PROLOG

17.1K 566 4
                                    

Hai, selamat datang dicerita pertamaku.
Maaf banget kalau ceritanya masih acak-acakan dan juga banyak yang typo. Aku juga masih belajar, hehe...

Btw, sebelum baca udah follow belum?
Follow dulu yah dan jangan lupa untuk vote juga.
Selamat membaca!
Semoga suka sama ceritanya:)

*****

Suasana pagi hari ini ada matahari yang sinarnya indah dan menghangatkan badan di ibu kota Jakarta. Awan diatas sana sangat cerah, tumbuhan-tumbuhan hijau pun tampak segar dan hijau karena terkena cahaya matahari. Burung-burung pun berterbangan diatas sana.

Seorang laki-laki masih bergelut dengan dunia mimpinya menghiraukan panggilan dari luar pintu kamarnya.

"Sayang... bangun ini udah pagi kamu harus sekolah jangan bolos terus," gerutu Bundanya yang diabaikan oleh anak laki-lakinya itu. Lantas Bundanya langsung masuk ke dalam kamar benuansa abu-abu itu dan berteriak tepat disamping telinga anak laki-lakinya itu.

"DEVAN BANGUN SEKARANG ATAU BUNDA SIRAM KAMU YAH," teriak Bundanya. Ya, laki laki itu adalah Devan.

Laki-laki itu langsung bangun dari tidur nyenyaknya dan mendengus kesal kala tau yang berteriak itu Bundanya.

"Hm," jawab Devan malas dan langsung pergi ke kamar mandi setelah Bundanya keluar dari kamarnya. Selesai membersihkan diri dan memakai seragam sekolah dengan acak-acakan. Bukannya jelek, justru cowok itu terlihat ganteng dan cool. Cowok itu turun dari kamarnya dan menemui Ayah dan Bundanya yang sudah menunggu dirinya untuk sarapan bersama.

"Devan sini sayang sarapan dulu," kata Bundanya yang bernama Kinan Trista Adijaya. Kinan adalah Bunda yang baik dan ramah. Jika anaknya melakukan kesalahan pun dia tidak pernah marah hanya menasehatinya dengan halus, maka dari itulah Devan sangat sayang kepada Bundanya itu.

"Iya Bun," jawab Devan. Cowok itu duduk di sebelah Ayahnya dan mulai melakukan sarapan pagi.

"Gimana sekolah kamu? Aman?" tanya Ayah Devan yang bernama Raditya Putra Adijaya. Raditya adalah sosok Ayah yang tegas bijaksana dan menyayangi keluarga kecilnya.

"Aman Yah," jawab Devan datar tanpa menoleh kepada Ayahnya itu.

"Bagus," jawab Ayahnya yang tak kalah datar.

Selesai sarapan, Devan mengambil tasnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Yah, Bun Devan pamit. Assalamualaikum," kata Devan setelah mencium tangan orang tuanya dan mencium sebelah kanan pipi Bundanya. "Iya hati-hati, Waalaikumsalam," jawab Bunda dan Ayahnya.

Devan segera keluar dari mansionnya dan menjalankan motor sport-nya menuju ke sekolah dengan kecepatan diatas rata-rata karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.55 yang artinya 5 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.

Devan menghela napas lega setelah sampai disekolah dan melihat gerbang masih dibuka walaupun sedikit karena sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai. Devan segera parkir ditempat khusus dirinya dan teman-temannya. Cowok itu berjalan dikoridor menuju kelasnya, mungkin sahabatnya sudah berada dikelas, karena tadi Devan mengabari akan datang telat. Untung saja keadaan koridor sudah sepi jadi tidak banyak yang menggoda dan memuji dirinya secara terang-terangan yang membuat Devan merasa risih.

Sampai didepan kelas XI MIPA 4 Devan masuk dan terlihatlah sahabat-sahabatnya dan teman-teman sekelasnya sedang asik dengan dunianya, karena hari ini free class untuk kelas XI MIPA 4. Ada yang sedang ngobrol, tidur, main game dan ada juga yang sedang mengadakan konser. Devan duduk ditempatnya dengan wajah dingin dan datarnya, cowok itu memainkan handphone-nya tanpa memperdulikan yang lainnya.

DEVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang