14. Jalan

37 10 5
                                    

Hari Minggu kembali datang, kebanyakan manusia memilih untuk bermalas-malasan sebagai bentuk istirahat karena telah bekerja selama enam hari ke belakang.

Sebenarnya, Luna juga tipe orang yang senang bermalas-malasan di hari Minggu. Tapi, tidak dengan hari ini. Gadis mungil itu sudah rapi dengan pakaian olah raganya. Celana training, kaus putih, dan sepatu sneaker sudah dia kenakan.

Tungkainya melangkah menuju rumah di depan. Saat membuka pintu, dia langsung disambut oleh bi Minah. Setelah bi Minah mengatakan kalau sang tuan rumah sedang sarapan, gadis mungil itu langsung berjalan ke arah ruang makan.

Senyum Luna mengembang saat orang yang dia cari ada di sana. Luna menghampiri Zelfan, menarik kursi di depan lelaki itu, lalu duduk.

Zelfan menatap ke arah Luna. Matanya sedikit melotot karena kaget akan kedatangan Luna yang tiba-tiba.

Mata Zelfan kini meneliti pakaian Luna. "Kamu mau jogging, Lu?" tanya Zelfan yang diangguki oleh Luna.

"Temenin ya, Je," ucap Luna masih dengan senyumannya.

"Aku baru beres makan, loh, Lu. Kalau nanti aku sakit perut gimana?"

Luna cemberut, padahal dia sangat ingin jogging bersama Zelfan. "Jalan biasa aja, deh. Nggak usah jogging. Tapi kamu ikut, ya," bujuk Luna.

Sebenarnya Zelfan sedang malas, tapi saat melihat Luna cemberut, dia tidak tega untuk menolak. "Yaudah, aku temenin. Tapi jalan biasa aja, ya," balas Zelfan yang membuat Naya kembali tersenyum.

"Kamu ganti baju dulu sana. Meja makan biar aku yang beresin." Tangan Luna mengambil piring bekas makan Zelfan untuk dia pindahkan ke tempat cuci piring.

"Nggak usah, Lu, biar aku aja yang beresin," ucap Zelfan dengan memegang tangan Luna untuk menahan gerakan gadis itu.

"Biar aku aja, Je. Udah sana kamu ganti baju, nanti keburu siang," balas Luna.

Zelfan pasrah dan membiarkan Luna yang membereskan meja makan. Sedangkan Zelfan, seperti titah Luna, dia pergi ke kamar untuk ganti pakaian.

Kini mereka berdua sudah siap dengan pakaian olah raga. Zelfan hanya menggunakan celana training pendek dengan hoodie putih, tidak lupa dengan sepatu hitamnya.

Luna juga menepati ucapannya, mereka hanya jalan biasa dengan santai. Jika orang yang melihat mereka, mungkin akan mengira kalau mereka tengah mencari sarapan, tapi nyatanya tidak. Mereka hanya jalan-jalan tanpa ada tujuan. Sekedar mengelilingi kompleks yang sudah mereka tinggali lebih dari tiga tahun.

"Coba aja kalau Bunda nggak ngajak Mel belanja, dia pasti ikut sama kita," ucap Luna untuk mengisi keheningan diantara mereka. Mereka hanya jalan biasa, akan sangat terasa bosan kalau tidak diisi dengan obrolan.

"Nggak mungkin, Lu. Kamu lupa, kalau tiap Minggu, Mel selalu bangun siang?"

Luna manyun, dia lupa fakta itu. Sahabat jangkungnya selalu bangun siang dihari Minggu, karena malamnya dia selalu pulang kerja di atas jam dua belas malam.

"Padahal Mel nggak perlu repot-repot kerja. Uang sekolah, 'kan selalu Om Sona bayarin."

"'Kan Mel juga butuh uang buat jajan, Lu."

"Bukannya Om Sona juga suka ngasih uang jajannya, ya?"

Sebenarnya Zelfan sangat malas membahas hal ini. Tapi dia tidak mungkin mengabaikan Luna. "Iya, sih, tapi 'kan kamu juga tau, kalau Mel nggak mau nerima uang itu," balas Zelfan.

"Tap-"

"Oh, iya, nanti siang kamu ada acara?" tanya Zelfan memotong ucapan Luna. Zelfan sudah sangat malas untuk membahas hal itu. Karena ujungnya, dia juga akan kena ceramah dari Luna.

AZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang