Jangjun menggeret koper besarnya dan berjalan dengan malas. Rambutnya sudah acak-acakan karena cuaca hari ini sangat panas. Bahkan kedua pipinya memerah. Dan jangan tanyakan bagaimana kondisi pakaiannya, sudah pasti basah karena keringat.
"Ma~ Jun gak mau ke rumah Kakek"
"Tapi kita udah didepan rumah Kakek, Sayang. Lagipula Jun mau sama siapa dirumah Hem? Mama dan Papa kan akan bulan madu ke Hawaii"
Jangjun mencebikan bibirnya.
"Mama dan Papa kan udah tua! Masih aja bertingkah kayak pengantin baru! Dasar gak tau umur"
Mama memutarkan bola matanya. Di usianya yang baru enam tahun, Jangjun sangatlah cerewet dan suka mengomel. Persis seperti mendiang neneknya.
"Jun tuh umur berapa sih? Ngomel terus kerjaannya" ucap Papa yang sejak tadi memperhatikan keduanya.
"Ih siapa yang ngomel? Jun itu lagi kesel sama Mama dan Papa. Masa kalian enak-enakan liburan, Jun malah dititipin di rumah Kakek?"
Papa mengusap kepala Jangjun.
"Katanya udah gede udah enam tahun, kok takut ditinggal sih?"
"Ish! Bukan takut, Papa~ Jun cuma kesel karena gak diajak"
Singkat saja, setelah perpisahan penuh drama itu akhirnya Jangjun ditinggal sendiri bersama kakeknya. Dan mulai hari ini sampai sebulan ke depan, Jangjun akan tinggal di rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Rumah khas pedesaan yang bahkan listrik pun masih jarang.
🐮🐰
"Jun mau makan apa? Biar Kakek siapkan"
Jangjun masih sesenggukan dengan wajah yang basah.
"T-hiks terserah Kakek!"
Kakek Lee tersenyum maklum. Wajar saja seorang anak menangis ketika ditinggal orang tuanya sendiri. Walau hanya satu bulan, tetap saja menyedihkan. Apalagi Jangjun itu seorang anak kota yang manja, hampir tak pernah mau lepas dari rangkulan Mama Papanya.
Tapi karena hal itulah mereka menitipkan Jangjun padanya. Ya siapa tau setelah sebulan ditinggal, anak itu sudah menjadi anak mandiri. Namanya juga usaha.
Lagian kalau dirumah, Jangjun itu terlalu ketergantungan pada gadget. Sangat buruk bagi mata dan kesehatannya. Jadi mereka juga tak memberikan satupun gadget pada Jangjun, dan itulah yang membuat Jangjun menangis. Bukan karena berpisah dengan orang tuanya, tapi berpisah dengan 'teman' bermainnya selama ini.
"Ya sudah. Jangjun mau disini terus? Tidak mau main keluar sama anak-anak sini?"
"Gak mau! Mereka pasti nakalin Jun"
"Belum juga keluar, siapa tau mereka baik kan?"
Jangjun tetaplah Jangjun, sangat keras kepala. Bahkan sudah seminggu berlalu, ia masih saja diam di kamarnya. Entah apa yang dia lakukan seharian disana. Dia hanya akan keluar kamar ketika lapar dan mandi saja.
"Kakek Minho~ Kakek Minho~"
Suara bising anak-anak terdengar dari luar, Jangjun sedikit penasaran dan mengintip dari jendela kamarnya.
"Anak-anak? Kalian ada apa kemari?"
"Katanya cucu Kakek yang anak kota itu mau liburan kesini, tapi kami gak pernah melihatnya. Kakek bohong ya?"
"Mana mungkin Kakek bohong, itu dosa. Kalau kalian tidak percaya sama Kakek, coba sana bujuk anak manja itu agar keluar dari kamarnya"
Anak-anak itu langsung masuk tanpa permisi dan menuju ke salah satu kamar. Mereka tau karena Kakek Minho sudah memamerkan kamar itu sejak dua bulan yang lalu. Kakek Minho juga bercerita banyak tentang cucu nya itu.
Tok tok tok
"Hei anak kota, kamu lagi ngapain didalam kamar?"
"Iya, gak bosen apa di kamar terus?"
"Mau main bareng kita gak? Kita mau ke sungai"
"Ih Seokmin! Kan kata Nenek kita gak boleh main ke sungai, nanti kalo hanyut gimana?"
"Gak akan, Winwin aja yang kampungan"
"Seokmin, kita kan emang orang kampung"
"Jaehyun belain Winwin, Seokmin mau ngambek"
"Seokmin! Jaehyun! Winwin! Kok malah berantem? Udah biar Midam aja yang ngajakin"
Tok tok tok
"Anak kota-"
Cklek
"Namaku Lee Jangjun! Bukan anak kota! Ish! Gitu aja gak tau"
Akhirnya Jangjun keluar dari kamarnya, walau wajahnya tampak kesal. Ya masa Jangjun dipanggil anak kota sih?
"Hehe mau ikut main gak?"
🐮🐰
Ternyata anak-anak ini lumayan seru juga. Jangjun diajak berkeliling sambil dibonceng dengan sepeda oleh anak yang paling pendek. Kalau tidak salah sih tadi namanya Lee Midam.
Mereka menghentikan laju sepedanya ketika Mingyu, anak yang paling depan itu berhenti.
"Eh eh Jun lihat gerbang yang banyak tanda silangnya itu?" tanya Mingyu.
Jangjun memicingkan matanya. Itu sih namanya bukan gerbang. Hanya dua buah bambu yang ditancapkan berhadapan dan beberapa kayu menyilang ditengahnya. Tanda dilarang masuk dan semacamnya juga tertulis disana.
"Iya, emang kenapa?"
"Itu gerbang hutan kunang-kunang"
"Terus?"
"Kita gak boleh masuk hutan itu, tau gak kenapa?" Tanya Seokmin.
Jangjun menggelengkan kepalanya.
"Disana tuh banyak monsternya" ujar Winwin.
Plak
"Bukan monster! Tapi hantu!" jerit Seokmin setelah menggeplak lengan Winwin.
Plak
"Jae udah bilang, jangan teriak didepan Winwin!" gertak Jaehyun setelah balik menggeplak kepala belakang Seokmin.
Seokmin mencebikan bibirnya.
"Jaehyun bela Winwin terus ih, Seok-"
"Ngambek aja sana!" potong Midam. Ia kesal karena Seokmin itu anaknya ngambekan.
"Hei hei! Hantu itu gak ada, Jun gak percaya sama hantu" ucap Jangjun.
Kali ini Mingyu yang mencebikan bibirnya.
"Masa? Kalo gak takut, coba sana Jun masuk kesana"
"Mingyu! Kan kita gak boleh masuk kesana!" pekik Midam.
"Bukan kita ih! Cuma Jangjun aja, sendirian"
Winwin menutup mulutnya syok.
"Jangj-"
"Oke" ucap Jangjun penuh percaya diri.
Jangjun berjalan memasuki hutan tanpa mendengarkan teriakan teman-teman barunya.
"Mingyu!! Kalau sampai Jun gak balik lagi, pokoknya ini salah Gyu!"
![](https://img.wattpad.com/cover/287725626-288-k730463.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly Forest; jangyoon✓
Fanfiction"Kau boleh melakukan apapun, tapi jangan pernah menyentuhku" Start : 09/10/21 Finish : 10/11/21 **Book ini berisi cerita fiksi karangan penulis yang gak ada hubungan apapun dengan para idol terkait dalam kehidupan nyata. Alias cuma cerita khayalan y...