15. Gosip

49 5 0
                                    

"Lo pacaran sama Fikri?"

Pertanyaan tersebut menjadi penyambut saat Luna masuk ke dalam kelas. Di sana, Arin tengah menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi.

Luna mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti dengan pertanyaan sahabatnya itu. "Kamu denger dari siapa?"

"Jadi bener lo pacaran sama Fikri?"

Bukannya menjawab, Arin justru kembali bertanya untuk memastikan.

Baru saja Luna ingin menjawab, Arin tiba-tiba saja heboh sendiri. Wajah yang serius, kini melunak. Senyum bahagia menggantikan wajah datar gadis itu. "AKHIRNYA SAHABAT GUE NGGAK JOMBLO LAGI," teriak Arin seraya memeluk Luna dengan erat.

"Rin, a-"

"Udah, lo nggak perlu jelasin apapun." Arin melepaskan pelukannya, lalu menatap Luna dengan senyum menggoda. "Gue tau lo pasti malu kalau harus cerita langsung sama kita. Gue maklumin itu. Ini pacaran pertama lo. Wajar aja kalau lo masih malu-malu kucing."

"Tap-"

Lagi-lagi Arin memotong ucapan Luna. "Udah ah, nggak usah bahas itu lagi, nanti lo malu. Pokoknya selamat, Lun. Semoga hubungan kalian langgeng. Gue yakin, Fikri pasti nge treat lo like a queen.'

"Akhirnya kapal gue berlayar juga. Fikri dan Luna, pasangan kekasih dari anak paskib dan anak padus. Pasangan terfenomenal di tahun ini."

"Aaaaaaa gue gemes sendiri bayangin kalian kencan kayak gimana."

Luna tidak mengerti dengan semua kehebohan yang Arin buat. Pacaran? Bahkan kemarin mereka hanya makan cemilan di taman, tidak melakukan kencan romantis apapun. Lalu, bagaimana mereka bisa pacaran?

Saat Luna ingin menjelaskan tiba-tiba saja Gea dan Rea datang ke tempat mereka. Dua gadis kembar di kelas mereka menyodorkan tangan, dan mengucapkan selamat kepada Luna. "Selamat Lu, gue doain hubungan kalian langgeng."

"Gue beberapa kali liat kalian ngobrol, dan gue rasa kalian emang cocok. Gue yakin kalian bakal jadi couple goals tahun ini."

Bibir Luna terbuka, tapi lagi-lagi dia harus kembali bungkam. Tiba-tiba saja suasana kelas menjadi ramai, ada yang mengucapkan selamat, ada yang berkata 'cie' untuk menggoda Luna, bahkan ada juga yang bersiul.

Luna memijat keningnya, dia tidak habis pikir dengan teman sekelasnya, kenapa mereka bisa termakan kehebohan Arin, dan menganggap itu semua benar?

Percuma jika Luna menjelaskan sekarang, mereka pasti tidak akan percaya. Alhasil Luna lebih memilih untuk diam, dan tersenyum canggung.

Di lain sisi, Zelfan tengah memperhatikan semuanya, kehebohan teman sekelas Luna dan sikap Luna saat menghadapi mereka. Dia melihat Luna hanya terdiam sambil tersenyum kecil. Pikirannya menjadi overthinking. Tujuan Zelfan datang ke sini, untuk menanyakan tentang kebenaran gosip yang tengah beredar tentang Luna dan Fikri. Dia melihat Luna tersenyum, tadi dia tidak yakin kalau senyuman itu memiliki arti sebagai 'iya'.

Meskipun demikian, entah kenapa hatinya tetap tergores, dia merasakan perih di sana. Seperti ditikam oleh belati yang tidak tajam. Goresannya terasa sangat pelan tapi sangat perih.

Apalagi saat melihat respon teman sekelas Luna, semuanya mendukung hubungan gadis itu dengan Fikri. Zelfan, semakin tidak percaya diri dengan perasaannya.

Zelfan tersenyum miris. Aku harap itu semua hanya gosip yang tidak benar. Aku harap, kamu nggak pacaran sama Fikri, Lu.

Zelfan menghela napas, dia sudah tidak punya alasan lagi untuk tetap berada di sana, dia sudah mendapat jawabannya, meski bukan jawaban yang pasti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang