15. The day

42 26 105
                                    

Pada akhirnya Asa memilih berangkat dengan Bima, karena Arka dan Nevan secara kebetulan datang bersamaan. Sampai membuat Bima berdecak bingung melihat dua orang yang kini tengah berdiri bersampingan.

Arka dan Nevan hanya menatap satu sama lain dengan sorot mata yang mengintimidasi.

Arka dan Nevan hanya menatap satu sama lain dengan sorot mata yang mengintimidasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

〰️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

〰️

Hari ini semuanya berkumpul tanpa terkecuali. Dalam rangka hari bertambahnya usia sekaligus berkurangnya waktu didunia, Ananda Gian Maheswari.

Asa menghampiri Nanda lalu mengulurkan tangannya. "Happy birthday yah Kak Nanda."

Nanda menyambut tangan Asa dalam genggamnya. "Thanks Sa." Lucu kalau ingat lagi waktu Nanda suka sama Asa.

"Widih sepupu aing nambah tua, selamat ya bro." Arka tiba-tiba datang dan mengaitkan tangannya dipundak Nanda.

"Hbd Nan." Kini Nevan yang datang sambil menepuk punggungnya.

Asa yang melihat ketiga orang itupun memilih untuk pergi. "Kalo gitu gue gabung sama yang lain dulu yah."

Rasanya hari ini bukan miliknya Asa, baru aja datang udah disambut oleh Sena yang kini dalam kondisi setengah sadar memegang sebotol minuman dan menari walau tidak sesuai dengan alunan musiknya.

"Dari kapan Sena kaya gini, Del?" Adel kini tengah bingung juga karena melihat Sena yang bertingkah.

"Dari awal dateng dia langsung banyak minum anjir, heran dah gue." Tampaknya hanya Adel yang bisa Asa tanyai.

Disisi lain dia melihat Lisa yang tengah berbincang dengan Mas Agas dan Titi yang sudah tergeletak tak berdaya disamping Adel.

"Gue telat berapa lama sih sampe udah pada kobam gini?" Asa kini meneguk minumannya juga.

Rasanya sangat lega karena bisa menikmati waktunya sesaat setelah berkecamuk dengan tugas kuliah yang setiap hari selalu ada.

Hingga tidak sadar menghabiskan setengah botol minumannya. Bukan pusing yang kini tengah Asa rasakan, namun kepalanya terasa ringan seperti melayang.

"Gue ke toilet bentar yah, Del." Asa berusaha berjalan dengan baik menuju bilik toilet yang letaknya dibelakang sebuah tangga.

Namun langkahnya terhenti karena tidak sengaja menabrak seseorang.

~Bukkkh

"Aduh maaf gak sengaja, gapapa kan?"

Meskipun dengan lampu yang remang redup Asa masih bisa melihat dengan jelas sosok yang ada dihadapannya, karena dia tidak sepenuhnya dalam keadaan mabuk.

"Ohh Kak Nevan, maaf yah gue gak sengaja." Namun tidak ada jawaban apa-apa darinya. Malah pergi begitu saja menaiki anak tangga menuju rooftop.

"Dih kok pergi sih. Marah ya?" Salahkan Asa malam ini karena memilih mengikuti Nevan. Berjalan menaiki anak tangga dengan hati-hati.

"Kak!" Teriaknya setelah sampai pada tujuannya. "Jangan marah gitu dong, gue kan udah minta maaf."

Nevan berbalik mendengar Asa yang kini tengah berjalan mendekatinya. "Kenapa Sa?"

"Loh kok nanya, gue gak sengaja nabrak tadi. Dimaafin gak?" Nevan hanya menatap gadis itu tepat dikedua netranya.

"Atau lo marah gara-gara gue perginya sama Bima? Ya abisnya pada ngebet banget sih jemput gue. Gue kan jadi bingung, yaudah gue jadinya sama Bim—." ~Cup~

Sebuah ciuman tiba-tiba mendarat dibibirnya, membuat Asa terkejut. Mencoba memproses yang barusan terjadi.

Asa melihat Nevan tidak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang Nevan ingin sampaikan namun tertahan oleh sesuatu.

Entah sihir apa yang telah mengenai Nevan. Sehingga membuatnya menarik pinggang gadis itu, menghapus jarak diantara mereka berdua.

Napasnya menyapu wajah Asa yang kini sudah merah padam dibuatnya. Perlahan mengikis jarak untuk mempertemukan bibir keduanya.

Sebenernya Asa sudah ingin menjauhkan tubuhnya, namun tubuhnya sendiri tidak bisa diajak kerja sama.

Secara perlahan Asa mulai menutup matanya dan membuka mulutnya untuk memberi akses yang lebih dalam. Disambut tangan Nevan yang kini berpindah pada tengkuk lehernya, menuntun perlahan Asa untuk mengikuti arahannya.

Namun tiba-tiba...

"Ss-ahhh." Asa tidak sengaja menggigit lidah Nevan, karena merasa gemas dengan benda kenyal yang ada dalam mulutnya. Membuat mereka tersadar dengan kejadian yang mereka lakukan baru saja.

Siapapun tolong Asa, saat ini pipinya terasa begitu panas karena malu. Berbeda dengan Nevan yang terlihat biasa saja.

~Asa sadar looo, aduhh semoga besok Kak Nevan gak inget apa-apa

Merutuki dirinya sendiri berharap besok tidak ada yang ingat kejadian ini.

•••










 this photo is driving me crazy🤡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

this photo is driving me crazy🤡

Makasih banyak udah baca Naladhipa hari ini! Berharap kalian bisa suka sama tulisan aku😄
And don't forget give me votes and feedbacks❤️

Naladhipa || BTS AU (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang