---lima---

2.3K 262 25
                                    

Abi dapat laporan dari sekolah katanya sudah beberapa kali ini Aidan ketahuan membolos. Tidak hanya itu, bahkan hari ini Aidan juga masuk ke ruangan konseling karena habis bertengkar dengan teman sekelasnya.

Memang sih pertengkaran antara murid laki laki itu sudah biasa, namun jika Aidan membuat lawannya sampai babak belur begini bagaimana dia bisa lolos dari ruang konseling. Belum lagi Aidan itu sangat gampang terpancing emosi orangnya, tidak seperti Sean yang cenderung bodo amat.

Abi benar benar pusing dengan tingkah anaknya yang satu itu. Karena Abi tidak bisa meninggalkan pekerjaannya jadi Sera yang hadir ke sekolah Aidan.

"Sekali lagi saya minta maaf atas tingkah anak saya bu. Kedepannya saya akan berusaha mendidik putra saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Ujar Sera kepada ibu guru yang mengajar Aidan di sekolah.

"Iya bu Sera tidak apa apa, selebihnya tolong di perhatikan lagi." Guru itu tersenyum sambil berjabat tangan dengan Sera.

Kemudian Sera dan Aidan keluar dari ruang konseling setelah mendapat surat peringatan dari guru tersebut. Tapi yang membuat Sera sangat kesal kepada Aidan adalah dia berani memukuli temannya sampai babak belur begitu. Untung saja korbannya tidak meminta Aidan untuk bertanggung jawab.

"Kamu nih bandel banget. Kenapa bisa anak orang di pukulin sampe kayak gitu." Sera mencubit pinggang Aidan saking kesalnya.

Bukannya takut Aidan malah terkekeh ringan. "Abis nya itu orang bikin kesel banget bunda. Omongannya tuh tinggi, sebel."

"Lain kali jangan di ulang. Bunda gak mau kamu kena marah ayah kamu terus."

"Ya maaf, janji deh gak lagi." Aidan memasang v sign di wajahnya.

"Yaudah ayok pulang. Bunda habis ini mau jemput adik kamu di sekolah."

"Emang pak Arifin kemana? Biasanya kan pak Arifin yang jemput Nala."

"Istrinya ngelahirin, jadi cuti beberapa pekan kedepan."

Aidan mengangguk. "Tapi aku yang setir mobil nya ya bun?"

Sera tampak berpikir sejenak mempertimbangkan keinginan putranya itu. "Enggak ah, kamu punya KTP aja belum apalagi SIM." Tolak Sera.

Di situ Aidan langsung memasang ekspresi yang sangat menggelikan sambil bergelayut manja di tangan Sera. "Ayooo dong bunda sekalii aja. Mumpung ayah gak tau."

"Masalahnya ke sekolah Nala itu jauh. Bunda gak mau nanti malah kenapa kenapa di jalan."

"Bunda tau kan aku udah belajar pakek mobil itu dari SMP. Lagian dulu ayah sendiri kok yang ngajarin, jadi boleh ya? Please please." Rengekan Aidan sampai di dengar oleh banyak teman temannya. Tapi Aidan tidak peduli.

"Y-yaudah iya tapi pelan pelan aja ya!" Seru Sera lantas Aidan mengangguk dengan ekspresi yang sangat bahagia.

Berhubung mobil yang Sera gunakan itu matic jadi sedikitnya Sera merasa tidak terlalu panik. Walau cara mengendarai Aidan ini terbilang sedikit terburu buru.

Abi memberikan Aidan motor tentu saja namun hanya motor matic biasa, tidak seperti Sean yang sudah di beri motor besar yang diinginkannya sejak dulu. Terkadang Aidan merasa bapak Abi ini sedikit tidak adil kepada anak anaknya.

Meskipun begitu Abi juga memberikan barang barang kepada anaknya sesuai dengan sikap dan perilaku mereka masing masing. Dan masalahnya Aidan ini orangnya sembrono, jadi Abi sedikit kurang percaya padanya.

"Kok motor kamu gak pernah di pakek sih? Bunda liat tiap hari kamu nebeng kakak kamu terus." Ujar Sera memulai topik pembicaraan saat mereka sudah berada di dalam mobil.

INEFFABLE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang