4. Alfabet

62 20 9
                                    

Suasana di pemakaman cukup sepi. Mungkin karena sekarang bukan hari raya. Hanya terlihat beberapa orang saja yang mengunjungi makam di hari ini.

Salah satunya Zelfan dan Luna. Setelah perkataan Luna yang membuat Zelfan mengingat kenangan masa lalu. Tiba-tiba gadis mungil itu rindu kepada Ayahnya. Dan berakhirlah mereka di sana. Pemakaman Umum Kenanga Putih.

Kedua insan itu sedang berjongkok di samping makam bertuliskan Gilang Mahardika. Keduanya tengah menunduk, seraya menyatukan tangan dan sedikit mengangkatnya, dalam hati melapalkan doa untuk pemilik makam. Setelah selesai, mereka mengusapkan kedua telapak tangan ke arah wajah. Tandanya kegiatan berdoa yang mereka lakukan telah selesai.

Tangan Luna bergerak mengelus batu nisan. "Ayah, Lulu kangen. Nanti mampir ke mimpi Lulu lagi, ya?" Kini Luna menatap ke arah Zelfan. Hanya lima detik, setelahnya dia kembali menatap makam sang Ayah. "Dari dulu sampai satu bulan setelah Ayah pergi, Ayah selalu nepatin ucapan Ayah. Walaupun Ayah bilang lewat mimpi, tapi ucapan Ayah benar. Jeje benar-benar jagain Lulu. Bahkan sampai sekarang, Jeje masih jagain Lulu. Ayah pasti bangga sama anak kecil yang dulu sering nangis kalau kalah main bola sama Ayah, karena sekarang dia udah jadi lelaki dewasa yang bisa melindungi anak gadisnya."

Mendengar ucapan Luna, Zelfan sedikit salah tingkah. Ah, akhir-akhir, setiap kali berdekatan dengan Luna atau ketika gadis itu memujinya, kenapa dia selalu salah tingkah? Kenapa pipinya selalu memanas?

Luna menoleh ke arah Zelfan, kemudian berkata, "nggak ada yang mau Jeje ucapin?"

Zelfan mengerjap. Sial, kenapa dia bisa bengong di saat seperti ini.

Setelah menguasai dirinya, Zelfan mulai berujar, "Om, makasih udah percaya sama Jeje buat jagain Lulu. Jeje janji bakal selalu jagain Lulu."

Luna tersenyum, sahabat masa kecilnya itu sangat manis.

"Oh ya, Om. Hari ini Mel nggak ikut, dia udah berangkat ke restoran. Tapi lain waktu, Mel pasti ikut jenguk Om," lanjut Zelfan.

Meskipun Melvin mengenal mereka di saat Ayah Luna telah tiada, tapi sahabat jangkungnya itu juga sering mengunjungi makam Gilang. Mereka memang sudah sedekat itu dengan keluarga Luna.

Luna kembali tersenyum. Dia bahkan lupa tidak menceritakan Melvin kepada Ayahnya, tapi Zelfan mengingatnya. Zelfan memang manis bukan?

"Besok kalau Lulu jenguk Ayah lagi, Lulu bakal sesuain sama jadwal Mel. Jadi nanti kita bisa dateng bertiga. Padahal, Mel selalu antusias kalau kita ajak buat jenguk Ayah. Tapi sayang sekali, hari ini Mel sibuk." Setelahnya Lulu agak cemberut. Setelah masuk SMA, hampir di setiap hari minggu Melvin selalu sibuk. Apalagi minggu itu weekend jadi pasti kerjaan Melvin makin banyak.

"Ayah, Lulu ijin pulang dulu, ya. Nanti Lulu pasti jengukin Ayah lagi," ucap Lulu mengakhiri kunjungannya.

Kemudian Lulu berdiri yang diikuti Zelfan. "Kami pamit, Om."

Mereka mulai berjalan keluar dari area pemakaman.

"Mau makan di rumah atau di luar?" tanya Zelfan. Pasalnya sekarang sudah akan masuk jam makan siang. Dia yakin sahabat gadisnya pasti sudah lapar.

"Di TPOF aja, Je. Aku kangen masakan Mel."

Zelfan mengangguk. Setelahnya mereka pergi ke tempat yang tadi Luna sebut.

-------------

Mereka sudah sampai, kafe TPOF – the power of family, tempat yang mereka tuju. Dimana Melvin bekerja di sana.

Namanya lumayan aneh dan itu ide dari Luna. Dia ingin ketika orang makan di sana, mereka bisa merasakan kehangatan keluarga. Termasuk Melvin dan Zelfan, dia ingin mereka berdua juga bisa merasakan itu.

AZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang