2. Terpisah

94 19 19
                                    

Tidak ada yang istimewa di pagi ini. Semua berjalan sebagai mana biasanya. Melvin dan Zelfan yang menjemput Luna. Datang ke sekolah tiga puluh menit sebelum masuk. Kemudian mampir ke kantin hanya untuk sekedar nongkrong.

Bel berbunyi nyaring di tengah perbincangan mereka. Membuat Arin berdecak sebal. Padahal gadis itu belum menyelesaikan acara gosipnya, tapi sudah harus terhenti karena suara bel.

Arum terkekeh. "Gosipnya lanjut nanti siang aja," saran Arum.

Arin merenggut. "Sekarang udah nggak bisa gosip di kelas lagi."

Seakan teringat, mereka semua menghela napas. "Kan istirahat juga ketemu lagi, Rin," ucap Nita.

"Iya, sih. Tapi 'kan istirahat masih lama," balas Arin yang masih tidak terima.

Luna terkekeh, kali ini dia ikut berkata, "cuman tiga jam aja kok, pisahnya. Abis itu bisa bareng lagi."

Arin menghela napas. Mau bagaimana lagi. Ini sudah ketentuan pihak sekolah.

"Yaudah yuk, kita masuk ke kelas masing-masing. Nanti keburu ada guru," ajak Zelfan.

Yang lain mengangguk. Setuju dengan perkataan lelaki cerdas itu. Kemudian mereka semua berdiri dari duduknya, berjalan ke luar kantin, menuju kelas masing-masing.

Saat sudah berada di depan sebuah pintu bercat cokelat, Luna, Arin, dan Juna menghentikan langkahnya. "Kita masuk duluan, ya," ujar Luna kepada keempat temannya yang ikut berhenti juga.

"Inget Jun, jangan genit ke cewek lain," ujar Arum kepada kekasihnya. Kali ini matanya menatap Luna dan Arin. "Kalau Juna genitin cewek lain, laporin sama gue, oke?"

Luna dan Arin mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

"Kamu juga jangan kegatelan sama cowok lain, Yang." Juna ikut mengingatkan. "Kalian bertiga." Juna menatap ke arah Zelfan, Melvin dan Nita lalu berkata, "kalau Umi kalian tebar pesona, langsung karungin aja. Nanti lempar ke kelas gue. Biar gue kasih pelajaran."

"Kejam banget suami Umi gue," ujar Nita bergidik ngeri mendengar ancaman Juna.

"Um, putusin aja cowok kayak Juna. Mending jadian sama gue aja."

Bugh ....

"Aduh. Sakit bego." Melvin mengaduh kesakitan. Pukulan Juna pada lengannya sangat keras.

Salah Melvin sendiri, siapa suruh menggoda kekasih orang.

Juna menatap tajam Melvin. Kemudian menatap Arum dengan wajah memelas. "Kamu sih, Yang. Melvin jadi berani godain kamu 'kan."

Arum terkekeh. Lucu saja kalau Juna sudah merenggut seperti anak kecil. "Tenang aja, aku nggak akan tergoda, kok."

"Woy! Kalian!" Tiba-tiba terdengar teriakan dari depan sana. Tepatnya dua kelas dari depan mereka.

Mereka bertujuh seketika menatap kepada pelaku dari suara nyaring itu.

"Anak Ipa 2 cepetan masuk. Bu Neli udah otw ke sini!" teriaknya sekali lagi. Seketika semuanya panik dan bergegas ke kelas masing-masing.

"Kita ke kelas dulu. Sampai ketemu di kantin," ujar Zelfan yang kini berlari ke arah kelas yang siswa tadi masuki.

Arum, Nita, dan Melvin juga ikut berlari ke sana.

Luna, Arin dan Juna menatap kepergi mereka dengan tidak ikhlas. Kenapa mereka harus terpisah coba.

"Yaudah yuk, kita juga masuk," ujar Juna. Seperti hari ini akan sangat membosankan karena tidak sang pujaan di dekatnya.

AZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang