Lentera

18 9 15
                                    

Songfiction by LemonTea_-

Yume naraba dore hodo yokatta deshou?
Imada ni anata no koto wo yume ni miru.

Seberapa baguskah jika itu adalah mimpi?
Sekarang aku pun masih memimpikan dirimu.

Kakiku sudah melangkah sangat jauh, Ter, sangat, sangat jauh asal kamu tahu. Jauh dari tempat dan waktu di mana aku dan kamu masih bersama-sama melewati semua itu. Sayangnya, hati dan pikiran aku enggak pernah beranjak sedikit pun. Mereka enggak pernah ke mana-mana, selalu saja sepakat untuk menetap pada waktu dan tempat itu. Kupikir, perpisahan kita cuma mimpi yang akan segera berakhir ketika aku bangun dari malam-malam yang mencekam itu. Ternyata enggak. Ternyata aku yang selalu berdelusi bahwa kamu masih ada di sini. Aku yang gagal melupakan kamu, dan selalu membawa kamu dalam setiap mimpi-mimpiku. Mimpi indah yang selalu berujung buruk setelah aku sadar bahwa itu semua cuma mimpi.

Wasureta mono wo tori ni kaeru you ni.
Furubita omoide no hokori wo harau.

Bagaikan kembali pada hal yang terlupakan.
Aku menyapu bersih debu kenangan lama.

Ter, perlu kamu tahu bahwa aku sudah, bahkan akan selalu berusaha semaksimal mungkin dalam melupakan kamu. Sayangnya, kamu bahkan adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk dilupakan. Setiap kali aku beranjak dari tidur yang tak nyenyak, yang terlintas di kepala hanyalah cuplikan-cuplikan kecil yang bertubrukan tak beraturan seperti kaset rusak. Seperti angkasa yang akan seketika meledak andai semua komet bertabrakan di sana. Setiap kali aku melangkah ke depan, aku justru merasa seperti dibawa ke belakang oleh kenangan lama, Ter. Jalanan aspal yang licin, lantai halte yang tempias, bau petrichor dari ujung lapangan, wangi jaket kamu, suara gitar kamu, lelucon-lelucon kamu, bulan setengah purnama yang sayangnya tertutup mendung, dan pedagang asongan yang dulu selalu jadi langganan kamu beli air minum.

Aku selalu saja seolah terseret ke sana, Ter. Tapi dalam sekejap aku sadar bahwa semua itu enggak mungkin terulang lagi. Dan aku memutuskan menghapus satu per satu partikel kenangan tentang kamu. Meski aku tahu itu enggak akan pernah jadi perkara yang mudah. Seenggaknya, aku akan terus mencoba, Ter.

Modoranai shiawase ga aru koto wo.
Saigo ni anata ga oshiete kureta.

Ada kebahagiaan yang tak dapat kembali.
Pada akhirnya itulah yang kau katakana padaku.

Oh, iya. Aku mendadak teringat pada malam di mana kamu tergopoh membawa sekotak arloji. Malam yang aku kira menjadi malam yang manis, sebelum akhirnya aku sadar bahwa malam itu adalah malam yang tragis. Lucu. Sebab, kala itu aku menangis bahagia. Kupikir itu hadiah serta doa agar perjalanan kita terus berlanjut. Tapi kamu justru bilang, "Riana, ini jam yang dulu aku janjiin buat kamu di hari ulang tahun kamu. Sorry karena aku terlambat banget. Dipakai, ya. Dan maaf kalau selama ini aku banyak salah ke kamu."

Aku enggak paham, atau lebih tepatnya menolak paham perihal maksud ucapan kamu saat itu, Ter. Aku masih berpikir bahwa itu adalah leluconmu yang biasa. Kamu sembunyi, lalu datang diam-diam dari belakang sembari mengejutkanku. Bilang 'tidak', padahal 'iya'. Dan begitu seterusnya. Tapi aku akhirnya paham bahwa terus-menerus berpikir bahwa kita akan selalu baik-baik aja adalah hal yang enggak baik.

"Lentera, maksud kamu apa, sih?" tanyaku berusaha tenang mengesampingkan firasat yang semakin memburuk.

"Ri, di dunia ini enggak ada yang abadi. Bahagia, sedih, dan termasuk juga hubungan kita. Ada pergi yang enggak kembali, dan aku salah satunya, Ri."

"Kamu mau ke mana, sih? Hey, tadi siang kita masih baik-baik aja, loh," ucapku dengan nada sesak dan segenap usaha menahan air mata agar enggak meluncur begitu saja.

Songfiction ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang