"Praaang....!"
"Astaga!"
Suara barang yang pecah membuat beberapa pelanggan terkejut, semuanya menoleh ke arah pantry. Karyawan lain dan pemilik cafe pun ikut terperanjat, ia kemudian buru-buru menghampiri Lee Ahn yang bertugas mencuci piring.
"Lee Ahn!? Apa yang terjadi?"
Terlihat Lee Ahn tengah berjongkok membersihkan pecahan piring yang berserakan dengan tangan kosongnya, sebelum salah satu rekannya juga ikut menghampirinya membantu membersihkan pecahan dengan sapu.
"Maaf, Nyonya Kim. A-aku tidak sengaja. Tanganku meleset saat ingin meletakkannya di sana," ujar Lee Ahn seraya menunjuk tempat penyimpanan piring bersih.
Nyonya Kim —pemilik cafe tersebut, menghela napas kemudian berdiri di samping Lee Ahn. "Ada apa denganmu? Dua hari ini kau sangat tidak fokus bekerja."
Lee Ahn menunduk dalam, ia menyadari kesalahannya. Memang, dua hari ini tidak hanya sekali ia memecahkan barang. Bahkan, kemarin ia salah menyajikan minuman untuk salah seorang pelanggan. Meski pelanggan tidak mempermasalahkanya, namun tidak dengan Nyonya Kim. Ia memberi peringatan kepada Lee Ahn, tapi gadis itu mengulangi kesalahannya lagi hari ini.
"Bagaimana jika kau istirahat saja?"
Gerakan tangan Lee Ahn yang tengah membersihkan lantai dengan tisu seketika berhenti saat mendengar ucapan dari atasannya ini.
"Aku tidak bisa membiarkanmu di sini saat pikiranmu di tempat lain," lanjut Nyonya Kim, memperjelas apa yang sebenarnya ia maksudkan.
"T-tapi Nyonya...."
Nyonya Kim kembali menghela napas panjang, sejujurnya ia pun tidak tega jika harus memecat Lee Ahn. Ia juga tahu bagaimana gadis itu berjuang mencari uang lewat beberapa pekerjaan paruh waktu yang dimilikinya.
Tapi, ia juga tidak mungkin mempertahankan gadis itu jika terus membuat kesalahan selama dua hari berturut-turut."Maafkan aku. Saat kau sudah merasa lebih baik, dan jika belum menemukan pekerjaan lain, kau bisa datang ke cafe ini lagi."
Lee Ahn berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia menghargai keputusan Nyonya Kim meskipun ia juga tidak menginginkan hal ini terjadi.
Seperginya Lee Ahn dari cafe, kini ia duduk di sebuah bangku taman di sekitar komplek tempat tinggalnya. Ia membuka amplop coklat —yang tadi diberikan oleh Nyonya Kim, kemudian menghitung uang yang ada di dalamnya. Ia menghela napas berat, melipat kembali amplop tersebut lalu menyimpannya di dalam tas.
"Ke mana aku harus mencari pekerjaan lagi?" tanyanya pada diri sendiri. Ia menyandarkan punngungnya, mendongak ke atas, menatap langit yang mulai kelabu. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu, di mana ia bertemu dengan pria misterius yang membuatnya tidak fokus melakukan apapun sejak pertemuan itu. Saat menjaga minimarket di hari berikutnya ia selalu mengamati setiap pelanggan pria yang datang. Namun, nihil. Pria itu tidak terlihat lagi. Hal itu membuat ia tidak bisa tidur dan pekerjaanya menjadi berantakan hingga imbasnya dia di pecat.
"Siapa dia?" desisnya seraya mengacak rambutnya dengan frustasi. Semakin frustasi kala memikirkan bagaimana caranya ia membayar berbagai kebutuhan hidupnya dengan penghasilannya yang sangat minim ini.
Terbersit dalam pikirannya untuk kembali ke Busan. Namun, ia tidak siap saat menjawab berbagai pertanyaan dari ibu dan adiknya mengenai apa yang telah terjadi di sini, sampai membuatnya pulang ke kampung halaman. Lee Ahn memang seperti itu, meskipun hubungan keluarga mereka sangat dekat, tapi ia tidak bisa menceritakan perihal kehidupannya yang cukup sulit di sini. Di tambah kejadian kebakaran dulu yang pasti akan membuat keluarganya, terlebih ibunya khawatir. Kejadian itu sudah lama berlalu, dan Lee Ahn sama sekali tidak pernah menceritakan insiden itu kepada keluarganya. Ia bangkit dan berusaha menyembuhkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE OF LOVE
Fiksi Penggemar-Moonchild Club Project- Selama ini yang Lee Ahn tahu hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pengalamannya hanya sebatas menjadi asisten koki di dapur restoran, hingga kecelakaan yang memakan korban membuatnya trauma untuk berkecimpung...