♪12♪

80 10 10
                                    

Seek

Yeonjun berhenti berjalan, tanpa yang lain sadari. Ia membungkuk dan mengambil sesuatu yang barusan diinjak oleh kakinya.

Itu adalah sebuah boneka. Boneka kecil dan sedikit panjang, memiliki lengan yang hanya segaris begitu juga kakinya. Namun kepalanya malah seperti kepala singa. Entah singa atau apa.

Warnanya seperti cream, tapi jadi sedikit coklat karena tidak sengaja Yeonjun injak.

Dan diatas kepalanya, ada sebuah pengait seperti untuk menggantungnya pada zipper tas ransel.

"Kak! Buruan!!" teriak Beomgyu yang pertama menyadari jarak antara dirinya dan Yeonjun.

Tanpa babibu, lelaki itu mengaitkan pengait tadi pada tali gesper dicelananya dan berlari mengejar teman-temannya yang lain.



































"Senter-senter!"

"Senter, mana senter!"

"Beom! Buruan idupin senternya!"

"Ett, bentar dong nyet!"

"Jan emosi, ayo buruan!"

"Sssttt." desis Soobin untuk yang kesekian kalinya.

Lelaki itu mengangkat senter yang dipegangnya dan menatap keempat sahabatnya dengan kening berkerut.

"Perkara senter doang." decihnya.

Ia pun menghidupkan senter itu dan mulai menyenteri sekitar. Lalu, senternya ia arahkan ke depan.

Mendapati sebuah tanaman merambat yang menutupi pandangan, Yeonjun dan Soobin pun bergerak menyingkirkan tanaman-tanaman itu dengan cara menariknya kesamping.

Kali ini, Kai dan Beomgyu yang memegang senter, mengarahkannya kembali ke depan. Sementara Taehyun merangkak dibawah kaki mereka.

"Woaw...." gumam mereka kompak. Mendapati sebuah pemandangan lapangan luas yang dikelilingi oleh pepohonan dan tanaman-tanaman berbunga cantik.

Dan meski langit gelap, bintang-bintang diangkasa berkerlip-an. Tidak membantu penerangan memang, tapi mampu menciptakan suasana yang indah.

Hanya saja, ada sesuatu yang aneh.

Ditengah-tengah semua pemandangan itu, sebuah pintu raksasa menjulang tinggi dititik pusat tanah lapang berumput hijau itu.

"Ini...pintu segede gaban gini, siapa yang masukin njir?" tanya Beomgyu aneh.

Soobin sudah berlari lebih dulu, lalu melompat-lompat untuk menggapai engsel pintu yang berada sedikit lebih tinggi diatas kepalanya.

"Gila! Gue aja gak nyampe-nyampe! Hahahaha!!"

"Berarti kak Soobin pendek, awokwok."

"Enak aja lu!" seru Soobin lalu memiting leher Kai dan menjitaki kepala kawannya itu sambil tertawa-tawa. Tak beda jauh dengan yang tengah ia jitaki.

Keduanya asik bermain-main didekat pintu, disusul Beomgyu yang juga malah main kejar-kejaran dengan Taehyun dibelakang pintu itu.

Meninggalkan Yeonjun yang termenung sendiri. Namun kemudian, kedua tangannya bergerak, mengambil kacamata yang beberapa hari ini tidak ia gunakan. Lalu memakainya. Bertepatan dengan terbakarnya pintu itu dari bawah hingga apinya menjalar keatas.

Yeonjun menoleh kekiri-kanannya, dimana kawan-kawannya berbaris sejajar dengan dirinya.

Mereka semua tersenyum kecil sambil menatap pintu itu seakan-akan ini pemandangan yang indah.

"Ah, sayang gak bawa marshmallow." keluh Kai.

Ia pun tanpa disuruh, mendudukkan dirinya diatas rumput yang sedikit lembab. Diikuti oleh yang lain, termasuk Yeonjun juga.

Mereka semua terdiam. Merenung sambil menatap kedepan dengan pandangan yang tenang.

Yeonjun tiba-tiba mengangkat tangannya dan melihat sebuah plester yang melingkar di ibu jarinya. Ia membuka plester itu, dan sedikit tak percaya ketika luka bekas sayatan pisau disana menghilang.

Ia mendapatkan luka itu ketika membantu ibunya memasak. Yeonjun memang suka memasak. Dan Beomgyu suka memasangkan plester pada seseorang yang terluka.

Tapi sekarang, lukanya hilang tanpa bekas. Menyisakan sebuah pertanyaan besar dikepalanya. Lalu ia menoleh pada Beomgyu yang duduk disampin kanannya. Pemuda itu juga baik-baik saja ya?

































"Udah yuk? Pulang." ajak Soobin. Kai, Beomgyu dan Yeonjun reflek bangkit.

"Yuk ah. Gue pengen tidur." lalu Kai menguap lebar.

"Hhooaaammm~ kak, mata gue item gak?"

"Gak tau gelap."

Beomgyu berdecih. Dan tak lama, ia menyadari ada yang kurang.

Ia berjalan kembali ke belakang, lalu mendapati Taehyun. Lelaki itu seperti tengah mengamati sesuatu.

"Hyun, ayok balik." ucap Beomgyu sambil menepuk bahu Taehyun.

"Oh. Beomgyu, nih kayaknya punya kakak lo."

Taehyun memberikan boneka sebelumnya. Awalnya Beomgyu mau membantah sebab dirinya tak pernah melihat boneka itu. Tapi, ia tetap mengambilnya.

"Emm...iya kali." ucap Beomgyu akhirnya.

"Yaudah, yuk!"

"Okay!"


































"Beomgyu, sini pegang tangan gue."

"Kak,"

Yeonjun berhenti.

"Lo ngerasa aneh gak, sehabis dari tempat yang waktu itu?"

Yeonjun berbalik dan menatap adiknya.

"Hmm? Nggak tuh, b aja. Malahan perasaan hidup gue makin ngebosenin aja kalo nggak ada bacotan kalian." candanya membuat Beomgyu ikut tertawa.

Tawa tanpa minat. Yang ada, pemuda itu malah jadi resah.

"Dah yuk. Tar telat, mamah sama papah udah ke sekolah soalnya. Kalo kita gak liat nilai kita disemester satu ini naek, siap-siap kena omelan mamah nih." ajak Yeonjun lalu menarik tangan Beomgyu.

Dan keduanya berangkat ke sekolah bersama, menghadiri hari pembagian raport siswa, yang diadakan setiap semester sekali.

Lalu tanpa disadari, liburan sudah menanti.

[ I ].Run Away[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang