Setelah hari libur yang melelahkan (sabtu bersih-bersih sekolah dan minggu bersih-bersih di rumah), hari Senin pun tiba.
Menyapa kelima sekawan dengan semangat paginya yang patut diacungi 10 jempol. Bagaimana tidak, di waktu gerbang sekolah yang masih tertutup, kelimanya sudah berkumpul di depan sana sambil bermain gunting-kertas-batu untuk menentukan, siapa yang akan membayarkan sarapan mereka pagi ini.
"Yah! Si Kai curang itu!!" seru Beomgyu tak terima. Sementara Kai tertawa keras seperti hantu dengan Taehyun yang bersiap memiting leher teman sekelasnya itu.
"Gak mau tau, ulang pokoknya!" kukuh Beomgyu.
"Dahlah cuk, terima nasib aja."
Yeonjun mengangguk setuju. "Bukannya tadi pagi papah ngasih duit jajan lebih ya buat lo? Kan kita gak sarapan di rumah." pancing pemuda itu tersenyum jahil.
"Emang elu kagak kak?" tanya Taehyun kepo.
Tentu saja, Yeonjun menggeleng dengan dramatis. Padahal, uang saku dirinya dan Beomgyu dibagi rata.
Ya, gak rata-rata amat sih.
"Halah tai kucing." sinis Beomgyu. Sedangkan Yeonjun malah tertawa keras seperti setan. Ketularan Kai barang kali.
"Jadi fiks ya, sarapan di kantin, tapi yang bayar kak Beomgyu, ya kan? Ya kan?" tanya Kai memastikan dengan semangat.
Tolong jangan ditanya mengapa, karena siapapun pasti bersemangat kalau sudah mendengar kata 'Traktiran'.
"Iya dong! Gasskennnnnn!" sahut Soobin.
Sisanya mengangguk-angguk setuju, sementara Beomgyu cuma bisa pasrah sambil menyampaikan selamat tinggal pada album TubaTu incarannya.
Padahal, sedikit lagi Beomgyu bisa mendapatkannya. Ah sayang sekali, mungkin kamu harus coba lain kali Beomgyu.
"Sarapan?"
"Cek!"
"Masuk pagi?"
"Cek!"
"Oke sip!" Taehyun menutup buku catatannya untuk evaluasi minggu ini. Sementara Kai yang hanya menyahut 'cek' doang, sibuk menyemili waffle yang dia dapat hasil traktiran Beomgyu ketika dikantin tadi.
"Hoy, masuk kelas gak?" tanya seorang siswa pada keduanya. Sontak Taehyun dan Kai saling menatap. "Ya masuklah, kan kemaren udah bolos." sahut Taehyun santai.
Ia dan Kai pun berjalan berdampingan ala boyband ternama yang tengah naik daun saat ini. Masuk baru beberapa langkah ke kelas mereka, lalu dikejutkan oleh telepon yang berasal dari salah satu senior sablengnya.
Chuy aSubin incoming call...
Percayalah, bukan Taehyun yang memberikan nama kontak Soobin seperti itu.
"Halo, kenapa kak?"
"Kelas kak Yeonjun nih sepi! Buru, gak dateng 4 detik, gue bending satu juta kali."
Kai yang ikut mendengarkan berceletuk. "Kek hadiah aja satu juta."
Sementara Taehyun cuma tertawa mendengar gurauan seniornya itu. "Iya kak, otewe. Tapi hari ini gak bolos dulu ya. Mamih pengen liat catetan gue soalnya."
"Heh kimun, sapa yang mau ngajak bolos?! Udah cepet sini!!"
"Oke!"
Telepon dimatikan, seluruh kelas menaruh atensinya pada si Kang dan si Huening yang masih mematung di depan kelas itu.
"Otewe Kai." ajak Taehyun tergesa sambil tertawa geli memperhatikan raut wajah anak sekelasnya yang seketika jadi panik.
"WOEY! KATANYA KAGAK BOLOS?!" teriak siswa yang juga sudah bertanya sebelumnya. Ia terlihat panik begitu dua murid belangsak dikelasnya malah berlarian dikoridor.
"Kagak!! Cuma yang ini urgen! Lebih urgen daripada guru killer!!" balas Kai yang kemudian menghilang dibalik kelokan koridor.
Sosok siswa tampan bernametag Kang Minhee itu menghela nafas berat. "Gini banget nasib jadi ketua kelas."
BRAK
Pintu kelas Yeonjun terbuka lebar. Dan sosok Beomgyu dengan alat pemadam kebakaran muncul menjadi pemandangan utama yang dilihat keempat orang yang ada didalam kelas itu.
Terlihat Yeonjun dengan kacamatanya, sambil menggaruk kepala. Soobin yang hanya bisa bengong, Kai dan Taehyun yang sibuk mengatur nafas yang tersengal-sengal.
Beomgyu maju dengan alat pemadam ditangannya, membuka pengamannya dan asap putih muncul untuk memadamkan api yang ada pada buku Yeonjun.
Tapi setelah beberapa menit, api itu malah tidak padam dan semakin membesar.
Beomgyu jadi ikut bingung, pusing dan sebal dibuatnya.
"Mengadi-ngadi emang kakak lo." cetus Soobin selaku saksi mata atas apa yang dilakukan Yeonjun.
"Buang aja...hah...bukunya...hah..." usul Kai ditengah helaan nafas yang terdengar masih sulit untuk dihembuskan.
"Oh iya juga!" Yeonjun menjentikkan jarinya, lalu berjalan seraya menenteng buku itu sebelum semua bagiannya terbakar. Ia meminta bantuan Beomgyu untuk membuka jendela dan langsung melempar buku itu dengan bebas dari jendela tersebut.
Dan tak lama, terdengarlah sebuah teriakan sarat akan kekesalan atas apa yang mereka perbuat.
"Hehehehe..." cengiran Yeonjun muncul bersamaan dengan keempat kawannya yang menatapnya datar.
"Pen gue cekek, sumpah." desis Kai.
"Cekek aja cekek."
"Sini lo yang gue cekek." tukas Beomgyu galak.
Kai dan Soobin cengengesan.
"Lain kali jangan diulang ya," nasihat Taehyun bak seorang bijak. Tak lupa melipat kedua tangannya kebelakang punggung.
"Iye-iye." angguk Yeonjun.
"Btw, kok bisa gitu kak?" tanya Taehyun yang kembali menjadi Taehyun.
"Keeepoooo..!" gurau Soobin.
Sedangkan yang ditanya dan yang bertanya hanya berdecak malas. "Please deh kak, gue serius. Bentar lagi---"
KRIIINGGG!!
"--bel..."
Taehyun mendatarkan wajahnya lagi. Sementara Kai dan Beomgyu sudah berjalan keluar dari kelas Yeonjun. Soobin menahan tawa geli, dan Yeonjun hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Yang sabar ya." imbuh Yeonjun.
Tapi, tanpa membalas apa-apa, Taehyun berbalik sambil berkata, "Dahlah."
Kata-kata andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ I ].Run Away[✓]
FantasíaSemuanya masih sama, hingga suatu hari tiba-tiba saja terjadi banyak perubahan••♪ with•𝘛𝘟𝘛