Jangjun memandang sedih tas ransel yang sempat ia pakai ketika masih TK. Ransel itu juga yang ia bawa ketika akan bermain dengan Sungyoon.
Ia sungguh tak mengira kalau dirinya akan melupakan Sungyoon. Bahkan Tek terlintas sedikitpun di pikirannya tentang Sungyoon selama 6 tahun terakhir.
"Aku ngelupain... Kak Sungyoon"
Entah apa yang membuatnya melupakan Sungyoon. Apa karena Minghao? Anak manis yang kini sudah kembali lagi ke negara asalnya, negeri tirai bambu. Ia kembali karena pekerjaan ayahnya sudah selesai. Jadi dengan berat hati, ia meninggalkan Jangjun.
Mungkin iya, Jangjun terlalu bersemangat dengan teman baru sampai melupakan kakak tampan yang menemani dirinya ketika di rumah Kakek.
"Kak Sungyoon marah gak ya sama aku? Kayanya aku jahat banget ngelupain dia gitu aja"
Jangjun menghela nafas, melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya.
"Kenapa, Jun? Kok murung gitu?" Tanya Hyunbin, teman sekelasnya.
"Kepo! Urusan hati nih, kamu gak usah tau" omelnya.
Hyunbin hanya bisa mencibir, sudah biasa dengan sikap teman sekelasnya itu.
Beralih pada Jangjun, ia mulai mendudukan dirinya di kursi tempatnya dan Woong.
"Kenapa sih, Jun? Cerita aja kali" ujar Woong.
Jangjun menghela nafas, ia menopang dagunya dimeja.
"Woong, kalo seandainya kita ngelupain seseorang yang kita sayang, apa orang itu bakalan marah?"
Woong mengernyit bingung.
"Ya kalau sayang mah mana mungkin lupa sih? Ada ada aja kamu"
"Aku juga gak tau, aku tiba-tiba ngelupain dia gitu aja. Makannya aku nanya sama kamu juga"
Woong menghentikan kegiatan mencatatnya.
"Kalo orang itu aku, pasti aku bakalan marah sih. Apalagi kalo kamu janji sesuatu ke aku, tapi kamu malah lupa. Ya aku pasti marah lah. Masa cape-cape nunggu eh kamunya malah kelupaan"
"Ya tapi kan namanya juga manusia, Woong. Pasti ada lupanya" bela Jangjun.
Woong mengedikan bahunya.
"Ya itu sih pandangan aku ya"
Jangjun menghembuskan nafas kasar sebelum menidurkan kepalanya di meja.
"Udah lah, nanti coba kamu temuin dia terus minta maaf. Siapa tau aja di orangnya baik banget sampe mau maafin orang pikun kaya kamu"
"Ck! Aku gak pikun!"
🐮🐰
Sungyoon meraba ukiran di kulit pohon itu. Kini ia sudah bisa membaca dan menulis. Bahkan ia sudah bisa sejak beberapa tahun yang lalu.
Tapi perjuangannya selama ini terasa sia-sia. Orang yang berjanji akan kembali tahun depan itu nyatanya tak pernah datang. Bahkan sudah 6 tahun berlalu, ia tak kunjung datang.
Sekilas pertanyaan mulai muncul di kepalanya.
Apakah Jangjun terluka sampai tak bisa datang? Apakah Jangjun sudah pindah dari rumah lamanya? Apakah Kakek Jangjun sudah tiada hingga ia tak mengunjungi kakeknya lagi? Apakah Jangjun mempunyai teman baru? Apakah Jangjun melupakannya?
Sungyoon, berhentilah menunggu dan hiduplah seperti dulu sebelum kau mengenalnya. Itu lebih baik daripada melihatmu muram seperti itu.
Sungyoon tak menghiraukan suara itu. Ia masih meraba ukiran yang kini sudah terlihat samar seiring berjalannya waktu.
"Dia sudah berjanji, Paman"
Apa kau percaya ucapan anak kecil?
Iya benar, Jangjun hanya anak kecil. Tak seharusnya Sungyoon terbawa perasaan sampai rela menunggu seseorang yang tidak pasti.
"Iya, dia hanya anak kecil. Tapi entah kenapa aku sangat menyayanginya, Paman. Aku tak bisa melupakannya barang sedetikpun"
Apa kau jatuh cinta pada anak kecil?
"Aku tidak tau apa itu cinta, aku bahkan tidak tau di dadaku ini ada jantung atau tidak. Karena aku tak merasakan detakan apapun disini. Tak seperti jantung Jangjun yang terdengar berdetak"
Kau memang tidak memiliki jantung, Sungyoon. Tubuhmu tidak memiliki fungsi seperti manusia biasa. Tapi kau masih punya hati. Aku yakin, kau juga bisa merasakan hatimu.
"Entahlah, Paman. Aku hanya ... Merindukan anak itu"
Tak sadar kini tangannya menggenggam erat liontin huruf Y itu. Air matanya juga mengalir tanpa permisi. Seakan tau kalau tuannya sedang bersedih.
Sungyoon masih menatap ukiran itu. Disana tertulis,
Lee Jangjun
♥️
Choi Sungyoon"Apa kau melupakanku, Jangjun?"
🐮🐰
Mama Jangjun sibuk bolak balik ke kamar Jangjun untuk mengecek kondisinya. Ia sangat khawatir dengan anak tunggalnya itu.
Ini pertama kalinya Jangjun sakit setelah sekian lama. Hanya panas sih, tapi tetap saja Mama sangat khawatir.
"Pa, Papa tau anak yang namanya Sungyoon gak?" Tanya Mama saat kembali dari kamar Jangjun.
"Enggak, seingat Papa gak ada temen Jun yang namanya Sungyoon tuh. Lagian masa Mama gatau? Harusnya Mama lebih tau kan?"
Mama menghela nafas.
"Ya iya, Pa. Seingat Mama juga Jun gak punya temen yang namanya Sungyoon, Mama cuma mastiin aja. Siapa tau itu temen yang Papa kenalin ke Jun gitu"
"Enggak, Ma. Papa gak pernah ngenalin Jun ke anaknya temen-temen kantor Papa kok"
Mama menggigiti kuku tangannya cemas.
"Emang kenapa sih, Ma?"
"Itu loh, Pa. Jun ngigo sambil nyebut nyebut nama itu. Papa liat sendiri deh. Mama kasian liat Jangjun kaya gitu" adu Mama.
Papa segera mengecek keadaan Jangjun saat ini. Dan benar saja, anak itu mengigau.
"Kak... Sungyoon... Maaf... Maafin, Jun... Kakak... Maaf... Kak Sungyoon..."
Papa mengambil kain kompresan dari dahi Jangjun, lalu mengecek suhu tubuhnya.
"Panasnya gak turun-turun, Ma. Kayanya mending kita bahwa ke rumah sakit aja deh ya. Papa khawatir"
Mama mengangguk ribut, ia juga memikirkan hal yang sama sejak tadi.
"Sepertinya putra anda sangat merindukan temannya, Pak Bu. Saya sarankan, bawa saja anak itu menemui putra anda. Siapa tau putra anda bisa cepat pulih"
Penjelasan dokter tadi semakin membuat orang tua Jangjun kebingungan. Bahkan mereka tidak tau siapa itu Sungyoon. Lalu bagaimana caranya membawanya kemari?
Mereka masuk kembali ke ruang rawat Jangjun. Anak itu tampak lebih tenang sekarang, tidak mengigau lagi.
"Pa, Jun nangis, liat deh" ujar Mama.
Papa menengok, terdapat buliran air di sudut mata Jangjun. Benar, putranya itu menangis dalam tidurnya.
"Kak Sungyoon, maafin Jun" lirih Jangjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly Forest; jangyoon✓
Fanfiction"Kau boleh melakukan apapun, tapi jangan pernah menyentuhku" Start : 09/10/21 Finish : 10/11/21 **Book ini berisi cerita fiksi karangan penulis yang gak ada hubungan apapun dengan para idol terkait dalam kehidupan nyata. Alias cuma cerita khayalan y...