Chapter 13

116 21 26
                                    

Jimin meneguk segelas wiski untuk kesekian kalinya. Ia berdiri dengan tatapan menerawang  jauh dari balik jendela apartemennya yang menyajikan pemandangan malam kota Seoul. Sesekali ia menghela napas berat. Pikirannya kembali mengingat kejadian pagi tadi yang membuatnya sedikit terkejut. Ia bertemu dengan gadis itu lagi.

Gadis yang sama yang fotonya pernah ia lihat di ponsel milik Jisung. Ia ingat betul bagaimana raut wajah bahagia Jisung saat memperlihatkan foto tersebut. Jisung pun berkata bahwa gadis itulah yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama.

Cih!

Jimin mendecih pelan ketika mengingat kata-kata picisan dari saudaranya itu. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa orang jatuh cinta hanya dari pandangan pertama?

Sejujurnya, hatinya masih merasakan nyeri ketika mengingat semua hal tentang Jisung. Di dunia ini ia hanya memiliki Jisung sebagai keluarganya, setelah kedua orangtua mereka meninggal. Mereka hanya memiliki satu sama lain untuk saling menguatkan, meski selama ini mereka tinggal terpisah. Jimin tinggal di Jepang untuk melanjutkan pendidikannya, sedangkan Jisung memilih untuk tetap tinggal di Seoul dan akhirnya menjadi salah satu koki terbaik di negara ini. Namun, kini ia harus menerima kenyataan bahwa ia hanya seorang diri setelah saudara satu-satunya yang ia miliki juga pergi meninggalkan dunia ini.

Jimin kemudian merebahkan diri pada kursi malas yang ia tempatkan tidak jauh dari tempatnya berdiri sebelumnya. Ia memejamkan matanya dan memijat pelipisnya pelan. Merasakan denyut nyeri yang tiba-tiba menjalar di kepalanya. Ingatan tentang Jisung tiba-tiba berganti dengan ingatan tentang gadis itu. Lee Ahn, gadis yang juga ia yakini sebagai penyebab kematian saudara kembarnya. Raut wajah terkejut dari gadis itu kala melihatnya pun tak dapat ia enyahkan begitu saja. Ia tahu apa yang ada di dalam pikiran gadis tersebut. Siapa yang tidak terkejut melihat wajah yang sama persis dengan seseorang yang ia kenal, yang sudah meninggal dunia? Gadis itu membeku seperti melihat hantu berdiri di depannya.


~~~~


"Katakan padaku apa alasanmu sebenarnya?"

Jungkook yang duduk di balik kemudi hanya mengedikkan bahunya pelan seraya menggigit sepotong sandwich yang ia ambil dari minimarketnya.

Lee Ahn yang kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban yang berarti bermaksud keluar dari mobil yang terparkir tidak jauh dari kantor Hope's Media.

"Tunggu dulu," cegah Jungkook meraih tangan Lee Ahn yang sudah bersiap membuka pintu mobil. "Sepertinya kantormu masih sepi. Belum ada yang datang."

"Lalu?"

"Kau mau menunggu di luar kantor seperti orang bodoh?"

Lee Ahn merotasikan kedua bola matanya. "Siapa orang bodoh yang memaksa mengantarku bekerja sepagi ini?"

Waktu memang masih menunjukan pukul tujuh pagi saat mereka berdua tiba di sana. Lee Ahn yang masih melakukan aktifitas paginya pun diburu oleh Jungkook yang sudah menggedor pintu rumahnya dengan tidak sabar. Pria itu memaksa Lee Ahn untuk segera bersiap dan ia juga memaksa untuk mengantar gadis itu bekerja.

"Aku hanya...."

"Penasaran apakah aku benar-benar gila atau tidak?" sambar Lee Ahn dengan kesal.

Kini Jungkook meringis menunjukan deretan giginya yang rapi sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Jika kau sepenasaran itu, buktikan saja sendiri," ucap Lee Ahn seraya menunjuk seseorang yang sedang turun dari sebuah mobil sedan berwarna hitam yang berhenti di depan kantornya. 

Jungkook yang tadinya melihat dengan cara memicingkan mata pun seketika membelalakan matanya. "Mustahil," desisnya.

Napas Lee Ahn pun masih saja tercekat setiap ia melihat Jimin. Ia merasakan telapak tangannya yang mulai basah oleh keringat.

TASTE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang