♪02♪

71 13 11
                                    

"Kak, gue gak ngerti." ujar Beomgyu tiba-tiba ketika sampai di kamar Yeonjun lalu berbaring di kasur empuk milik sang kakak.

"Gak ngerti apa?" tanya Yeonjun.

Pemuda itu asik mengerjakan tugas yang diberikan guru konselingnya tadi siang sebab Yeonjun bolos dipelajaran pertama. Dia bahkan hanya menjawab tanpa menoleh pada si empu yang ngomong.

"Kenapa kita dikasih tugas?! Mana besok disuruh bersihin lapangan pula! Apa tugas yang menguras kewarasan ini aja gak cukup?! Maksud gue tuh---"

"Stop! Cukup perguso!"

Beomgyu pun diem.

"Gue gak konsen nying. Ini tugas susah banget gak kayak biasanya. Eh mending lo bobok deh daripada ngebacot deket gue. Gak berfaedah tau gak? Atau, jangan-jangan lo mau ni puplen nyasar ke mata lo?" misuh Yeonjun sambil mengarahkan pulpen yang dipegangnya pada mata Beomgyu.

Ya...dari jauh tapi.

Beomgyu pun masih diam hingga beberapa detik, lalu berjalan meninggalkan kamar Yeonjun tanpa ekspresi.

"Wah..ngambek ini mah."

Benar saja, tepat setelah pintu kamar Yeonjun ditutup dengan suara keras, mamanya berteriak dari ruangan kumpul.

"YEONJUN!! KENAPA BERANTEM LAGI SAMA SI ADEK?! DAH GEDE JUGA! JANGAN BERANTEM TERUS! MAMAH PUSING KALO KALIAN-BLA BLA BLA BLA BLA."

Pokoknya, runyem lah urusannya kalo Beomgyu si adik bungsunya udah ngambek. Mamah ceramah bisa sampe ketiduran si Yeonjun.

Bangun pagi, tahu-tahu mukanya udah dicoretin pake pulpen sama Beomgyu.

Mau berantem lagi juga, yang ada Yeonjun yang harus ngalah.

"Walaaahhh...nasib-nasib." ratap Yeonjun.
































Malam Yeonjun buruk. Setelah lelah mendengarkan ceramahan ibunya, Yeonjun memilih simulasi pingsan dengan tidur diatas kasur dalam keadaan berantakan.

Setiap hari juga berantakan, jadi abaikan saja. Dan menyebalkannya, Yeonjun malah mengalami mimpi buruk semalam. Menyebabkan dirinya trauma untuk menutup mata karena berkali-kali mencoba tidur, mimpi yang sama selalu datang.

Horor, begitulah yang Yeonjun pikir pertama kali setelah bangun dari mimpi buruk itu.

Sekarang, dibawah matanya terlihatlah sebuah lengkungan hitam yang membuat mata sipitnya jadi mengerikan. Beruntung, ini hari libur sehingga Yeonjun tidak perlu malu pergi ke sekolah pagi ini.

Ngomong-ngomong, mereka ke sekolah karena harus membersihkan seluruh lapangan yang ada disana. Hal ini terjadi karena Yeonjun dan teman-temannya melakukan aksi bolos selama 5× berturut-turut.

Tentu saja, guru konseling mana yang tidak geram?

"Sapu-sapu!"

"Sapi-sapi!!"

"Apaan sih nder! Buruan sini sapunya!" seru Yeonjun kesal. Apa banget lelucon Kai ini, garing seperti keripik pisang.

Kai nyengir lalu menyerahkan sapunya pada Yeonjun. "Hati-hati bang, sapunya ganas." tunjuknya pada duri-duri kecil digagang sapu itu.

"Buset, itu gagang sapu apa tangkai mawar njir?" tanya Soobin heran. Dia bahkan sampai menghentikan kegiatannya memunguti sampah karena kepo dengan keanehan sapu yang dipakai Kai.

"Entah." Kai mengendik lalu berjalan riang sambil ikut memunguti sampah dedaunan kering dipinggiran lapangan.

Taehyun pun mendekat dengan menenteng sebuah plastik hitam. "Ini isinya sampah." ujarnya ketika tiba dihadapan Yeonjun dan Soobin. Dua senior itu saling berpandangan.

"Taehyun kayaknya sakit. Yuk, bisa yuk." Beomgyu datang lalu menuntun Taehyun seperti orang sakit. Namun meski beberapa detik tidak menolak, Taehyun pun menepis tangan Beomgyu.

"Maksud gue tuh, ini buat sampah! Ini tempat sampah!" serunya greget.

Soobin menepuk pundak Taehyun prihatin. "Hyun, kan ada tempat sampah." tunjuk pemuda itu pada sebuah tong sampah yang bertuliskan Tempat Sampah! dengan cetak bold dihurufnya.

Taehyun mendatarkan wajah. "Dahlah."

"Awokwok. Yuk bisa yuk," ulang Beomgyu sambil tertawa garing.

Yeonjun pun hanya menyimak kejadian itu, sementara Kai asik sendiri nyanyi-nyanyi.

"Temen modelan mereka, gue nemu dimana ya?" gumamnya heran.



























Kegiatan bersih-bersih akhirnya selesai. Mereka semua duduk berbaris sambil bersenda gurau satu sama lain. Terkecuali 2 Choi bersaudara yang sibuk dengan kegiatannya.

"Makanya kak, ini udah gue bilangin, sapunya ganas. Tuh, gue juga kena!" celetuk Kai lalu menunjukkan tangannya yang penuh dengan plester kepala kucing yang ia bawa sendiri dari rumah.

Sementara Yeonjun mendengus, dan tetap diam. Saat ini tangannya tengah diberi plester oleh Beomgyu. Perhatian sekali adiknya kali ini, entah minta apa nanti dia ketika pulang kerumah.

"Hah...jam segini enaknya rebahan!"

"Valid no debat!"

"Emang jam berapa sih?" tanya Taehyun lalu mengecek jam dipergelangan tangannya lantas menggumam kecil dan ikut berbaring ditengah lapangan itu.

Beomgyu yang sudah selesai menempelkan plester ditangan Yeonjun, merangkul bahu kakaknya membuat Yeonjun menoleh dan menatapnya dengan tanda tanya.

Sementara Beomgyu cuma tersenyum manis, lalu menarik Yeonjun untuk rebahan seperti yang lain.

Kelima pemuda itu menatap langit. Awan yang berarak diatas sana, langit biru yang cantik tiada duanya. Burung-burung yang terbang---

"Iyuwh! Apa nih?!?" pekik Kai membuat keempat temannya panik dan bangun dari rebahan.

"Iyuwh! Tai burung!!" seru Soobin lalu berlari sambil tertawa riang melihat betapa sengsaranya Kai saat ini. Terlihat dengan raut wajah yang begitu tertekan.

"Iyuwh..." Taehyun dan Yeonjun ikut-ikutan jijik dan menjauh dari Kai. Sementara Beomgyu sudah tertawa terpingkal-pingkal bersama Soobin. Masih menertawakan Kai dan nasibnya yang tidak mujur.

"Huweee...mamaaahhh.."

[ I ].Run Away[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang