1. Tujuh Serangkai

152 21 13
                                    

Matahari sudah menampakan dirinya. Membuat setiap insan harus segera bergegas melakukan aktifitas. Hal serupa yang juga dilakukan oleh kedua orang sahabat itu.

"Luluuu! Ayok sekolaaah!"

"Lulu ... oh Lulu ... cepet keluar. Kegantengan abang keburu luntur nanti."

"Lu–"

"Lo teriak sekali lagi, gue buang koper lo," seru Zelfan yang membuat Melvin langsung terdiam.

Melvin hanya terdiam sesaat, mungkin hanya dua detik. Karena setelahnya dia kembali berteriak.

"Lu–"

Untuk kedua kalinya ucapan Melvin terpotong. Namun kali ini pelakunya berbeda.

"Kamu ngajak sekolah atau ngajak anak kecil main? Pake dinadain segala lagi," seru Luna yang kini sudah ada di depan keduanya.

"Lah, bukannya sama aja, ya? Lo 'kan sama-sama kecil," balas Melvin yang membuat Luna kesal.

"Aku udah gede, Kumel!"

Melvin membulatkan matanya. "Apa lo bilang? Kumel? Gue udah ganteng level tiga puluh gini, lo bilang kumel?"

"Aku udah pake baju SMA gini, kamu bilang kecil?" balas Luna mengikuti nada bicara Melvin.

"Maaf, dek, kalau itu fakta, ya."

"Udah jam setengah tujuh, nih, masih mau dilanjut debatnya?" tanya Zelfan untuk menghentikan pertengkaran tidak jelas diantara kedua sahabatnya.

Ngomong-ngomong, ini sebenarnya tontonan rutin Zelfan. Setiap pagi, di saat dia dan Melvin ke rumah Luna, selalu saja ada hal yang mereka ributkan.

Mulai dari sepatu dan gaya rambut yang Melvin pakai, tas girly yang Luna pakai, dan bahkan ayah dari anak kucing pak Wawan pun pernah mereka ributkan.

Berkat perkataan Zelfan, perdebatan mereka terhenti. Dengan skor akhir, Luna mendengus kesal dan Melvin tertawa puas.

Luna langsung menghampiri Zelfan yang disambut uluran helm oleh lelaki itu. "Ayok Je, kita tinggalin aja cowok kumel itu," ajak Luna saat dirinya sudah duduk manis di jok belakang.

Zelfan terkekeh. Dia mulai menyalakan motornya untuk memenuhi permintaan Luna. "Gue duluan, Mel," ucap Zelfan sebelum pergi meninggalkan Melvin.

Luna menoleh ke belakang. Kemudian dia menjulurkan lidahnya mengejek Melvin.

Merasa diejek, Melvin pun segara mengejar Zelfan. "YANG SAMPAI DULUAN HARUS DI TRAKTIR MAKAN SIANG!"

Luna menepuk-nepuk pundak Zelfan. "Jeje cepetan! Jangan sampai uangku habis buat nraktir si kumel!"

Zelfan kembali terkekeh. Tapi setelahnya, dia kembali menuruti perkataan Luna.

-----------

Lapangan upacara sudah penuh dengan para murid baru. Semuanya berbaris rapi. Diantara barisan itu ada yang melambaikan tangan, menyambut kedatangan temannya.

"Lunaaa!" teriaknya seraya berlari kecil menghampiri gadis mungil bernama Luna.

Luna menyambut hangat pelukan gadis itu. "Aku kangen banget sama Arin," ucap Luna di saat pelukannya terlepas.

"Gue juga kangen banget sama lo."

"Sok-sokan kangen, padahal minggu kemarin main bareng," ucap Melvin seraya merotasi kan matanya.

Bugh ....

"Apaan, sih, Lu. Kok lo mukul gue?" ucap Melvin sambil mengusap lengannya yang tiba-tiba dipukul Luna. 

AZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang