Jangjun kembali bermain ke hutan hari ini. Sebenarnya ia ingin pergi sejak pagi tadi, tapi dilarang karena katanya akan ada saudaranya yang lain berkunjung ke rumah Kakek Minho. Jadi terpaksa lah Jangjun menunda keinginannya sampai siang ini.
Kakinya semakin cepat melangkah begitu melihat Sungyoon sedang duduk pada sebuah dahan pohon yang cukup tinggi.
"Kakak lagi ngapain di atas?" Tanya Jangjun yang berada dibawah pohon itu.
"Hanya duduk saja, kau tak ingin naik juga?" Sungyoon menatap kebawah.
Jangjun mengangguk ribut lalu menaiki dahan pohon yang berada disebelah Sungyoon.
"Hati-hati, kau bisa terjatuh" tegur Sungyoon.
Begitu tiba di atas, Jangjun bisa melihat wajah Sungyoon yang diterpa sinar matahari dari celah dedaunan. Sangat cantik. Jangjun berani bersumpah demi kolor tayo nya.
Mungkin karena efek dari beranjak dewasa, Jangjun baru menyadari kalau Sungyoon itu sangat menawan. Rambut hitam yang hampir menutupi mata, kulit putih tanpa cacat, bola mata coklat yang indah, hidung mungil yang mancung juga bibir yang- eh tunggu. Bibir Sungyoon sangat pucat, apa Sungyoon sedang sakit?
"Kakak lagi sakit ya? Bibir Kakak pucet banget"
Sungyoon refleks memegang bibirnya.
"Aku tidak pernah sakit, ini warna alami bibirku saja"
Oh iya, Sungyoon kan bukan manusia sepertinya.
Jangjun ingat kalau ia membawa liptint milik ibunya disaku celana. Niatnya untuk ia simpan karena ia menyukai wanginya, wangi coklat. Tapi sepertinya Sungyoon lebih membutuhkannya.
"Kita turun yu, Kak" ajak Jangjun.
"Tapi kau baru saja naik?" Heran Sungyoon.
"Udah sini turun aja" jawab Jangjun yang kini sudah dibawah.
Sungyoon turun dengan biasanya, terjun bebas tanpa terluka maupun terjatuh sekalipun.
"Ada apa?"
Jangjun tersenyum lalu mendekatkan tubuhnya pada Sungyoon.
"Kau tidak bermaksud untuk melenyapkan ku bukan?" tanya Sungyoon. Walau suaranya datar, tapi ia tau kalau Sungyoon sedang ketakutan sekarang.
"Masa aku mau bunuh Kakak sih? Udah sini, aku janji gak akan megang Kakak kok. Percaya sama aku" yakin Jangjun.
Sungyoon berhenti bergerak mundur, kini ia berdiri pasrah didepan Jangjun.
Tap tap
Jangjun mulai mengoleskan liptint di bibir mungil Sungyoon tanpa menyentuh kulitnya secara langsung.
Ia tersenyum puas begitu melihat bibir Sungyoon yang kini berwarna merah alami. Tidak menor kok, karena Mama Jangjun sendiri pecinta make up natural.
"Selesai, sekarang wajah Kakak keliatan lebih cerah dari biasanya"
Sungyoon menatap dirinya dari genangan air dibawahnya.
"Bibirku jadi merah, benda apa itu?" Tanya Sungyoon bingung.
"Ini liptint, untuk pewarna bibir. Aku minta satu dari Mama karena wanginya kaya coklat. Ini buat Kakak aja deh, dipake ya" Jangjun mengulurkan liptint itu pada Sungyoon.
Sungyoon menerimanya tanpa menyentuh jari Jangjun. Ia memperhatikan tiap detail benda aneh ditangannya.
"Kakak pake itu kalo lagi ada aku aja ya. Bukan apa-apa sih, cuma aku gak mau aja wajah cantiknya Kakak dilihat banyak orang" ujar Jangjun.
Sungyoon tersenyum, "Hanya kau manusia yang mengetahui keberadaan ku"
Jangjun terkekeh, benar juga. Tapi tetap saja, Sungyoon cantik hanya untuk Jangjun seorang.
🐮🐰
Hari berikutnya, Jangjun kembali ke hutan dengan seragam sekolah. Ia mengenakan seragam SMP yang sudah ia gunakan beberapa bulan lalu. Ia berencana memamerkannya pada Sungyoon.
"Kak Sungyoon~" sapa Jangjun ketika melihat Sungyoon yang sedang duduk dibawah pohon.
"Kau memakai pakaian aneh, apa itu?" tanya Sungyoon.
"Ini seragam sekolah baru aku Kak, bukan pakaian aneh" gerutu Jangjun.
Wajahnya kembali ceria dengan cepat.
"Sekarang aku udah SMP loh, udah mau 13 tahun. Udah besar kan?"
Sungyoon mengangguk singkat.
"Aku anak yang paling tinggi dikelas, paling pintar juga, Kakak bangga gak?"
Sungyoon mengangguk lagi, kali ini bibirnya terangkat membentuk senyuman.
"Kau cepat sekali besar"
Jangjun tertawa, benar juga. Rasanya baru kemarin ia berulang tahun yang ke 6, tapi sekarang sudah mau 13 tahun saja.
"Ngomong-ngomong, Om jelek kemana Kak? Kayanya aku gak pernah denger suaranya"
Ya meskipun menyebalkan, tapi tetap saja Om Baros itu adalah makhluk yang merawat Sungyoon sejak masih bayi. Jadi Jangjun harus tau kabarnya juga.
"Dia sedang pergi, aku tidak tau dia dimana sekarang"
Jangjun mengangguk mengerti. Mungkin Om Baros punya pekerjaan yang harus diselesaikan.
🐮🐰
Jangjun menatap Sungyoon yang berjalan disampingnya. Mereka berjarak 1 meter seperti biasa.
"Kakak gak lupa kan kalo ini hari terakhir aku main kesini?" Tanya Jangjun hati-hati.
"Ya, mana mungkin aku lupa" jawab Sungyoon.
Jangjun tersenyum sendu.
"Kali ini aku gak akan janji lagi, karena aku gak tau apa yang akan terjadi kedepannya"
"Aku juga gak akan minta Kakak buat nunggu aku lagi, bukan berarti aku gak akan kesini lagi. Cuma mencegah sesuatu yang gak diinginkan aja"
Sungyoon menatap Jangjun yang kini menunduk.
"Aku mengerti"
Kepala Jangjun terangkat, ia menatap Sungyoon yang tersenyum padanya.
Kini mereka sudah tiba didepan gerbang dilarang masuk. Jangjun melambaikan tangannya pada Sungyoon. Ia berjalan mundur perlahan.
Sungyoon pun melambaikan tangannya pelan.
"Ku harap kau tidak melupakanku lagi, Jangjun"
Jangjun udah SMP:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly Forest; jangyoon✓
أدب الهواة"Kau boleh melakukan apapun, tapi jangan pernah menyentuhku" Start : 09/10/21 Finish : 10/11/21 **Book ini berisi cerita fiksi karangan penulis yang gak ada hubungan apapun dengan para idol terkait dalam kehidupan nyata. Alias cuma cerita khayalan y...