About Him

78 11 3
                                    

Jangjun sibuk membersihkan daun kering dan kotoran lainnya yang pohon tua itu semburkan padanya. Padahal kan ia hanya bercanda, masa Om Pohon itu marah sih. Tidak asyik.

"Aduh... Om kok nyembur Jun pake daun sih? Baju Jun jadi kotor tau, kasian nanti Kakek Minho susah nyucinya" gerutu Jangjun.

Sungyoon juga tampak membantu Jangjun membersihkan rambutnya dari daun. Menggunakan ranting pohonnya tentu saja.

Aku sebenarnya malas bicara dengan anak cerewet sepertimu, tapi karena kau mendekati Sungyoon jadi terpaksa aku harus memperingati mu

Jangjun memiringkan kepalanya.

"Memperingati? Emangnya kenapa?"

"Aku akan mencari buah-buahan untukmu" pamit Sungyoon.

Jangjun sebenarnya ingin ikut, bukan karena takut dengan penghuni pohon itu. Tapi karena takut Sungyoon kenapa-kenapa, nanti siapa lagi yang bermain dengannya. Anak-anak kampung itu lama-lama membosankan.

"Kenapa Om?" Tanyanya lagi.

Kau pikir aku tak tau isi otak mu tadi hah? Kau pasti heran kenapa Sungyoon bisa tau kalau kakek mu menerobos hutan ini dulu-

"Iya! Om bener banget! Kok Kak Sungyoon bisa tau soal itu? Kakek Minho kan sekarang udah umur 63 tahun, dan kejadian itu terjadi sekitar eum... 50 tahun yang lalu? Iya kayanya segitu deh, Jangjun kan anak pinter. Pasti bener dong ya?"

Hah... Kau sangat berisik, aku heran kenapa Sungyoon mau berteman denganmu.

"Eh? Emangnya Kak Sungyoon nganggap aku temennya, Om?!" Pekik Jangjun. Ia senang bukan main.

Ya, bahkan dia sendiri yang menceritakan mu padaku. Biasanya kalau ada apa-apa, aku harus mencari tahu sendiri. Tapi sepertinya kau berbeda, sepertinya Sungyoon menyukaimu.

"K-kak Sungyoon, menyukaiku?" Jangjun menangkup kedua pipinya dan tersenyum sangat lebar.

Berhenti lah tersenyum, kau sangat jelek saat tersenyum. Apalagi sangat lebar seperti tadi.

Jangjun mencebikan bibirnya, merusak kebahagiaan orang saja.

"Itu yang masalah tadi gimana? Gak mau dibahas lagi?" Kesal Jangjun.

Ini karena mu, anak kecil!

"Ya udah ya udah, terus itu kenapa Kak Sungyoon?"

Sungyoon bukan manusia.

"Heh! Sembarangan, kalo bukan manusia terus apa dong? Hantu? Dedemit? Siluman tupai?"

Dia juga bukan makhluk halus.

"Ya ampun, terus Kak Sungyoon itu apa, Om? Masa peri sih? Mariposa kali ah"

Yang jelas, dia bukan hantu ataupun manusia.

"Kalo bukan hantu ataupun manusia, apa dong? Terus kok umurnya gak bertambah sih? Ini maksudnya gimana ya? Dan orang tuanya Kak Sungyoon dimana? Rumahnya juga, katanya di hutan sini? Masa sih? Jawab dong, Om"

Cerewet.

"Udah, jawab aja Om"

Sungyoon dibuang ke hutan ini saat masih bayi merah oleh ibunya. Dia meminta penghuni hutan ini untuk merawat bayinya karena saat itu di desa ini sedang ada perang. Dia ingin putranya selamat dan hidup. Tapi bagaimana mungkin makhluk seperti kami merawat seorang bayi manusia? Jadi dia mengusulkan untuk mengutuk bayinya sendiri. Bayi itu akan tumbuh layaknya seorang manusia, namun dengan perbandingan usia yang berbeda. Ia akan tetap hidup abadi kecuali jika ada manusia bodoh yang menyentuh tubuhnya.

"Ah? Kalo seandainya ada yang gak sengaja megang Kak Sungyoon gimana?" Tanya Jangjun, sangat mengesankan. Seorang anak berusia enam tahun mampu mengerti penjelasan seperti itu? Entahlah, entah memang mengerti atau hanya sok mengerti saja. Om Pohon tak peduli selagi anak cerewet itu tak menyentuh Sungyoon.

Maka dia akan mati, dasar bodoh. Begitu saja kau tak tau.

Baiklah, Jangjun kesal sekarang.

"Aku gak bodoh, Om! Om jelek!"

"Ini makananmu"

Hap

Jangjun menangkap dua buah jambu biji yang dilemparkan Sungyoon.

"Wah makasih, Kak" ucapnya ceria. Seperti pengidap kepribadian ganda.

"Sebaiknya kau segera pulang, hari sudah mulai gelap"

Jangjun menatap sekeliling, ternyata memang sudah agak gelap. Ia harus segera pulang sebelum dicari lagi seperti kemarin. Kasian Kakek Minho.

🐮🐰

Jangjun itu anak yang sangat aktif. Mungkin jika orang melihat akan gemas dibuatnya, gemas ingin memukul. Anak itu sama sekali tak bisa diam. Baik badan maupun mulutnya itu seperti tak pernah kehabisan energi.

Bahkan kini Jangjun sudah memanjat pohon. Katanya ia ingin melihat matahari terbenam. Ia pikir ini di pantai apa, sudah jelas ini hutan belantara yang pohonnya sangat banyak dan tinggi besar. Ya mana mungkin terlihat kalau ia saja hanya memanjat dahan pohon yang tingginya 2 meter.

"Liat, Kak!"

Jangjun menggantung terbalik dengan kedua kaki menahan tubuhnya.

"Hati-hati nanti kau terjatuh"

"Gak akan, Jun ini--"

Sungyoon melotot melihat Jangjun yang hampir terjatuh ketika akan duduk di atas dahan itu. Ia segera berlari dan menadahkan tangannya dengan hati yang cemas.

Bruk

"Aw"

Jangjun terjatuh dengan tidak elitnya. Sungyoon? Tubuhnya terhempas oleh sesuatu yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang.

Kalau kau berani menyentuh Sungyoon, aku akan menjadikan mu makan malam ku.

Jangjun berdiri tertatih. Pinggangnya sedikit sakit.

"Om Pohon ya? Kok bisa kesini? Kan pohon yang itu jauh banget dari sini" ujar Jangjun disela ringisannya.

Aku bisa berada di manapun, dan mulai sekarang mungkin aku akan mengikuti mu. Kau anak yang keras kepala, terlihat dari wajah jelek mu itu.

"Eh Om! Muka Jun ini muka-muka model papan atas tau, sembarangan dibilang jelek"

Terserah mu saja. Ku peringati sekali lagi. Kalau kau berani menyentuh Sungyoon, aku akan memakan mu hidup hidup. Aku bersumpah.

Jangjun mencebikan bibirnya.

"Serem banget jadi Om-om, untung bukan Om Sutopo. Hiiii"

Pandangan Jangjun teralih pada Sungyoon yang masih duduk bersandar pada pohon.

"Kakak gak kenapa-napa kan? Ada yang sakit gak?"

Sungyoon menggeleng, ia mengulurkan ranting pohon nya.

"Sudah, ayo ku antar pulang"

Firefly Forest; jangyoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang