Bab4. Hubungan(1)

1.2K 200 9
                                    

putih. hanya warna putih sepanjang mata memandang. itu adalah pertengahan musim dingin. semalam badai melanda wilayah mereka. itu menjadi malam yang panjang.

Cale tidak bisa tidur malam itu. dia takut jika dia tidur ratu salju akan menculiknya atau saudaranya atau mereka berdua. ah.. itu salahnya karena meminta ibunya berdongeng tentang musim dingin dan badai salju.
Cale masih terjaga. dia menatap kearah jendela dengan ngeri. walaupun itu tertutup tirai dia masih dapat mendengar gemuruh badai diluar.

apakah ratu salju benar-benar marah saat badai datang?

tapi mengapa dia marah pada wilayah henituse?

apakah di wilayahnya ada anak nakal yang akan dijemput oleh ratu salju?

itu bukan dia atau kakaknya kan?

mereka adalah anak-anak yang baik.

Cale masih dengan imajinasinya menoleh kearah seseorang yang sama sekali tidak terpengaruh dengan cuaca di luar. Cale kemudian mendesak saudaranya mencari perlindungan. setidaknya jika mereka diculik oleh ratu salju dia tidak sendirian.

Kim mengerang karena merasa tidurnya terganggu. dia membuka matanya dengan kesal hanya untuk mendapati Cale yang tidur meringkuk menjejalkan diri padanya. Kim segera menyadari suara gemuruh di luar. itu akan menjadi malam yang panjang. untungnya dia hangat. mereka hangat. Kim menarik selimutnya lebih tinggi lalu memeluk Cale dan mengusap-usap punggungnya hingga mereka jatuh tertidur.

keduanya meringkuk dibalik selimut untuk saling menghangatkan dan merasa aman. suara nafas teratur terdengar dari keduanya. mereka sudah terbuai dalam mimpi masing-masing. tidak tahu seseorang masuk dengan sangat hati-hati ke kamar mereka. orang itu. tidak, wanita itu mengenakan piyama tidur dan lampu redup di tangannya. berhati-hati untuk tidak membangun mereka.

Jour memastikan kedua putranya sudah tertidur. dia merasa lega melihat kedua anak manisnya meringkuk di dalam selimut. itu sungguh pemandangan yang menghangatkan dan damai. dia puas dengan itu dan memutuskan untuk kembali. sepertinya malam ini dia juga harus meringkuk pada suami. karena menyenangkan menggoda suaminya itu. Jour tertawa kecil memikirkannya. dia berjalan di lorong yang remang itu dengan bersenandung kecil.

dia berjalan sembari memandang kearah jendela. di luar, badai masih cukup kuat. belum ada tanda-tanda akan berhenti. dia berhenti sejenak di salah satu jendela. pandangannya mengarah jauh ke luar. itu gelap. tapi dia tetap tahu apa yang di carinya dalam kegelapan tersebut.

wajahnya berubah suram. banyak pikiran berkeliaran di kepalanya. kecemasan dan kekhawatiran terpancar jelas di matanya.

malam itu dengan pandangan yang masih menatap jauh ke luar jendela. saat pandangannya tertuju pada satu titik di kegelapan dan badai. Jour membisikkan doanya pada dewa manapun yang mau menerimanya.

'wahai dewa yang selalu mengamati dunia dalam diam. aku akan menawarkan apapun sebagai harganya selama aku bisa membengkokkan takdir mereka.'

dia masih terdiam untuk beberapa saat. kemudian menghela nafas dan beranjak pergi dari sana.

malam itu adalah malam badai yang panjang. semua orang memilih untuk meringkuk dibalik selimut atau di depan perapian mencari kehangatan. malam sengakin larut. tidak ada yang masih terjaga di waktu itu karena badai. kedamaian dan kehangatan melingkupi semua orang. tidak satupun dari mereka yang tahu bahwa malam itu karena doa seorang ibu takdir benar-benar di bengkokkan. dan tentu saja dengan bayaran yang tidak murah.

____________

badai reda saat menjelang pagi. menyisakan warna putih yang menutupi seluruh wilayah. orang-orang bangun dengan perasaan segar, mereka bersiap untuk memulai hari mereka.

The Sun and Moon of The Henituse HouseholdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang