Aku Bukan Untukmu

24 9 20
                                    

Songfiction by ainnurayunanda

___________________________Selamat membaca_________________________

(Dahulu kau mencintaiku)

(Dahulu kau menginginkanku)

Ini kisahku, kisah cinta pertamaku. First love, memang benar first love itu susah dilupain, walau terkadang tidak semua cerita first lovenya semua orang berakhir dengan bahagia, ada kalanya atau bahkan banyak yang berakhir tidak mengenakkan, seperti ceritaku ini. Ya walaupun begitu, aku masih tetap mengingatnya.

Sebut saya dia Yuda. Dia adalah cinta pertamaku, dia teman sekelasku. Dia begitu baik, humoris, ramah dan tidak sombong. Dia sangat peduli denganku, setiap aku melakukan suatu kesalahan yang aku tak mengerti dia tidak segan-segan memberitahuku. Seperti waktu itu–

"Nin, itu lho kancing baju kamu kebuka," ucapnya namun dengan pandangan berbalik arah.

Ah, betapa malunya aku waktu itu, dia cowok tapi dia tidak malu memberitahuku soal itu. Aku waktu itu segera membenarkan kancing bajuku yang terbuka, dengan posisi membelakanginya.

Ada lagi perhatiannya waktu–

"Nin, itu lho penggarismu jatuh," ucapnya saat selesai pembacaan doa di kelas.

Padahal memang dulu itu aku sengaja buat jatuhin penggarisnya, hahaha. Ah ... jika diingat-ingat lagi aku tersenyum sendiri dengan perhatiannya waktu itu. Oh iya, selain itu sebenarnya masih banyak perhatian-perhatian kecil lain yang ia tunjukkan kepadaku. Atau mungkin dia caper juga pernah, sih. Seperti dengan sengaja dia memindahkan bangkunya di sebelahku dengan alasan agar lebih jelas jika guru menerangkan dengan posisi di depan seperti itu, padahal kata temannya agar dia bisa dekat denganku saja, hahahaha.

(Meskipun tak pernah ada jawabku)

(Tak berniat kau tinggalkan aku)

Namun, waktu itu aku belum menyadari bila perlakuan yang ia berikan kepadaku itu adalah cinta. Sungguh, waktu itu aku masih kecil, aku masih lugu dan belum begitu mengerti soal itu. Saat di suatu hari, dia mengungkapkan perasaannya kepadaku, namun bukan secara langsung. Pertama, ia menuliskannya di sebuah kertas yang kemudian ia lemparkan ke arahku. Tapi sayang, aku waktu itu tak mengacuhkannya, aku fikir dia hanya iseng seperti biasa. Padahal itu surat cinta. Yang kedua, saat jam kosong. Dia mengungkapkan perasaanya tapi bukan secara langsung lagi. Ia menyindirku kepada temannya, aku waktu itu sedikit merasa tapi tak ada respon lagi dariku. Aku hanya menebak-nebak saja, dan katanya temanku memang ia benar suka sama aku.

Sebenarnya sih waktu itu aku sudah mulai suka sama dia, namun aku masih lugu untuk meresponnya. Aku tak mempedulikan semua kode-kode dari dia, aku tetap diam. Sampai suatu hari aku mendengar kata-katanya yang sepertinya menyindirku.

"Jadi gimana Yud? Soal dia?" tanya temannya.

"Sekarang hidupku tergantung dia Ren," ucapnya dengan muka masam.

Sejak saat itu, dia berubah. Dia bukan dia yang selalu ceria, apalagi waktu itu dia pernah memalingkan muka saat aku tak sengaja memandangnya.

Namun itu tak berlangsung lama, saat kenaikan kelas, dia berubah menjadi dia yang dulu lagi. Namun, pada suatu hari ada teman sekelasku yang juga suka denganku, sebut saja Hendra. Aku sebenarnya biasa saja sama Hendra, toh dia juga enggak berani mengungkapkannya, dia licik, enggak seperti Yuda. Kalau memang berani, aku juga lebih memilih Yuda.

Setelah Yuda tau soal Hendra, dia memilih mundur, dan mendukung temannya itu. Ahk, aku tau Yuda masih suka sama aku. Sampai-sampai Yuda membuat status palsu bahwa ia sudah punya pacar juga satu sekolah agar aku cemburu, namun yang aku tahu cewek itu adalah saudaranya, bukan pacarnya.

Sungguh, aku suka sama kamu Yud. Tapi aku enggak berani ngomong. Aku terlalu cuek. Semua usaha yang dilakukan Yuda sebenarnya sudah membuktikan bahwa dia benar-benar menyayangiku. Dia selalu membelaku di depan teman-temannya. Dia juga pernah bilang gini–

"Kamu boleh suka sama Nindy, kamu boleh sama dia kalau memang dia mau. Tapi, jangan sampai kamu sakitin dia. Dia wanita yang baik," ucapnya ketika tak sengaja kudengar.

Waktu itu aku merasa bahagia saat dicintai sama dia. Namun seperti semula, aku tetap cuek kepadanya.

(Sekarang kau pergi menjauh)

(Sekarang kau tinggalkan aku)

(Di saat kumulai mengharapkanmu)

(Dan kumohon maafkan aku)

Hari terakhir saat Yuda akan pergi, Yuda terus memandangku dari tempat duduknya itu, mulai waktu datang sampai pulang, aku seperti merasakan hal yang aneh saat itu. Setelah hari itu, hari-hari selanjutnya dia tidak masuk, kukira dia bolos seperti biasa, namun kata temanku, dia udah keluar dari sekolah ini, tanpa tau alasan yang jelas. Kecewa aku waktu itu.

(Aku menyesal telah membuatku menangis)

(Dan biarkan memilih yang lain)

(Tapi jangan pernah kau dustain takdirmu)

(Pasti itu terbaik untukmu)

Hari-hari yang kulalui rasanya berbeda saat masih ada dia, rasanya hampa. Dia selalu jahil, peduli, tidak ada lagi. Dia yang memperramai kelas juga tak ada. Aku menyesal terlambat mengartikan ini semua, jika aku tau aku akan mencoba memberhentikan niatnya itu. Aku akan tetap mendukungnya untuk terus melanjutkan sekolah, karena sekarang aku tahu, dia butuh pendukung, karena keluarganya tak ada yang mempedulikannya soal pendidikan, dia anak broken home yang mencoba menghibur dirinya sendiri, dan aku taunya terlambat. Aku juga menyesal telah membuatnya merasa digantung waktu itu, dia pernah menangis karenaku.

Tapi aku masih punya harapan, kalau kita nanti bertemu, aku akan menjadi sosok yang lebih baik dari hari itu, dan akan bisa bersamanya. Aku yakin itu, mungkin saat ini belum waktunya. Aku masih berharap dia juga masih menyukaiku, walau banyak kekecewaan yang telah ia rasakan dariku.

(Janganlah lagi kau mengingatku kembali)

(Aku bukanlah untukmu)

(Meski ku memohon dan meminta hatimu)

(Jangan pernah tinggalkan dirinya untuk diriku)

Setelah 3 tahun, aku berubah menjadi sosok yang lebih dewasa. Aku telah mengerti apa itu cinta, dan cintaku masih dia—cinta pertamaku—Yuda. Setelah beberapa tahun tidak bertemu dan rasa rindu semakin menggebu, aku iseng-iseng mencari namanya di media sosial—Facebooknya, dan aku menemukan usernamenya. Aku membuka profilnya, dan–

Dia sudah punya pacar.

Ada foto dia dengan seorang cewek cantik yang dia posting di foto unggulannya. Terlihat seperti dua insan yang sedang bahagia, aku melihatnya dengan sedikit rasa kecewa.

Penantian yang aku tunggu apakah harus berakhir seperti ini. Iya sih, aku dulu pernah bilang agar membebaskan dia berpacaran dengan siapa saja, asal dia tidak merasa terbebani denganku. Karena ya sama saja, waktu itu aku masih belum boleh pacaran. Tapi itu dulu, berbeda dengan yang sekarang.

Aku kecewa, aku sedih, aku menangis waktu itu. Beberapa tahun hatiku hanya tertuju padanya, namun kenyataannya dia sudah bahagia.

Tapi aku juga harus sadar, jika selama ini aku egois, hanya mementingkan perasaanku saja, bukan perasaannya.

"Mungkin dia adalah cewek yang baik, dan dia pantas denganmu, Yud. Dia lebih baik dariku, dia tidak sombong sepertiku. Aku ikhlas Yud, ikhlas. Jangan tinggalkan dia demi diriku. Enggak apa-apa, kalau memang kita jodoh pasti akan dipersatukan lagi."

Aku segera mungkin membatalkan permintaan pertemananku dengannya, namu kalah cepat. Dia sudah menerima permintaan pertemananku terlebih dahulu. Dan di situlah awal dari berakhirnya kisah cinta pertamaku yang tidak membahagiakan. Tapi dari situlah aku belajar untuk tidak menyia-nyiakan yang ada.

"Mungkin aku bukan untukmu Yud, walau sebenarnya aku masih mencintaimu sampai sekarang. Semoga bahagia, aku masih tetap ada jika kamu membutuhkanku."

Untukmu, cinta pertamaku.

_______________THE END_______________

Songfiction ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang