Bel masuk sudah terdengar sejak tiga menit lalu. Namun suasana kelas Ipa 4 masih ramai. Alasannya karena guru yang harusnya mengajar belum memasuki kelas.
"Berangkat sekarang, Lun?"
Pertanyaan itu terlontar saat Arin melihat Luna tengah mengemasi tasnya. Dan gadis mungil itu hanya membalasnya dengan anggukan.
Baru saja Arin ingin bertanya dengan siapa, lelaki kelinci yang juga memakai baju olah raga sudah berada di depan kelas mereka.
"Bareng Fikri?"
Hari ini mereka sudah mulai latihan di lapangan Arca, lapangan tempat mereka melaksanakan upacara kemerdekaan nanti. Maka Luna lebih memilih berangkat bersama Fikri yang notebenenya juga akan berlatih di sana. Untuk kali ini dia tidak ingin merepotkan Zelfan.
Kali ini Luna menatap ke arah Arin kemudian menjawab, "iya, Rin." Luna segera menyampirkan tasnya di lengan kanan. "Nanti aku pinjem catatan punya kamu, ya. Titip ke Jeje atau Mel aja," lanjutnya.
Arin mengangguk. Kemudian Luna segera berjalan ke luar kelas.
"Kita ke kelas Ipa 2 dulu, ya," ucap Luna saat sudah sampai di depan kelas.
Fikri hanya membalasnya dengan anggukan. Kemudian mengikuti langkah Luna. Dia tahu maksud Luna ke kelas Ipa 2 untuk apa.
"Emang kelas Ipa 2 belum ada gurunya, Lun?"
Luna mengedikan bahunya pertanda tidak tahu. "Kita liat aja, tapi semoga belum ada."
Sayangnya harapan Luna pupus. Pintu bertuliskan Ipa 2 di atasnya itu sudah tertutup, dan saat Luna berjalan menuju jendela, di depan kelas sana sudah ada pak Toni.
Luna menghela napas. Dia tidak mungkin tiba-tiba mengetuk pintu dan meminjam Zelfan hanya untuk mengabari kalau dirinya akan latihan. Sekolah ini bukan milik kakeknya, jadi dia tidak boleh seenaknya.
Luna masih menatap ke dalam kelas itu, berharap kalau Zelfan akan menatap ke arahnya.
Namun sayang, sampai Luna berada di ujung kelas Ipa 2, Zelfan masih tidak menoleh ke arahnya. Luna kembali menghela napas. Mungkin dia akan mengabari lewat chat saja.
Baru saja Luna akan berjalan dengan benar, melihat ke depan bukan ke samping, Zelfan menoleh ke arahnya. Mata lelaki itu melotot, seolah kaget melihat Luna dan lelaki yang bersamanya.
Berbeda dengan Zelfan, mata Luna justru berbinar. Dia bahagia saat targetnya berhasil menoleh kearahnya. "Aku berangkat sekarang." Luna mengatakan itu tanpa suara, dan untungnya Zelfan memahami maksud Luna.
Zelfan kembali melotot. Kemudian sedikit mengangkat tangannya, seolah menyuruh Luna berhenti, lalu dia menunjuk ke arah bawah. Zelfan langsung menunduk, tangannya meraih benda pipih yang ada di dalam saku celana.
Ting ...
Tidak lama terdengar suara ponsel dari saku Luna. Ah, sekarang gadis itu paham. Maksudnya Zelfan akan mengirim gadis itu pesan.
Sebelum membuka ponselnya, Luna terlebih dahulu berjalan ke pinggir, mendekati tembok kelas itu yang tidak terdapat kaca. Tidak lupa, dia juga menarik Fikri untuk ikut bersembunyi dari kemungkinan tertangkap basah oleh pak Toni.
Jeje:
|Tunggu di sana. Biar aku yang anterMembaca pesan dari Zelfan, Luna membulatkan matanya. Tangannya langsung membalas pesan sahabat lelakinya.
Me:
Nggak usah ngaco kamu|
Orang kamu lagi belajar juga|Tidak berselang lama, balasan dari Zelfan sudah Luna terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZ
Teen FictionCover by @mra_01l (Instagram) ********** Sejauh A&Z Sedekat Z&A Aluna dan Zelfan, mereka berdua telah saling mengenal sejak kecil. Hubungan keduanya saling menguatkan. Hanya Aluna yang tahu, di balik kesan 'baik' yang orang lihat dari Zelfan, ada se...