Bab2. Penerimaan(2)

1.4K 239 13
                                    

waktu berlalu, Kim mulai memasuki usia tiga tahun begitu juga dengan Cale. Cale yang seperti anak-anak seumurannya selalu penasaran dengan banyak hal. dia juga sangat cerewet. tidak bisa membiarkan Kim menikmati waktu malasnya. sadengkan Kim walaupun terlihat menggerutu tetap saja mengikuti kemanapun adiknya yang berisik itu menyeretnya.

Beberapa peristiwa kecil terjadi seiring berjalannya waktu. Kedua putra count juga dapat dikatakan cerdas. Terlepas dari Kim yang jiwanya merupakan orang dewasa, Cale jelas cukup cerdas untuk anak seusianya pada usia tiga tahun dia cukup tertarik pada bacaan buku bergambar, sehingga membuat Jour cukup sering untuk membacakan beberapa buku bergambar tersebut sebelum tidur. Hal itu cukup bagus untuk menambah perbendaharaan kata bagi Kim. Terlepas dari kemampuan record nya yang terbawa ke dunia novel itu bersamanya. Membiasakan lidahnya dengan kata-kata baru jelas bukan hal yang mudah. Bahkan beberapa kali dia cukup kesal dengan lidahnya yang mengkhianatinya dengan beberapa yang keluar terdengar tumpul atau bahkan aneh.

Mempelajari bahasa baru juga bukan hal muda perlu waktu satu bulan baginya untuk benar-benar dapat membuat satu kalimat penuh terucap tanpa ada kata tumpul yang cukup untuk mempermalukan jiwa dewasanya. Yah, setidaknya kerja kerasnya membuahkan hasil. Sayangnya hal yang sama tidak berlaku pada Cale. Secerdas apa pun dia, dia tetaplah anak usia tiga tahun pada umumnya. Jadi sebut saja itu poin plus untuk Kim. Walaupun tetap saja Cale dapat menyusulnya dalam hal perbendaharaan kata, karena mereka bersama hampir sepanjang hari.

Pada usia lima tahun Kim jelas menunjukan minatnya pada membaca. Sudah cukup baginya berlatih dengan lidahnya. Kini saatnya mengumpulkan informasi. Jelas dia tidak bisa langsung membaca begitu saja. Jour lah yang pada akhirnya memberikan mereka kelas tentang hal-hal dasar seperti membaca. Itu bagus untuk Kim karena dia mulai mengumpulkan dan tertarik beberapa bacaan bahkan beberapa bacaannya cukup berat setelah mereka memulai kelas pertama mereka, sedangkan Cale lebih suka buku dengan gambar atau memilih untuk meminta dibacakan dari pada harus membacanya sendiri.

hari itu adalah hari yang cerah dipertengahan musim semi. udaranya hangat. hari yang baik untuk berjalan-jalan di sekitar taman dengan bunga yang bermekaran. tapi bagi Kim itu adalah hari sangat bagus untuknya bermalas-malasan. dia tidak ingin melakukan apa-apa hari ini.

sayangnya nasib tidak berpihak padanya. saat dia perlahan terlelap. terdengar suara langkah kaki yang berlari kearah kamarnya. dan dalam sekejap pintu terbuka dengan keras. tanpa membuka mata ataupun melihat siapa pelakunya dia tahu siapa bocah sialan itu. itu saudaranya. Cale Henituse.

"hey Kim, kamu tidak bisa tidur sepanjang waktu."

Cale yang dengan ceria menggoyangkan tubuh saudaranya yang hanya menggerutu karena tidurnya lagi-lagi terganggu.

"aku bisa."

kim menjawab dengan acuh tak acuh. berusaha untuk meneruskan tidurnya dan mengabaikan saudaranya. bukan Cale jika dia akan membiarkan saudaranya tidur sepanjang waktu. dia dengan sekali gerakan menarik Kim untuk bangun. Kim yang pada dasarnya benci olahraga atau apapun yang memerlukan usaha fisik lebih. dia jelas lebih lemah dari saudaranya. dengan pasrah bangun dari tidurnya.

"tch."

"ayolah Kim, ibu menunggu di ruang musik. dia bilang akan mengajarkan kita lagu baru."

Cale yang tampak antusias dengan apapun yang akan mereka lakukan bersama ibu mereka berusaha menjauhkan Kim dari tempat tidur. yang terus menggerutu tentang tidurnya yang terganggu.

"tapi aku tidak tertarik."

Cale tidak peduli dan terus menarik Kim berjalan keluar dari sarangnya. Kim menekuk wajahnya cemberut. sebal karena lagi-lagi 'tidur siangnya' terganggu. tapi tetap mengikuti kemana saudaranya menyeretnya. Cale yang menang lagi, bersenandung riang tidak melepaskan tangan saudaranya.

The Sun and Moon of The Henituse HouseholdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang