OF LOVE
Fanfiction-Moonchild Club Project- Selama ini yang Lee Ahn tahu hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pengalamannya hanya sebatas menjadi asisten koki di dapur restoran, hingga kecelakaan yang memakan korban membuatnya trauma untuk berkecimpung...