Bab8. Hubungan(5)

1.1K 193 20
                                    

dingin. itu dingin. tubuhnya berat dan sakit. dia benci rasa sakit. dan sekarang dia juga benci dingin. Kim membuka matanya hanya untuk mendapati pemandangan yang familiar. sebuah tempat yang dia tidak ingin datangi lagi. karena tempat juga dingin baginya.

sepetak ruangan kecil yang tampak kusam dan dingin. hanya ada dua perabotan di sana. satu tempat tidur kecil yang hanya muat satu orang dan itu keras, juga dingin. yang lain adalah satu meja laci kecil di samping tempat tidur. keduanya juga tampak kusam. membaur dengan ruangan kecil itu.

Kim jelas mengenali tempat itu. seberapa ingin pun dia untuk melupakannya, dia tidak bisa. itu akan tetap berada dalam ingatannya. terkubur di sana tapi bukan berarti membuatnya lupa. tidak sama sekali. karena tempat itulah alasan dia membenci rasa sakit dan dingin. alasan dia begitu mendambakan sebuah keluarga dan kehangatan. alasan dia menjadi dirinya yang sekarang.

Kim menghela nafas, dia duduk di atas tempat tidur kusam itu. dia jelas menyadari bahwa itu mimpi. karena yang berada di sana adalah dirinya sebagai Kim Henituse bukan Kim Rok Soo.

mengapa dari semua tempat yang hadir dalam mimpinya adalah tempat itu? bukan tempat lain. mungkin karena dingin yang dia rasakan membuatnya ingat kembali pada tempat ini.

'haaa.. persetan.'

sepertinya dia pingsan setelah terjatuh ke sungai beku itu. dia benar-benar tidak mengharapkan itu. itu karena tubuh kecil sialannya. dan kaki pendek sialannya. apakah usia tujuh tahun memang sependek ini? Kim menghela nafas sekali lagi. meratapi kesialannya.

namun dingin itu terasa nyata bahkan jika itu mimpi. tanpa sadar dia memeluk lututnya untuk sedikit mengurangi dingin. tapi tidak berhasil. dia tetap dingin. dia ingin cepat keluar dari mimpi menyebalkan itu. tapi sekali lagi itu tidak bisa. dia perlu sadar untuk bisa keluar dari mimpi itu.

rasa dingin itu tetap menyerangnya. tidak peduli bahwa dia membungkus dirinya dengan seprei kusam itu. itu tetap dingin. tanpa sadar dia menggigil. bahkan dingin di dalam mimpi pun dapat membuatnya menggigil. itu benar-benar dingin. dan dia benci itu.

Kim memejamkan mata. apakah kita juga bisa tidur di dalam mimpi? dulu saat dia merasa dingin atau sakit yang tak tertahankan, dia akan memilih tidur. karena dengan tidur dia tidak akan merasa dingin atau sakit lagi.

tapi.. apakah tidur dalam mimpi juga akan sama? persetan. dia tidak peduli.
Kim menjatuhkan dirinya di tempat tidur kusam itu. meringkuk di sana. dengan seprei yang masih membungkusnya. memejamkan mata mencoba tidur untuk mengusir rasa dingin dan sakit yang dia rasakan.

dia berusaha mengabaikan dingin itu. dia terus memejamkan matanya hingga perlahan dia mulai merasa hangat. setelah dingin itu lenyap, perlahan dia membuka matanya. itu juga karena tepukan ringan di bahunya.

hal yang ada di hadapannya adalah alasan lain dia menjadi dirinya yang sekarang.

keluarga keduanya...

Kim duduk. dia kemudian menyadari ruangan itu telah berubah. itu menjadi putih sepenuhnya. semua putih selain orang-orang yang berdiri di sana. mereka orang-orang yang dia kenal dan rindukan. yang selama hadir di setiap mimpinya dalam bentuk ingatan lama. sekarang berada di hadapannya.

mereka tidak mengatakan apa-apa hanya tersenyum kearahnya. ada jarak antara dia dan mereka. tanpa sadar sesuatu yang hangat mengalir di pipinya.

'huh?'

tangan kecilnya menyeka air mata yang mengalir tanpa sadar.

'aku menangis? .. kenapa? ..aku tidak sedih?'

tangan kecilnya terus menyeka air matanya yang seakan tidak mau berhenti. dia menatap orang-orang yang masih berdiri di hadapannya. mereka tidak pergi tidak juga mendekat. hanya berdiri di sana. diam. tetap tersenyum kearahnya.

The Sun and Moon of The Henituse HouseholdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang